JAKARTA – Jumlah kontraktor asing yang mengerjakan proyek-proyek nasional terus meningkat dari tahun ke tahun. Padahal, kontraktor lokal yang hendak berekspansi ke luar negeri masih menghadapi banyak kendala seperti masalah pajak, pembiayaan, hingga akses pasar.
Ketua Umum Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (Gapensi) Soeharsojo mengatakan, dalam beberapa tahun terakhir jumlah kontraktor asing yang masuk ke Indonesia meningkat hingga 100 persen. “Kontraktor asing melihat Indonesia sebagai pasar yang empuk, banyak proyek. Karena itu, tidak heran jumlah mereka meningkat pesat,” ujarnya kemarin (14/1).
Menurut dia, pada 2010 jumlah kontraktor asing masih sekitar 140 perusahaan. Namun awal 2014 ini jumlahnya menjadi 290 perusahaan. “Ini cukup mengkhawatirkan,” sebutnya. Kontraktor dari beberapa negara seperti Jepang, Korea, dan Tiongkok sudah sejak lama mendapat dukungan penuh dari pemerintahnya. Hal itu dilakukan dalam bentuk kebijakan korporasi. “Mereka memiliki korporasi khusus kontstruksi, sehingga tidak satu perusahaan kontraktor bertarung sendirian di luar negeri,” ungkapnya.
Karena itu, pihaknya berharap pemerintah lebih aktif mendukung kontraktor nasional berekspansi ke luar negeri. Kata dia, selama ini kontraktor mengalami berbagai kendala untuk bisa berekspansi ke mancanegara. “Seperti kurangnya pendampingan dari pemerintah,” tuturnya.
Gapensi juga mengusulkan pembentukan Indonesia Corporate Construction di mana melibatkan perbankan nasional, seluruh kontraktor nasional, dan pemerintah. “Koordinasi dengan perbankan itu perlu, salah satunya untuk mengatasi tingginya suku bunga bank di dalam negeri dan terbatasnya akses ke bank nasional di luar negeri,” tambahnya. (wir/oki)
JAKARTA – Jumlah kontraktor asing yang mengerjakan proyek-proyek nasional terus meningkat dari tahun ke tahun. Padahal, kontraktor lokal yang hendak berekspansi ke luar negeri masih menghadapi banyak kendala seperti masalah pajak, pembiayaan, hingga akses pasar.
Ketua Umum Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (Gapensi) Soeharsojo mengatakan, dalam beberapa tahun terakhir jumlah kontraktor asing yang masuk ke Indonesia meningkat hingga 100 persen. “Kontraktor asing melihat Indonesia sebagai pasar yang empuk, banyak proyek. Karena itu, tidak heran jumlah mereka meningkat pesat,” ujarnya kemarin (14/1).
Menurut dia, pada 2010 jumlah kontraktor asing masih sekitar 140 perusahaan. Namun awal 2014 ini jumlahnya menjadi 290 perusahaan. “Ini cukup mengkhawatirkan,” sebutnya. Kontraktor dari beberapa negara seperti Jepang, Korea, dan Tiongkok sudah sejak lama mendapat dukungan penuh dari pemerintahnya. Hal itu dilakukan dalam bentuk kebijakan korporasi. “Mereka memiliki korporasi khusus kontstruksi, sehingga tidak satu perusahaan kontraktor bertarung sendirian di luar negeri,” ungkapnya.
Karena itu, pihaknya berharap pemerintah lebih aktif mendukung kontraktor nasional berekspansi ke luar negeri. Kata dia, selama ini kontraktor mengalami berbagai kendala untuk bisa berekspansi ke mancanegara. “Seperti kurangnya pendampingan dari pemerintah,” tuturnya.
Gapensi juga mengusulkan pembentukan Indonesia Corporate Construction di mana melibatkan perbankan nasional, seluruh kontraktor nasional, dan pemerintah. “Koordinasi dengan perbankan itu perlu, salah satunya untuk mengatasi tingginya suku bunga bank di dalam negeri dan terbatasnya akses ke bank nasional di luar negeri,” tambahnya. (wir/oki)