JAKARTA- KPK terus menelusuri aliran dana proyek Hambalang ke kongres Partai Demokrat lewat mereka yang pernah terlibat dalam kegiatan itu. Lembaga antirasuah tersebut masih mendalami peran Anas Urbaningrum lewat mantan tim sukses rivalnya dalam kongres partai berlogo Mercy tersebut. Salah satunya anggota DPR Ramadhan Pohan yang kini maju sebagai caleg DPR asal Partai Demokrat dari dapil Sumut 1. n
Dalam kongres Partai Demokrat 2010 lalu, Ramadhan diketahui menjadi tim sukses di kubu Andi Alfian Mallarangeng. Namun Andi sendiri gagal maju sehingga persaingan ketua umum hanya melibatkan Marzuki Alie dan Anas Urbaningrum. Kubu Andi sendiri mayoritas merapat ke Marzuki Alie. Nah disinilah kemudian ditengarai terjadi politik uang terkait dukungan pada kedua calon tersebut.
Ramadhan mengaku dia memang ditanyai perihal politik uang tersebut. “Ada beberapa pertanyaan yang diajukan pada saya. Diantaranya terkait terkait politik uang dalam kongres dan proyek Hambalang,” terangnya. Mengenai politik uang, jawaban Ramadhan kompak seperti kader Partai Demokrat lainnya yang pernah diperiksa KPK.
“Saya tidak tahu soal itu, yang saya tahu hanya dari media massa saja,” paparnya. Terkait penganggaran di proyek Hambalang, Ramadhan juga mengaku tidak tahu. Dia mengatakan dirinya tidak berada di Komisi X yang membahas soal penganggaran proyek multiyears itu.
“Saya kan berada di komisi I, jadi saya tidak banyak yang saya sampaikan pada penyidik terkait hal tersebut,” terangnya. KPK mensinyalir dalam kongres itu ada uang dari proyek Hambalang yang mengalir untuk kandidat. Uang itu untuk disebarkan pada Ketua DPD dan DPC agar memilih kandidat tertentu.
Para ketua DPC pernah diperiksa penyidik KPK dalam perkara ini. Mayoritas mereka merupakan loyalis Anas, yakni Tri Dianto (mantan ketua DPC Demokrat Cilacap), Eko Kusnomo (eks ketua DPC Tegal), Bambang Susilo (mantan ketua DPC Blora), dan Tety Indarti (pelaksana tugas ketua DPC Wonogiri). Di antara empat saksi tersebut, Tri dan Bambang mangkir dari panggilan.
Kandidat lain dalam kongres itu, Marzuki Alie juga sempat diperiksa. Termasuk juga Andi Zulkarnaen ‘Choel’ Mallarangeng (adik sekaligus tim sukses Andi Alfian Mallarangeng). Di luar itu, para anggota DPR yang diduga mengerti terkait penggangaran Hambalang juga telah dimintai keterangan.
Antara lain, Ignatius Mulyono (anggota DPR), Angelina Sondakh (mantan anggota DPR), M. Nazaruddin (eks bendahara umum Demokrat), Eva Ompita (sekretaris Fraksi Demokrat), dan Neneng Sri Wahyuni (istri Nazaruddin).
Sementara itu, M. Nazaruddin yang kemarin usai menjalani pemeriksaan kasus pencucian uang pembelian saham Garuda Indonesia kembali nyokot temannya sesama DPR. Olly Dondokambey merupakan salah satu nama yang disebut anas sebagai sosok yang kebal hukum.
“Dia kebal hukum. seluruh bukti sudah cukup untuk menjerat dia dalam kasus korupsi di Kementerian Olahraga,” ujar Nazar saat hendak masuk mobil tahanan KPK. Menurutnya keterlibatan Olly, lebih dalam jika dibanding Angelina Sonkdah.
Dalam perkara Hambalang, Olly pernah beberapa kali diperiksa sebagai saksi. Statusnya sebagai pimpinan Badang Anggaran DPR diduga terlibat dalam menerimaan grafitikasi penganggaran Hambalang. KPK juga pernah menyita penyitaan dua buah meja dan empat buah kursi kayu dari rumah politisi PDIP itu di Minahasa. Furniture itu diduga berasal dari pemenang proyek Hambalang, PT Adhi Karya. (gun/dyn/jpnn)