29 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Demi Tanah, Ketua Koptan Selambo Santet Warga

 

Sumber Nauhlae, ketua kelompok tani Selambo ditangkap karena santet.
Sumber Nauhlae, ketua kelompok tani Selambo ditangkap karena santet.

SUMUTPOS.CO – Hingga kini, warga Indonesia masih memegang kuat tradisinya. Kepercayaan terkait santet juga masih mengakar dan jadi sebuah mitos tersendiri. Kasus teranyer menggegerkan warga Jl. Muara, Selambo Toba Kec. Percut Sei Tuan. Kehebohan terjadi pasca warga menangkap basah Sumber Naulae (67), warga Jl. Menteng VII Gang Ikhlas, Medan Denai yang diduga hendak menyantet warga sekitar. Alhasil, atas perbuatan tersebut, pria yang menjabat sebagai Ketua Kelompok Tani (Koptan) Selambo ini nyaris jadi bulan-bulanan massa.

Praktek ilmu hitam ini terungkap saat Sumber Naulae tepergok puluhan pemuda setempat keluar dari sebuah lahan kosong, sekira pukul 03.00 WIB. Curiga ada yang tak beres, pelaku yang mengenakan topi hitam itu pun diinterogasi.

Semula Sumber Naulae berdalih hanya menumpang buang air. Tapi kecurigaan warga kian menjadi saat melihat tangan dan tas kain warna biru yang dipegangnya belepotan tanah. “Awalnya kami lagi duduk-duduk saja di warung itu bang, tiba-tiba keluar bapak itu dari lahan. Katanya tak ada apa-apa, tapi tangannya kotor kayak baru megang tanah dia. Terus ada tas kain warna biru dipegang dia, jadi kami tanyain terus,” kata salah seorang pemuda yang minta namanya dirahasiakan.

Setelah diperiksa, ternyata tas tersebut berisi telur ayam busuk, jeruk purut, cabai merah yang terikat tali tipis, benang 3 warna dan beberapa batu-batuan kecil. Berbekal temuan itulah, para pemuda yang curiga lantas menghubungi para pengetua kampung. Pasalnya, Sumber Naulae dicurigai hendak menyantet warga sekitar.

“Karena barang-barang itu kami pikir alat santet, ya kami panggillah para penatua kampung bang,” tambahnya. Mendapat info ada pelaku santet diamankan, para tokoh desa dan warga pun beramai-ramai mendatangi lokasi.

Saat itulah, Sumber Naulae tak bisa lagi mengelak dan mengakui kalau ia memang berniat menyantet warga. Mendengar itu, massa yang berang nyaris menghakiminya. Tapi karena Sumber Naulae dikenal sebagai salah satu tokoh di Selambo Toba, warga pun mengurungkan niatnya.

Di hadapan ratusan warga, Sumber Naulae mengaku telah menanam alat santet miliknya di 3 titik lahan tersebut. Mendengar itu, warga lantas mendesak agar ia mengambil kembali benda santet tersebut. Akan tetapi Sumber Naulae hanya mengingat 2 titik saja, sementara 1 titik lagi tak berhasil diambil karena ia lupa lokasinya.

“Ada saya tanam 3 di situ, tapi 1 lagi lupa aku karena gelap pas kutanam,” kata Sumber Naulae yang langsung disambut warga dengan makian. Bahkan, warga yang geram dan ketakutan sempat ingin membakar pelaku hidup-hidup. Beruntung, hal ini juga tak sampat terjadi karena puluhan personel Polsek Percut Sei Tuan lekas tiba di lokasi dan mengamankan warga.

Beberapa jam berembuk, akhirnya para pengetua kampung meminta agar kasus tersebut diselesaikan secara kekeluargaan. Apalagi, Sumber Naulae adalah orang lama juga menjabat Ketua Kelompok Tani Selambo. “Kita selesaikan secara kekeluargaan. Itu lebih baik, lagi pula untuk hal semacam ini tidak perlu harus berakhir ke jalur hukum karena susah pembuktiannya,” kata P. Simamora, salah satu pengetua kampung yang berhasil meredam emosi warga.

