26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Survei Indo Barometer: Kepuasan Terhadap SBY Jatuh

JAKARTA- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan pemerintahannya mendapatkan alarm serius. Kepuasan publik terhadap kinerjanya terus bergerak turun menembus batas “aman”, yakni di bawah 50 persen. Saat ini, hanya 48,9 persen publik yang menyatakan puas dengan kinerja Presiden SBY.

“Ini agak membahayakan, karena angkanya sudah di bawah 50 persen,” kata Direktur Eksekutif Indo Barometer, Muhammad Qodari saat mempresentasikan hasil survei lembaganya di Hotel Atlet Century, Jalan Pintu Satu Senayan, Jakarta Pusat, kemarin (15/5).

Turut berbicara ekonom dari Universitas Indonesia Faisal Basri dan Direktur Lingkar Madani (LIMA) Ray Rangkuti.
Menurut Qodari, tren kepuasan publik terhadap SBY terus menurun sejak pilpres. Data survei Indo Barometer menunjukkan kepuasan terhadap SBY pada Agustus 2009 masih 90,4 persen. Selanjutnya terjun bebas menjadi 74,5 persen per Januari 2010, 50,9 persen pada Agustus 2010, dan sekarang menjadi 48,9 persen.

Kepuasan publik terhadap kinerja Wapres Boediono juga tidak lebih baik. Hanya 36,1 persen publik yang menyatakan puas. “Ini lampu kuning yang sudah agak kemerah-merahan bagi SBY dan Boediono untuk segera memperbaiki kinerja pemerintahan,” katanya.

Dia  menyebut turunnya kepuasan terhadap kinerja SBY ini otomatis akan memperlemah dukungan publik terhadap berbagai program pemerintah. “Begitu juga dukungan kepada parpol beliau (Partai Demokrat, Red),” tegas Qodari.
Ketidakpuasan terhadap kinerja SBY yang paling menonjol tampak pada bidang ekonomi. Sebanyak 55,8 persen publik mengaku tidak puas. Hanya 41,2 persen yang memiliki penilaian sebaliknya. Meskipun tidak terlalu jauh jaraknya, gejala yang sama juga terlihat pada aspek penegakan hukum, yakni 47,8 persen tidak puas dan 46,7 persen puas.

“Kedua hal ini yang perlu dijadikan prioritas terobosan, bukan hanya perhatian, SBY-Boediono,” katanya.
Faisal Basri mengatakan langkah perbaikan yang dikerjakan pemerintahan SBY -Boediono tidak menyentuh lapisan terbesar masyarakat. Karena itu, meskipun indikator ekonomi makro meningkat, ketidakpuasan publik juga terus menanjak.

“Saya dengar banyak orang bilang,di mana -mana, tidak hanya jakarta, tapi juga daerah, bahwa periode pertama SBY agak lumayan. Tapi, periode kedua ini terasa lebih mengecewakan. Makanya, ketidakpuasan meningkat intensitasnya di periode kedua ini,” katanya.

Dia menyebut sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan tinggi di antaranya sektor jasa modern, keuangan, dan asuransi di perkotaan. Sekator manufaktur juga lebih ke otomotif yang dekat dengan kalangan menengah atas.
“Namun, sebagain besar rakyat justru masih terseok -seok,” ujar pria kelahiran Bandung, Jawa Barat, 6 November 1959, itu.

Dia menduga ketidakpuasan terhadap kinerja SBY semakin membesar karena penurunan jumlah orang miskin di desa berjalan lamban. Padahal, dua pertiga penduduk miskin berada di desa. Ini terdeteksi dari perkembangan sektor pertanian yang tertatih -tatih. Menanggapi hasil survei tersebut, Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana Andi Arief menyatakan, menghargai hasil survei tersebut. “Hasil survei apapun kami tetap menghargai,” ujar Andi, di sela acara diskusi, di warung Daun, Jakarta, kemarin.

