26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Inalum Bangun PLTU 600 MW

pt-inalumJAKARTA, SUMUTPOS.CO – Nama Ketua Otorita Asahan Effendi Sirait yang sempat disebut-sebut bakal memimpin PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum), akhirnya terpental. Menteri Badan Usahan
Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan telah menunjuk Hasoloan Sijabat sebagai Dirut Inalum.  Dalam perkembangannya Inalum pun berencana membangun pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berkapasitas 600 MW. Pembangunan pembangkit ini menelan biaya Rp2-3 triliun.

“Sudah ditunjuk Dirutnya Pak Sijabat dan  dua direksinya,” ujar Dahlan usai penandatanganan akta pengalihan saham Inalum dari konsorsium perusahaan Jepang, NAA, ke pemerintaj RI yang diwakili Dahlan, di Gedung Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (19/12).

Sijabat bukan orang baru di Inalum. Selama ini dia menduduki jabatan sebagai Direktur Bisnis Inalum. Rencananya, rapat umum pemegang saham (RUPS) perdana Inalum akan digelar April 2014. Jabatan Sijabat akan bersifat definitif jika RUPS menyetujui jabatannya diperpanjang lagi.

“(RUPS) tidak harus buru-buru dilakukan karena direksi yang sekarang itu orang dalam (Inalum) jadi operasionalnya tidak akan terganggu dan tidak akan menurun,” tegas Dahlan.

Selain Dirut, jabatan dua direktur juga sudah ditunjuk orangnya, yakni Direktur Produksi Inalum, Harmon Yunaz, dan Direktur SDM dan Umum PT Inalum, Nasril Kamaruddin.

Inalum resmi menjadi milik Indonesia 100 persen setelah 37 tahun mayoritas sahamnya dimiliki konsorsium perusahaan Jepang, Nippon Asahan Alumunium (NAA). Akta pengalihan saham PT Inalum dari NAA ke pemerintah RI diteken di di Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (19/12).

“Inalum hari ini baru final menjadi BUMN setelah tadi ditandatangani akta pengalihan saham,” ujar Dahlan Iskan usai acara. Mantan Dirut PLN ini memastikan bahwa Indonesia telah sepenuhnya membayar USD 556,7 juta.

Meski awalnya penandatanganan pengalihan saham ini sempat tertunda sekitar 30 menit lantaran pihak Jepang ingin memastikan terlebih dulu apakah uang yang telah disepakati oleh Indonesia sudah dibayar sepenuhnya.

“Ini menunggu dulu, mereka sedang cek apakah uangnya sudah masuk ke rekening mereka atau belum. Hari ini uangnya sudah masuk, memang waktunya menunggu agak lama. Tadi jam 11 sudah masuk uangnya. Jadi sebelum ditandatangani, mereka harus memastikan dulu,” beber Dahlan.

Namun selang 10 menit kemudian, akhirnya penandatanganan pengalihan saham Inalum bisa berjalan dengan baik sekitar pukul 13.40 WIB.

“Film yang baik itu adalah yang ada ketegangan-ketegangan kecil, seperti barusan. Harus menunggu dulu untuk memperoleh kebahagiaan sepenuhnya Inalum,” ucap Dahlan.

Mengenai ketidakhadiran Menteri Perindustrian MS Hidayat dan Menteri Keuangan Chatib Basri dalam penandatanganan pengalihan saham Inalum, Dahlan tegaskan bahwa kedua menteri tersebut sudah menyerahkan sepenuhnya masalah Inalum ini kepada dirinya.

“Mereka sudah serahkan sepenuhnya pada saya, jadi enggak perlu lagi Pak Hidayat dan Pak Chatib,” tutupnya.

Dahlan juga menyampaikan Inalum berencana membangun pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berkapasitas 600 MW. Pembangunan pembangkit ini menelan biaya Rp2-3 triliun. “Dananya dari perusahaan sendiri. Inalum sendiri kan punya uang,” kata Dahlan.

Pembangunan pembangkit listrik itu bertujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi. Sebab, Dahlan mewanti-wanti Inalum agar produksinya tidak merosot. “Pertama, produksinya tidak boleh merosot, tidak boleh lebih jelek. Yang kedua, harus meningkatkan kapasitasnya dua kali lipat dan itu mampu. Untuk itu, perlu membangun pembangkit listrik dan sudah siap membangun. Tanahnya sudah ada dan pelabuhannya jugga ada. Jadi, nanti prosesnya lebih cepat,” kata dia.

Sebelumnya, Dahlan menuturkan pemerintah akan membangun PLTU untuk meningkatkan kapasitas produksi aluminium perusahaan tersebut. “Kami akan membangun pembangkit listrik di Inalum itu tenaga uap, karena yang dari air itu tidak cukup untuk meningkatkan kapasitas (produksi),” ujarnya.

Pembangkit listrik ini rencananya dibangun pada 2015 dan ditargetkan selesai pada 2017. Menurut Dahlan, pembangkit listrik tersebut bertujuan untuk meningkatkan produksi dari 250 ribu metrik ton per tahun menjadi 425 ribu metrik ton per tahun pada 2017. “Kapasitasnya 2×300 MW,” ungkapnya.

Selain pembangunan PLTU, Dahlan juga menyarankan agar Inalum menjadi pemegang saham di proyek aluminium di Mempawah, Sumatera Utara. Proyek tersebut adalah milik PT Aneka Tambang Tbk.

“Proyek aluminium itu akan menjadi bahan baku Inalum di Sumatera Utara,” ungkapnya.