Dari hasil kesepakatan tersebut, akhirnya Sumber Naulae diminta untuk membuat perjanjian di atas materai yang isinya ia taka kana mengulangi perbuatannya. Selain itu, Sumber Naulae juga dijatuhi adat memberi makan 300 warga sebagai bentuk tolak bala.

Kapolsek Percut Sei Tuan AKP. Ronald Sipayung yang ditemui di lokasi mengatakan jika warga meminta agar kasus tersebut diselesaikan secara kekeluargaan. “Sudah diselesaikan secara kekeluargaan ya, warga yang meminta. Tapi kita tetap lakukan pengamanan di sekitar lokasi selama proses mediasi,” kata mantan Kapolsek Parapat itu.

 

NYANTET DEMI TANAH

Tertangkapnya Sumber Nahulae usai menanam benda-benda santet di sebidang tanah di kawasan Jl. Muara, Selambo Toba, Kec. Percut Sei Tuan sangat disayangkan oleh warga sekitar. Apalagi, selama ini pelaku dikenal warga sebagai salah satu tokoh masyarakat di sekitar lokasi. Dengan wajah pusat pasi pasca dikerumuni ratusan warga, Sumber Nahulae seakan tak bisa lagi berkutik. Kevokalannya selama ini memimpin para petani saat menggelar unjuk rasa memperebutkan lahan sengketa itu pyun seolah sirna.

Saat ditemui kru koran ini, pelaku mengaku nekat menyantet agar sebidang tanah yang dulunya ia garap bisa kembali padanya. Pasalnya, di sebidang tanah tersebut kini telah berdiri sebuah rumah petak yang dihuni oleh Oppung Ferdian Sitohang dan keluarganya.

“Supaya tanahku balik makanya aku menanam benda-benda itu. Setelah kutanam, orang itu pasti tak betah di situ. Jadi aku bisa menguasai lahan itu lagi,” katanya dengan nada menyesal. Masih menurut pelaku, jika santet tersebut ia peroleh dari rekannya warga Padang Sidempuan. Santet tersebut tak melukai, namun hanya membuat perasaan target jadi tak nyaman.”Tak melukai itu, hanya untuk membuat perasaan tak tenang saja. Aku ambil dari Padang Sidimpuan itu,” katanya.

Terkuaknya target santet pelaku bermula dari ditemukannya sebuah tulisan di pelepah pisang kering yang bercampur aksara batak. Dalam pelepah sepanjang 30 cm tersebut tertulis 3 nama yang jadi target yakni Oppung Ferdian Sitohang, Mak Ferdian boru Sitanggang serta Ferdian yang merupakan penghuni rumah dan lahan tersebut.

Oppung Ferdian Sitohang yang jadi tau jadi korban santet sontak berang karena tak menduga ia dan keluarganya bakal jadi target santet Sumber Nahulae. “Molo naeng mate jolma memang mate do, alai boasa ikkon ahu gabe target. Pamate ma i. (Kalau mau mati, manusia pasti mati, tapi kenapa harus aku jadi targetnya. Matikan saja dia itu.),” kesal Oppung Ferdian. Karena korban tetap tak terima, akhirnya warga pun menambah hukuman pada Sumber Nahulae, dimana ia tak lagi diperbolehkan untuk mendatangi kawasan Selambo, dan jabatannya sebagai ketua kelompok tani pun otomatis hilang.

Setelah menyanggupi kesepakatan yang tertuang dalam kertas yang dibubuhi tanda tangan warga yang diwakili 7 pengetua kampung dan pelaku, akhirnya Sumber Nahulae pun diperbolehkan pulang. “Sudah selesai masalah itu ya, warga sudah sepakat,” tandas Kapolsek Percut, AKP Ronald Sipayung. (wel/deo)

 

Sumber Nauhlae, ketua kelompok tani Selambo ditangkap karena santet.
Sumber Nauhlae, ketua kelompok tani Selambo ditangkap karena santet.

