WASHINGTON- Hasil penelusuran dokumen yang disita dari kediaman Osama bin Laden di Abbottabad pada 1 Mei lalu terus dirilis Amerika Serikat. Kemarin (14/5) disebutkan bahwa pemimpin Al Qaeda itu ternyata berencana membunuh Presiden AS Barack Obama saat pemilihan presiden AS tahun depan.
“Ini mungkin masalah yang sangat personal bagi Bin Laden, membunuh presiden yang dia anggap telah melanggar keyakinan muslim,” kata Brad Garret, mantan profiler FBI, sebagaimana dikutip Daily Mail. Tengara itu didukung rekaman video yang juga disita dalam penyergapan yang mengakibatkan tewasnya pria kelahiran Arab Saudi tersebut. Dalam rekaman yang memperlihatkan Osama sedang menonton televisi itu, tampak bahwa Osama selalu memindah channel tiap kali melihat wajah Obama di layar kaca. “Dia begitu tersinggung, marah, dan terobsesi untuk membunuh Presiden Obama,” ujar Garret. Sebelumnya, dari dokumen-dokumen yang sama diketahui bahwa Osama dan Al Qaeda merencanakan serangan ke Los Angeles, New York, dan London. Serangan tersebut bakal melebihi kedahsyatan serangan 11 September 2011.
Tetapi, tentu rilis data yang didapatkan dari dokumen itu sangat sepihak. Dalam arti, hanya ’versi’ Amerika karena memang hanya mereka yang memiliki dokumen tersebut. Jadi, sulit diverifikasi karena Washington juga tak pernah membeber secara terbuka bukti-bukti itu.
Temuan lain yang diungkap kemarin, mungkin agak mengejutkan, adalah ditemukannya timbunan materi pornografi dalam bentuk video. Diduga, film-film dewasa itu dibawa ke rumah tiga lantai tersebut oleh para kurir Osama tanpa sepengetahuan tiga istrinya.
Menurut Gedung Putih, sebagaimana dikutip Washington Post, film-film dewasa koleksi Osama itu tergolong baru. Namun, tak disebutkan apakah dalam bentuk DVD, kaset VHS, atau berbentuk file di komputer.
Osama memang sangat mengandalkan kurir untuk berkomunikasi dengan dunia luar. Sebab, dia tidak bisa memanfaatkan berbagai alat komunikasi karena khawatir tersadap. Maklum, sebuah tim yang terdiri atas para pakar teknologi informasi terus melakukan pemantauan dari markas mereka di Virginia, Amerika Serikat.
Yang juga diketahui dari dokumen-dok ’buron’ AS, hidup Osama ternyata tak sesusah yang diperkirakan.
Tak seperti yang diperkirakan selama ini bahwa dia lebih banyak tinggal di gua, ternyata Osama sering menghabiskan waktu hingga bertahun-tahun di sebuah tempat yang membuatnya bisa rileks. Misalnya, di Kota Khwar, Pakistan, yang memiliki pemandangan indah atau di sebuah komunitas petani tempat dia tinggal bersama istri dan anak-anaknya.
Sementara itu, Parlemen Pakistan kemarin mengeluarkan pernyataan resmi yang mengutuk penyergapan Osama di Abbottabad. Para legislator juga mendesak pemerintahan Presiden Asif Ali Zardari agar meninjau ulang hubungan dengan Negeri Paman Sam.
“Parlemen dengan ini mengecam aksi di Abbottabad yang melanggar kedaulatan Pakistan, bunyi pernyataan resmi Parlemen Pakistan, sebagaimana dikutip Reuters.
Penyergapan di Abbottabad itu memang kian menambah ketegangan hubungan antara Islamabad dan Washington, meski dua negara tersebut bekerja sama dalam apa yang disebut sebagai perang terhadap terorisme. Pemerintah dan intelijen Pakistan mendapat tekanan kuat dari publik karena membiarkan saja negara tetangga India itu diacak-acak.
Apalagi Jumat lalu (13/5) terjadi serangan balasan atas kematian Osama yang dilakukan Taliban Pakistan di Charsadda. Serangan itu menewaskan total hingga kemarin 89 orang. Saking kuatnya tekanan tersebut, Kepala Badan Intelijen Pakistan Letnan Jenderal Ahmad Shuja Pasha bahkan menyatakan siap mengundurkan diri.
Parlemen Pakistan juga mengancam akan memotong jalur suplai logistik pasukan NATO yang dimotori AS di Afghanistan. Padahal, selama ini Pakistan merupakan jalur utama untuk menembus negara yang tak henti dilanda perang itu. (c7/ttg/jpnn)