26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Akhir 95 Tahun yang Luar Biasa

SUMUTPOS.CO – Nelson Mandela akhirnya “pulang” ke kampung halaman. Presiden kulit hitam pertama Afrika Selatan itu kemarin (15/12) dimakamkan di Desa Qunu, tempat dia menghabiskan masa kecilnya.

TIBA: Jenazah Nelson Mandela tiba di tanah kelahirannya di Desa Qunu untuk disemayamkan.//FELIX DLANGAMANDLA/AFP PHOTO
TIBA: Jenazah Nelson Mandela tiba di tanah kelahirannya di Desa Qunu untuk disemayamkan.//FELIX DLANGAMANDLA/AFP PHOTO

Di bawah sengatan matahari, pasukan tentara mengusung peti jenazahnya ke pemakaman dan melepaskan bendera nasional. Sejumlah rangkaian bunga putih pun mengelilingi peti tersebut.

Istrinya, Graca Machel, dan petakziah lainnya menyaksikan pemakaman itu di bawah tenda. Sementara itu, sejumlah helikopter yang menerbangkan bendera nasional.

Afsel meraung-raung di angkasa. “Sekarang kau (Mandela) telah mencapai kemerdekaan sejati di bawah lindungan Tuhan, Sang Pencipta,” ujar pembawa acara dalam pemakaman tersebut.

Para pemimpin adat yang berpakaian kulit binatang mengikuti upacara pemakaman tersebut dalam balutan setelan warna gelap. Lokasi pemakaman Mandela berada di puncak bukit dengan pemandangan lembah Qunu yang membentang luas. Upacara pemakaman tersebut dimulai dengan mendorong peti jenazah menggunakan keranda beroda menuju ke tenda yang disiapkan. Penduduk lokal menyaksikan dan sebagian lainnya menari untuk menghormati jasa Mandela semasa hidup.

Di dalam tenda, cahaya ratusan lilin berkejap-kejap menyinari wajah-wajah peziarah yang tidak mampu menahan air mata. Saat lagu kebangsaan Nkosi Sikelel iAfrika atau “Tuhan Memberkati Afrika” terdengar membahana hingga kaki bukit, sebuah foto Mandela yang berukuran raksasa dihadirkan di tengah-tengah peziarah. “Hari ini menandai akhir perjalanan luar biasa yang dimulai 95 tahun lalu,” tutur Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma yang memberikan sambutan di tengah upacara pemakaman. “Ini adalah akhir 95 tahun yang luar biasa dari seorang pejuang kemerdekaan. Api harapan menyinari mereka yang berjuang untuk keadilan dan kedamaian dunia,” tambahnya.

Presiden berterima kasih kepada keluarga Mandela yang sudah membaginya kepada dunia. Zuma juga menyatakan bahwa kenangannya akan tetap hidup abadi. “Kami tidak akan mengucapkan selamat tinggal. Sebab, engkau (Mandela) memang tidak pergi,” ucap Zuma. “Kau akan hidup selamanya dalam hati dan pikiran kami,” lanjutnya.

Sekitar 4.500 orang berkumpul di tenda, termasuk janda Mandela, Graca Machel, yang terlihat beberapa kali mengeringkan matanya dengan sapu tangan. Mantan istrinya, Winnie Mandela, berdiri di samping Machel.

Petakziah yang hadir mewakili semua sisi kehidupan Mandela. Ada selebriti, presiden, keluarga, dan mantan tawanan politik. “Kau adalah simbol hari ini dan akan selalu begitu. Simbol maaf dan rekonsiliasi,” ujar Ahmed Kathrada, seorang sahabat yang pernah ditahan bersama dengan Mandela karena menolak pemerintahan apartheid.

“Saya kehilangan seorang kakak. Hidupku kini hampa dan tidak tahu kepada siapa harus mengadu nanti,” katanya yang terus-menerus menangis. Ratu talk show Oprah Winfrey, Pangeran Charles, dan konglomerat Richard Branson pun hadir dalam pemakaman itu.

Upacara pemakaman tersebut sekaligus mengakhiri sepuluh hari berkabung nasional untuk menghormati tokoh yang tersohor hingga melampaui batas-batas wilayah negara. “Nelson Mandela adalah pemimpin kita, pahlawan kita, ikon dan ayah kita seperti Anda (rakyat Afrika Selatan) memilikinya,” ujar Presiden Tanzania Jakaya Kikwate.

Kemudian, dia mengisahkan kepada para tamu yang hadir tentang lawatan rahasianya pada 1962 ke Dar es Salaam untuk menggalang dukungan kepada ANC (Kongres Nasional Afrika), partainya. Saat berjuang melawan apartheid, Mandela pernah terbang ke Tanzania yang pernah menjadi markas partainya. Pemerintah minoritas kulit putih Afsel saat itu melarang ANC untuk hidup.

Jenazah Mandela tiba Sabtu (14/12) di Desa Qunu, Provinsi Cape Timur. Dia tumbuh di sana. Sebelum tiba di Qunu, jenazahnya disemayamkan tiga hari di Pretoria.

QUNU, desa kecil di kawasan King Sabata Dalindyebo, Distrik O.R Tambo, Provinsi Eastern Cape, Afrika Selatan (Afsel), menjadi tempat peristirahatan terakhir Mandela. Sesuai dengan permintaan Mandela, keluarga sepakat mengebumikan penerima Nobel Perdamaian 1993 tersebut di tanah kelahirannya, Qunu.  Desa dalam otobiografi Long Walk to Freedom yang disebut Mandela sebagai tempat terindah masa kanak-kanaknya.  (AP/AFP/hep/c15/dos)

SUMUTPOS.CO – Nelson Mandela akhirnya “pulang” ke kampung halaman. Presiden kulit hitam pertama Afrika Selatan itu kemarin (15/12) dimakamkan di Desa Qunu, tempat dia menghabiskan masa kecilnya.