Namun, Dahlan enggan membicarakan berapa persen saham yang akan dimiliki Inalum dalam proyek tersebut. “Biar mereka bicaralah,” paparnya. (sam/bbs/rbb)

pt-inalumJAKARTA, SUMUTPOS.CO – Nama Ketua Otorita Asahan Effendi Sirait yang sempat disebut-sebut bakal memimpin PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum), akhirnya terpental. Menteri Badan Usahan
Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan telah menunjuk Hasoloan Sijabat sebagai Dirut Inalum.  Dalam perkembangannya Inalum pun berencana membangun pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berkapasitas 600 MW. Pembangunan pembangkit ini menelan biaya Rp2-3 triliun.

“Sudah ditunjuk Dirutnya Pak Sijabat dan  dua direksinya,” ujar Dahlan usai penandatanganan akta pengalihan saham Inalum dari konsorsium perusahaan Jepang, NAA, ke pemerintaj RI yang diwakili Dahlan, di Gedung Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (19/12).

Sijabat bukan orang baru di Inalum. Selama ini dia menduduki jabatan sebagai Direktur Bisnis Inalum. Rencananya, rapat umum pemegang saham (RUPS) perdana Inalum akan digelar April 2014. Jabatan Sijabat akan bersifat definitif jika RUPS menyetujui jabatannya diperpanjang lagi.

“(RUPS) tidak harus buru-buru dilakukan karena direksi yang sekarang itu orang dalam (Inalum) jadi operasionalnya tidak akan terganggu dan tidak akan menurun,” tegas Dahlan.

Selain Dirut, jabatan dua direktur juga sudah ditunjuk orangnya, yakni Direktur Produksi Inalum, Harmon Yunaz, dan Direktur SDM dan Umum PT Inalum, Nasril Kamaruddin.

Inalum resmi menjadi milik Indonesia 100 persen setelah 37 tahun mayoritas sahamnya dimiliki konsorsium perusahaan Jepang, Nippon Asahan Alumunium (NAA). Akta pengalihan saham PT Inalum dari NAA ke pemerintah RI diteken di di Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (19/12).

“Inalum hari ini baru final menjadi BUMN setelah tadi ditandatangani akta pengalihan saham,” ujar Dahlan Iskan usai acara. Mantan Dirut PLN ini memastikan bahwa Indonesia telah sepenuhnya membayar USD 556,7 juta.

Meski awalnya penandatanganan pengalihan saham ini sempat tertunda sekitar 30 menit lantaran pihak Jepang ingin memastikan terlebih dulu apakah uang yang telah disepakati oleh Indonesia sudah dibayar sepenuhnya.

“Ini menunggu dulu, mereka sedang cek apakah uangnya sudah masuk ke rekening mereka atau belum. Hari ini uangnya sudah masuk, memang waktunya menunggu agak lama. Tadi jam 11 sudah masuk uangnya. Jadi sebelum ditandatangani, mereka harus memastikan dulu,” beber Dahlan.

Namun selang 10 menit kemudian, akhirnya penandatanganan pengalihan saham Inalum bisa berjalan dengan baik sekitar pukul 13.40 WIB.

“Film yang baik itu adalah yang ada ketegangan-ketegangan kecil, seperti barusan. Harus menunggu dulu untuk memperoleh kebahagiaan sepenuhnya Inalum,” ucap Dahlan.

Mengenai ketidakhadiran Menteri Perindustrian MS Hidayat dan Menteri Keuangan Chatib Basri dalam penandatanganan pengalihan saham Inalum, Dahlan tegaskan bahwa kedua menteri tersebut sudah menyerahkan sepenuhnya masalah Inalum ini kepada dirinya.

“Mereka sudah serahkan sepenuhnya pada saya, jadi enggak perlu lagi Pak Hidayat dan Pak Chatib,” tutupnya.

Dahlan juga menyampaikan Inalum berencana membangun pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berkapasitas 600 MW. Pembangunan pembangkit ini menelan biaya Rp2-3 triliun. “Dananya dari perusahaan sendiri. Inalum sendiri kan punya uang,” kata Dahlan.

Pembangunan pembangkit listrik itu bertujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi. Sebab, Dahlan mewanti-wanti Inalum agar produksinya tidak merosot. “Pertama, produksinya tidak boleh merosot, tidak boleh lebih jelek. Yang kedua, harus meningkatkan kapasitasnya dua kali lipat dan itu mampu. Untuk itu, perlu membangun pembangkit listrik dan sudah siap membangun. Tanahnya sudah ada dan pelabuhannya jugga ada. Jadi, nanti prosesnya lebih cepat,” kata dia.

Sebelumnya, Dahlan menuturkan pemerintah akan membangun PLTU untuk meningkatkan kapasitas produksi aluminium perusahaan tersebut. “Kami akan membangun pembangkit listrik di Inalum itu tenaga uap, karena yang dari air itu tidak cukup untuk meningkatkan kapasitas (produksi),” ujarnya.

Pembangkit listrik ini rencananya dibangun pada 2015 dan ditargetkan selesai pada 2017. Menurut Dahlan, pembangkit listrik tersebut bertujuan untuk meningkatkan produksi dari 250 ribu metrik ton per tahun menjadi 425 ribu metrik ton per tahun pada 2017. “Kapasitasnya 2×300 MW,” ungkapnya.

Selain pembangunan PLTU, Dahlan juga menyarankan agar Inalum menjadi pemegang saham di proyek aluminium di Mempawah, Sumatera Utara. Proyek tersebut adalah milik PT Aneka Tambang Tbk.

“Proyek aluminium itu akan menjadi bahan baku Inalum di Sumatera Utara,” ungkapnya.

Namun, Dahlan enggan membicarakan berapa persen saham yang akan dimiliki Inalum dalam proyek tersebut. “Biar mereka bicaralah,” paparnya. (sam/bbs/rbb)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/