SUMUTPOS.CO – Hingga kini, warga Indonesia masih memegang kuat tradisinya. Kepercayaan terkait santet juga masih mengakar dan jadi sebuah mitos tersendiri. Kasus teranyer menggegerkan warga Jl. Muara, Selambo Toba Kec. Percut Sei Tuan. Kehebohan terjadi pasca warga menangkap basah Sumber Naulae (67), warga Jl. Menteng VII Gang Ikhlas, Medan Denai yang diduga hendak menyantet warga sekitar. Alhasil, atas perbuatan tersebut, pria yang menjabat sebagai Ketua Kelompok Tani (Koptan) Selambo ini nyaris jadi bulan-bulanan massa.

Praktek ilmu hitam ini terungkap saat Sumber Naulae tepergok puluhan pemuda setempat keluar dari sebuah lahan kosong, sekira pukul 03.00 WIB. Curiga ada yang tak beres, pelaku yang mengenakan topi hitam itu pun diinterogasi.

Semula Sumber Naulae berdalih hanya menumpang buang air. Tapi kecurigaan warga kian menjadi saat melihat tangan dan tas kain warna biru yang dipegangnya belepotan tanah. “Awalnya kami lagi duduk-duduk saja di warung itu bang, tiba-tiba keluar bapak itu dari lahan. Katanya tak ada apa-apa, tapi tangannya kotor kayak baru megang tanah dia. Terus ada tas kain warna biru dipegang dia, jadi kami tanyain terus,” kata salah seorang pemuda yang minta namanya dirahasiakan.

Setelah diperiksa, ternyata tas tersebut berisi telur ayam busuk, jeruk purut, cabai merah yang terikat tali tipis, benang 3 warna dan beberapa batu-batuan kecil. Berbekal temuan itulah, para pemuda yang curiga lantas menghubungi para pengetua kampung. Pasalnya, Sumber Naulae dicurigai hendak menyantet warga sekitar.

“Karena barang-barang itu kami pikir alat santet, ya kami panggillah para penatua kampung bang,” tambahnya. Mendapat info ada pelaku santet diamankan, para tokoh desa dan warga pun beramai-ramai mendatangi lokasi.

Saat itulah, Sumber Naulae tak bisa lagi mengelak dan mengakui kalau ia memang berniat menyantet warga. Mendengar itu, massa yang berang nyaris menghakiminya. Tapi karena Sumber Naulae dikenal sebagai salah satu tokoh di Selambo Toba, warga pun mengurungkan niatnya.

Di hadapan ratusan warga, Sumber Naulae mengaku telah menanam alat santet miliknya di 3 titik lahan tersebut. Mendengar itu, warga lantas mendesak agar ia mengambil kembali benda santet tersebut. Akan tetapi Sumber Naulae hanya mengingat 2 titik saja, sementara 1 titik lagi tak berhasil diambil karena ia lupa lokasinya.

“Ada saya tanam 3 di situ, tapi 1 lagi lupa aku karena gelap pas kutanam,” kata Sumber Naulae yang langsung disambut warga dengan makian. Bahkan, warga yang geram dan ketakutan sempat ingin membakar pelaku hidup-hidup. Beruntung, hal ini juga tak sampat terjadi karena puluhan personel Polsek Percut Sei Tuan lekas tiba di lokasi dan mengamankan warga.

Beberapa jam berembuk, akhirnya para pengetua kampung meminta agar kasus tersebut diselesaikan secara kekeluargaan. Apalagi, Sumber Naulae adalah orang lama juga menjabat Ketua Kelompok Tani Selambo. “Kita selesaikan secara kekeluargaan. Itu lebih baik, lagi pula untuk hal semacam ini tidak perlu harus berakhir ke jalur hukum karena susah pembuktiannya,” kata P. Simamora, salah satu pengetua kampung yang berhasil meredam emosi warga.

