JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Bank Dunia memproyeksi laju perekonomian Indonesia tahun ini lebih rendah dibandingkan 2013. Lead Economist World Bank Indonesia Jim Brumby menyebutkan, pertumbuhan RI diperkirakan hanya 5,3 persen dibandingkan tahun lalu yang bisa di atas 5,6 persen. Selain itu, risiko-risiko ekonomi tanah air juga makin besar pada 2014.
“Risiko besar ini karena berbagai penyesuaian terhadap pelemahan neraca eksternal. Selain itu, juga akibat pergeseran kondisi ekonomi dan terutama dampak tapering off Bank Sentral AS, yang makin memperketat kondisi pembiayaan luar negeri,” ungkapnya kemarin (14/1).
Karena itu, menurut Brumby, dibutuhkan kebijakan-kebijakan yang dapat membalik arah perkiraan pertumbuhan 2014 yang melambat. Misalnya, mendorong stabilitas ekonomi makro jangka pendek, terutama melalui kebijakan moneter dan penyesuaian kurs tukar valuta.
Menurut dia, penyesuaian moneter pada 2013 umumnya positif untuk stabilitas makro, namun berbiaya besar dan membawa risiko. “Kami harap tahun ini lebih ditekankan pada stabilitas ekonomi makro jangka pendek yang diperkuat dengan siklus investasi. Termasuk investasi luar negeri dan pertumbuhan produksi,” ujarnya.
Kebijakan tersebut pada dasarnya harus diawali dari reformasi struktural, agar mampu mendukung kinerja ekspor dan mendorong pertumbuhan jangka panjang. “Daya saing internasional ekspor harus ditingkatkan untuk menekan pelemahan kurs rupiah. Efisiensi investasi dan mendorong aliran masuk modal asing itu penting,” paparnya.
Prediksi Bank Dunia terhadap tingkat pertumbuhan RI tahun ini berbanding terbalik dengan perkiraan Bank Indonesia (BI). Gubernur BI Agus Martowardjojo meyakini, pertumbuhan ekonomi 2014 lebih baik dibandingkan 2013. Akselerasi ekonomi diprediksi mencapai 5,75 persen. “Tahun ini lebih baik, mendekati batas bawah 5,8-6,2 persen karena kita mengarah ke kondisi yang lebih seimbang,” tuturnya. (gal/oki/jpnn)