TIBA: Jenazah Nelson Mandela tiba di tanah kelahirannya di Desa Qunu untuk disemayamkan.//FELIX DLANGAMANDLA/AFP PHOTO
TIBA: Jenazah Nelson Mandela tiba di tanah kelahirannya di Desa Qunu untuk disemayamkan.//FELIX DLANGAMANDLA/AFP PHOTO

Di bawah sengatan matahari, pasukan tentara mengusung peti jenazahnya ke pemakaman dan melepaskan bendera nasional. Sejumlah rangkaian bunga putih pun mengelilingi peti tersebut.

Istrinya, Graca Machel, dan petakziah lainnya menyaksikan pemakaman itu di bawah tenda. Sementara itu, sejumlah helikopter yang menerbangkan bendera nasional.

Afsel meraung-raung di angkasa. “Sekarang kau (Mandela) telah mencapai kemerdekaan sejati di bawah lindungan Tuhan, Sang Pencipta,” ujar pembawa acara dalam pemakaman tersebut.

Para pemimpin adat yang berpakaian kulit binatang mengikuti upacara pemakaman tersebut dalam balutan setelan warna gelap. Lokasi pemakaman Mandela berada di puncak bukit dengan pemandangan lembah Qunu yang membentang luas. Upacara pemakaman tersebut dimulai dengan mendorong peti jenazah menggunakan keranda beroda menuju ke tenda yang disiapkan. Penduduk lokal menyaksikan dan sebagian lainnya menari untuk menghormati jasa Mandela semasa hidup.

Di dalam tenda, cahaya ratusan lilin berkejap-kejap menyinari wajah-wajah peziarah yang tidak mampu menahan air mata. Saat lagu kebangsaan Nkosi Sikelel iAfrika atau “Tuhan Memberkati Afrika” terdengar membahana hingga kaki bukit, sebuah foto Mandela yang berukuran raksasa dihadirkan di tengah-tengah peziarah. “Hari ini menandai akhir perjalanan luar biasa yang dimulai 95 tahun lalu,” tutur Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma yang memberikan sambutan di tengah upacara pemakaman. “Ini adalah akhir 95 tahun yang luar biasa dari seorang pejuang kemerdekaan. Api harapan menyinari mereka yang berjuang untuk keadilan dan kedamaian dunia,” tambahnya.

Presiden berterima kasih kepada keluarga Mandela yang sudah membaginya kepada dunia. Zuma juga menyatakan bahwa kenangannya akan tetap hidup abadi. “Kami tidak akan mengucapkan selamat tinggal. Sebab, engkau (Mandela) memang tidak pergi,” ucap Zuma. “Kau akan hidup selamanya dalam hati dan pikiran kami,” lanjutnya.

Sekitar 4.500 orang berkumpul di tenda, termasuk janda Mandela, Graca Machel, yang terlihat beberapa kali mengeringkan matanya dengan sapu tangan. Mantan istrinya, Winnie Mandela, berdiri di samping Machel.

Petakziah yang hadir mewakili semua sisi kehidupan Mandela. Ada selebriti, presiden, keluarga, dan mantan tawanan politik. “Kau adalah simbol hari ini dan akan selalu begitu. Simbol maaf dan rekonsiliasi,” ujar Ahmed Kathrada, seorang sahabat yang pernah ditahan bersama dengan Mandela karena menolak pemerintahan apartheid.

“Saya kehilangan seorang kakak. Hidupku kini hampa dan tidak tahu kepada siapa harus mengadu nanti,” katanya yang terus-menerus menangis. Ratu talk show Oprah Winfrey, Pangeran Charles, dan konglomerat Richard Branson pun hadir dalam pemakaman itu.

Upacara pemakaman tersebut sekaligus mengakhiri sepuluh hari berkabung nasional untuk menghormati tokoh yang tersohor hingga melampaui batas-batas wilayah negara. “Nelson Mandela adalah pemimpin kita, pahlawan kita, ikon dan ayah kita seperti Anda (rakyat Afrika Selatan) memilikinya,” ujar Presiden Tanzania Jakaya Kikwate.

Kemudian, dia mengisahkan kepada para tamu yang hadir tentang lawatan rahasianya pada 1962 ke Dar es Salaam untuk menggalang dukungan kepada ANC (Kongres Nasional Afrika), partainya. Saat berjuang melawan apartheid, Mandela pernah terbang ke Tanzania yang pernah menjadi markas partainya. Pemerintah minoritas kulit putih Afsel saat itu melarang ANC untuk hidup.

Jenazah Mandela tiba Sabtu (14/12) di Desa Qunu, Provinsi Cape Timur. Dia tumbuh di sana. Sebelum tiba di Qunu, jenazahnya disemayamkan tiga hari di Pretoria.

QUNU, desa kecil di kawasan King Sabata Dalindyebo, Distrik O.R Tambo, Provinsi Eastern Cape, Afrika Selatan (Afsel), menjadi tempat peristirahatan terakhir Mandela. Sesuai dengan permintaan Mandela, keluarga sepakat mengebumikan penerima Nobel Perdamaian 1993 tersebut di tanah kelahirannya, Qunu.  Desa dalam otobiografi Long Walk to Freedom yang disebut Mandela sebagai tempat terindah masa kanak-kanaknya.  (AP/AFP/hep/c15/dos)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/