Dari hasil kesepakatan tersebut, akhirnya Sumber Naulae diminta untuk membuat perjanjian di atas materai yang isinya ia taka kana mengulangi perbuatannya. Selain itu, Sumber Naulae juga dijatuhi adat memberi makan 300 warga sebagai bentuk tolak bala.

Kapolsek Percut Sei Tuan AKP. Ronald Sipayung yang ditemui di lokasi mengatakan jika warga meminta agar kasus tersebut diselesaikan secara kekeluargaan. “Sudah diselesaikan secara kekeluargaan ya, warga yang meminta. Tapi kita tetap lakukan pengamanan di sekitar lokasi selama proses mediasi,” kata mantan Kapolsek Parapat itu.

 

NYANTET DEMI TANAH

Tertangkapnya Sumber Nahulae usai menanam benda-benda santet di sebidang tanah di kawasan Jl. Muara, Selambo Toba, Kec. Percut Sei Tuan sangat disayangkan oleh warga sekitar. Apalagi, selama ini pelaku dikenal warga sebagai salah satu tokoh masyarakat di sekitar lokasi. Dengan wajah pusat pasi pasca dikerumuni ratusan warga, Sumber Nahulae seakan tak bisa lagi berkutik. Kevokalannya selama ini memimpin para petani saat menggelar unjuk rasa memperebutkan lahan sengketa itu pyun seolah sirna.

Saat ditemui kru koran ini, pelaku mengaku nekat menyantet agar sebidang tanah yang dulunya ia garap bisa kembali padanya. Pasalnya, di sebidang tanah tersebut kini telah berdiri sebuah rumah petak yang dihuni oleh Oppung Ferdian Sitohang dan keluarganya.

“Supaya tanahku balik makanya aku menanam benda-benda itu. Setelah kutanam, orang itu pasti tak betah di situ. Jadi aku bisa menguasai lahan itu lagi,” katanya dengan nada menyesal. Masih menurut pelaku, jika santet tersebut ia peroleh dari rekannya warga Padang Sidempuan. Santet tersebut tak melukai, namun hanya membuat perasaan target jadi tak nyaman.”Tak melukai itu, hanya untuk membuat perasaan tak tenang saja. Aku ambil dari Padang Sidimpuan itu,” katanya.

Terkuaknya target santet pelaku bermula dari ditemukannya sebuah tulisan di pelepah pisang kering yang bercampur aksara batak. Dalam pelepah sepanjang 30 cm tersebut tertulis 3 nama yang jadi target yakni Oppung Ferdian Sitohang, Mak Ferdian boru Sitanggang serta Ferdian yang merupakan penghuni rumah dan lahan tersebut.

Oppung Ferdian Sitohang yang jadi tau jadi korban santet sontak berang karena tak menduga ia dan keluarganya bakal jadi target santet Sumber Nahulae. “Molo naeng mate jolma memang mate do, alai boasa ikkon ahu gabe target. Pamate ma i. (Kalau mau mati, manusia pasti mati, tapi kenapa harus aku jadi targetnya. Matikan saja dia itu.),” kesal Oppung Ferdian. Karena korban tetap tak terima, akhirnya warga pun menambah hukuman pada Sumber Nahulae, dimana ia tak lagi diperbolehkan untuk mendatangi kawasan Selambo, dan jabatannya sebagai ketua kelompok tani pun otomatis hilang.

Setelah menyanggupi kesepakatan yang tertuang dalam kertas yang dibubuhi tanda tangan warga yang diwakili 7 pengetua kampung dan pelaku, akhirnya Sumber Nahulae pun diperbolehkan pulang. “Sudah selesai masalah itu ya, warga sudah sepakat,” tandas Kapolsek Percut, AKP Ronald Sipayung. (wel/deo)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/