Namun, secara khusus, Andi menyatakan tidak begitu saja mempercayai hasil survei Indobarometer terakhir. Terutama, terkait penurunan kepuasan terhadap presiden dan kerinduan terhadap orde baru. (pri/dyn/jpnn)

JAKARTA- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan pemerintahannya mendapatkan alarm serius. Kepuasan publik terhadap kinerjanya terus bergerak turun menembus batas “aman”, yakni di bawah 50 persen. Saat ini, hanya 48,9 persen publik yang menyatakan puas dengan kinerja Presiden SBY.

“Ini agak membahayakan, karena angkanya sudah di bawah 50 persen,” kata Direktur Eksekutif Indo Barometer, Muhammad Qodari saat mempresentasikan hasil survei lembaganya di Hotel Atlet Century, Jalan Pintu Satu Senayan, Jakarta Pusat, kemarin (15/5).

Turut berbicara ekonom dari Universitas Indonesia Faisal Basri dan Direktur Lingkar Madani (LIMA) Ray Rangkuti.
Menurut Qodari, tren kepuasan publik terhadap SBY terus menurun sejak pilpres. Data survei Indo Barometer menunjukkan kepuasan terhadap SBY pada Agustus 2009 masih 90,4 persen. Selanjutnya terjun bebas menjadi 74,5 persen per Januari 2010, 50,9 persen pada Agustus 2010, dan sekarang menjadi 48,9 persen.

Kepuasan publik terhadap kinerja Wapres Boediono juga tidak lebih baik. Hanya 36,1 persen publik yang menyatakan puas. “Ini lampu kuning yang sudah agak kemerah-merahan bagi SBY dan Boediono untuk segera memperbaiki kinerja pemerintahan,” katanya.

Dia  menyebut turunnya kepuasan terhadap kinerja SBY ini otomatis akan memperlemah dukungan publik terhadap berbagai program pemerintah. “Begitu juga dukungan kepada parpol beliau (Partai Demokrat, Red),” tegas Qodari.
Ketidakpuasan terhadap kinerja SBY yang paling menonjol tampak pada bidang ekonomi. Sebanyak 55,8 persen publik mengaku tidak puas. Hanya 41,2 persen yang memiliki penilaian sebaliknya. Meskipun tidak terlalu jauh jaraknya, gejala yang sama juga terlihat pada aspek penegakan hukum, yakni 47,8 persen tidak puas dan 46,7 persen puas.

“Kedua hal ini yang perlu dijadikan prioritas terobosan, bukan hanya perhatian, SBY-Boediono,” katanya.
Faisal Basri mengatakan langkah perbaikan yang dikerjakan pemerintahan SBY -Boediono tidak menyentuh lapisan terbesar masyarakat. Karena itu, meskipun indikator ekonomi makro meningkat, ketidakpuasan publik juga terus menanjak.

“Saya dengar banyak orang bilang,di mana -mana, tidak hanya jakarta, tapi juga daerah, bahwa periode pertama SBY agak lumayan. Tapi, periode kedua ini terasa lebih mengecewakan. Makanya, ketidakpuasan meningkat intensitasnya di periode kedua ini,” katanya.

Dia menyebut sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan tinggi di antaranya sektor jasa modern, keuangan, dan asuransi di perkotaan. Sekator manufaktur juga lebih ke otomotif yang dekat dengan kalangan menengah atas.
“Namun, sebagain besar rakyat justru masih terseok -seok,” ujar pria kelahiran Bandung, Jawa Barat, 6 November 1959, itu.

Dia menduga ketidakpuasan terhadap kinerja SBY semakin membesar karena penurunan jumlah orang miskin di desa berjalan lamban. Padahal, dua pertiga penduduk miskin berada di desa. Ini terdeteksi dari perkembangan sektor pertanian yang tertatih -tatih. Menanggapi hasil survei tersebut, Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana Andi Arief menyatakan, menghargai hasil survei tersebut. “Hasil survei apapun kami tetap menghargai,” ujar Andi, di sela acara diskusi, di warung Daun, Jakarta, kemarin.

Namun, secara khusus, Andi menyatakan tidak begitu saja mempercayai hasil survei Indobarometer terakhir. Terutama, terkait penurunan kepuasan terhadap presiden dan kerinduan terhadap orde baru. (pri/dyn/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/