30 C
Medan
Sunday, October 20, 2024
spot_img

Partai Islam Alami Masa Sulit

JAKARTA – Kiprah partai politik (parpol) dengan basis Islam diprediksi mengalami masa-masa sulit di Pemilu Legislatif (Pileg) 2014. Temuan Lembaga Survei Nasional (LSN) menyatakan, lebih banyak responden yang memprediksi parpol Islam mengalami penurunan suara dibanding perolehan di pemilu sebelumnya.

Peneliti LSN Dipa Pradipta menyatakan, berdasar hasil survei LSN pada 20″30 Oktober lalu di 34 provinsi, mayoritas responden menilai pesimistis kemampuan parpol Islam bersaing di Pemilu 2014. Parpol Islam dianggap relatif tidak mampu berbicara banyak menghadapi persaingan dengan parpol berbasis nasionalis.

“Sebanyak 42,8 persen responden memprediksi suara parpol Islam menurun, kalah dibanding parpol nasionalis,” ujar Dipa dalam keterangan pers paparan survei LSN berjudul “Parpol Islam dan Pemilu 2014: Wacana Koalisi dan Figur Pemersatu” di Hotel Century, Jakarta, kemarin (24/11).

Dari sampel responden survei yang berjumlah 1.240 orang, hanya 21,6 persen yang menilai parpol Islam akan mengalami kenaikan suara. Sementara itu, 35,6 persen responden mengaku tidak tahu.

Dipa menjelaskan, dari survei itu bisa diketahui penyebab penurunan suara sejumlah parpol Islam. Lebih banyak responden, yakni 17,3 persen, yang menilai suara parpol Islam menurun karena stigma buruk kasus korupsi. Terutama yang terjadi pada mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Luthfi Hasan Ishaaq. Responden lain menganggap penurunan suara parpol Islam adalah akibat kinerja mereka yang dinilai tidak maksimal.  “Responden juga menilai parpol Islam adalah partai yang konservatif serta tidak memiliki pemimpin yang kuat,” ujarnya.

Dalam posisi itulah, responden menganggap wacana adanya koalisi parpol Islam yang sempat didengungkan perlu direalisasikan. Sebanyak 45,6 persen responden sependapat jika parpol Islam peserta pemilu saat ini menjalin koalisi. Sementara 23,7 persen responden menyatakan kurang setuju dan 30,7 persen mengaku tidak tahu.

“Perlunya parpol Islam berkoalisi dinilai responden untuk memelihara persatuan umat Islam,” ucap Dipa. Sebanyak 23,1 persen responden menyatakan hal tersebut. Sementara itu, 17,3 persen responden menilai parpol Islam perlu berkoalisi untuk memenangi Pilpres 2014.

Lantas siapa tokoh yang dinilai mampu mempersatukan parpol Islam itu” Dipa mengungkapkan, sejumlah tokoh muncul dan bersaing ketat dalam pandangan responden terkait dengan pertanyaan tersebut. Namun, 16,4 persen responden atau suara terbanyak menyebut mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud M.D. yang cocok sebagai figur pemersatu. Selain Mahfud, ada sosok legenda dangdut Rhoma Irama dan Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suryadharma Ali yang menjadi kandidat kuat.

“Di luar nama-nama itu, sosok Amien Rais sudah tidak diperhitungkan responden,” jelas Dipa. Amien hanya berada di urutan keempat dalam subjek pertanyaan survei tersebut.

Sosok Mahfud, lanjut Dipa, juga dianggap layak untuk maju sebagai calon presiden (capres). Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang notabene parpol yang dekat dengan Mahfud dinilai pantas untuk mengusungnya maju sebagai capres. “Mayoritas responden, yakni 31,8 persen, menilai Mahfud lebih pantas diusung PKB daripada Jusuf Kalla,” terangnya. (bay/c9/fat/jpnn)

JAKARTA – Kiprah partai politik (parpol) dengan basis Islam diprediksi mengalami masa-masa sulit di Pemilu Legislatif (Pileg) 2014. Temuan Lembaga Survei Nasional (LSN) menyatakan, lebih banyak responden yang memprediksi parpol Islam mengalami penurunan suara dibanding perolehan di pemilu sebelumnya.

Peneliti LSN Dipa Pradipta menyatakan, berdasar hasil survei LSN pada 20″30 Oktober lalu di 34 provinsi, mayoritas responden menilai pesimistis kemampuan parpol Islam bersaing di Pemilu 2014. Parpol Islam dianggap relatif tidak mampu berbicara banyak menghadapi persaingan dengan parpol berbasis nasionalis.

“Sebanyak 42,8 persen responden memprediksi suara parpol Islam menurun, kalah dibanding parpol nasionalis,” ujar Dipa dalam keterangan pers paparan survei LSN berjudul “Parpol Islam dan Pemilu 2014: Wacana Koalisi dan Figur Pemersatu” di Hotel Century, Jakarta, kemarin (24/11).

Dari sampel responden survei yang berjumlah 1.240 orang, hanya 21,6 persen yang menilai parpol Islam akan mengalami kenaikan suara. Sementara itu, 35,6 persen responden mengaku tidak tahu.

Dipa menjelaskan, dari survei itu bisa diketahui penyebab penurunan suara sejumlah parpol Islam. Lebih banyak responden, yakni 17,3 persen, yang menilai suara parpol Islam menurun karena stigma buruk kasus korupsi. Terutama yang terjadi pada mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Luthfi Hasan Ishaaq. Responden lain menganggap penurunan suara parpol Islam adalah akibat kinerja mereka yang dinilai tidak maksimal.  “Responden juga menilai parpol Islam adalah partai yang konservatif serta tidak memiliki pemimpin yang kuat,” ujarnya.

Dalam posisi itulah, responden menganggap wacana adanya koalisi parpol Islam yang sempat didengungkan perlu direalisasikan. Sebanyak 45,6 persen responden sependapat jika parpol Islam peserta pemilu saat ini menjalin koalisi. Sementara 23,7 persen responden menyatakan kurang setuju dan 30,7 persen mengaku tidak tahu.

“Perlunya parpol Islam berkoalisi dinilai responden untuk memelihara persatuan umat Islam,” ucap Dipa. Sebanyak 23,1 persen responden menyatakan hal tersebut. Sementara itu, 17,3 persen responden menilai parpol Islam perlu berkoalisi untuk memenangi Pilpres 2014.

Lantas siapa tokoh yang dinilai mampu mempersatukan parpol Islam itu” Dipa mengungkapkan, sejumlah tokoh muncul dan bersaing ketat dalam pandangan responden terkait dengan pertanyaan tersebut. Namun, 16,4 persen responden atau suara terbanyak menyebut mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud M.D. yang cocok sebagai figur pemersatu. Selain Mahfud, ada sosok legenda dangdut Rhoma Irama dan Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suryadharma Ali yang menjadi kandidat kuat.

“Di luar nama-nama itu, sosok Amien Rais sudah tidak diperhitungkan responden,” jelas Dipa. Amien hanya berada di urutan keempat dalam subjek pertanyaan survei tersebut.

Sosok Mahfud, lanjut Dipa, juga dianggap layak untuk maju sebagai calon presiden (capres). Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang notabene parpol yang dekat dengan Mahfud dinilai pantas untuk mengusungnya maju sebagai capres. “Mayoritas responden, yakni 31,8 persen, menilai Mahfud lebih pantas diusung PKB daripada Jusuf Kalla,” terangnya. (bay/c9/fat/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/