29 C
Medan
Monday, September 30, 2024

Pengungsi Sinabung Muntah Darah

Lumpur abu menerjang desa-desa di sekitar Sinabung, Tanah Karo, Sumatera Utara, Indonesia, Januari 2014.
Lumpur abu menerjang desa-desa di sekitar Sinabung, Tanah Karo, Sumatera Utara, Indonesia, Januari 2014.

SEI BINGAI, SUMUTPOS.CO – Pengungsi Sinabung di Desa Telagah, Kec. Sei Bingai mendadak heboh. Raja Manik (14), warga Desa Kuta Rakyat, Kec. Naman Teran, Kab. Karo yang mengungsi terpaksa dilarikan ke RSUD Tanjung Pura, karena mendadak muntah darah.

Korban yang diketahui hampir dua pekan berada di pengungsian mengalami batuk darah akibat penyakit bronchitis yang dideritanya. Hingga kini, pihak RSUD Tanjung Pura masih melakukan perawatan intensif.

Direktur RSUD Tanjung Pura, dr Sadikun saat dikonfirmasi Rabu (15/1) menjelaskan, penyebab keluarnya darah karena batuk yang terlalu keras, sehingga terjadi gesekan di tenggorokan dan berdarah.

“Pasien pengungsi Sinabung datang dari Desa Telagah dengan kondisinya batuk darah. Penyebabnya, bronchitis bukan akibat terhirup debu vulkanik,” jelas Sadikun.

Untuk persoalan kemanusiaan, beban biaya perawatan selama perawatan akan ditanggung Pemkab Langkat. “Seperti sudah ditentukan sebelumnya, setiap pengungsi menjalani perawatan medis di rumah sakit milik daerah akan ditanggulangi sepenuhnya oleh pemerintah daerah. Tetapi lain halnya kalau dirujuk ke rumah sakit di luar daerah,” ungkap Kabag Humas Pemkab Langkat, Rizal Gunawan Gultom.

Amatan wartawan, debu vulkanik disemburkan Gunung Sinabung bersamaan lumpur mulai mencemari air Sungai Wampu. Air yang dulunya bening mengalami perubahan warna menjadi hitam serta beraroma kurang sedap sejak lima hari belakangan.

Akibatnya, warga hanya menggunakan air sungai untuk mandi dan mencuci saja. Padahal, sebelumnya masih digunakan memenuhi kebutuhan minum atau masak. Sedangkan, hingga kemarin (15/1), pengungsi di Desa Telagah bertambah. Totalnya sudah mencapai 608 jiwa. Semua warga pengungsi berasal dari lima desa di Kecamatan Naman Teran, Kabupaten Karo. Yaitu Desa Kuta Rakyat, Desa Kebayaken, Desa Kuta Gunung, Desa Kutambelin dan Desa Singgarang.

“Karena jumlah pengungsi yang sudah semakin banyak, kita jadi kesulitan dalam pengadaan air bersih,” kata Kades Desa Telagah, Suranta Sitepu.

Menurutnya, selama ini air bersih memang tersedia dari warga setempat, serta dari aliran sungai. Hanya saja, hal itu belum mencukupi karena semakin banyaknya jumlah pengungsi. Karena itu, pihaknya sangat berharap ada bantuan bak penampungan air bersih.

Suranta Sitepu menjelaskan, sejauh ini semua kebutuhan para pengungsi masih cukup.

“Kalau kebutuhan mereka sejauh ini tidak ada kendala. Makanya untuk hal ini, kita sangat berterima kasih kepada para donatur. Sebab makanan dan minuman masih berlimpah ruah di sini. Begitu juga dengan kebutuhan yang lain, terlebih buat kebutuhan anak-anak,” katanya.

Bahkan, katanya, anak-anak yang duduk di bangku SD sejauh ini tidak ada kendala. Sebab mereka bersekolah di dua gedung SD yang ada di Desa Telaga dan berbaur dengan murid-murid setempat.

Dia juga menjelaskan, para pengungsi hingga saat ini masih tenteram ditempatkan di balai desa. Selain itu, di lokasi juga disediakan 3 tenda besar untuk sebagian pengungsi. “Begitu juga dengan keamanan, masih baik-baik saja,” katanya.

“Sejauh ini semua masih baik-baik saja. Kebutuhan masih tercukupi. Belum ada gejolak. Paling jumlah pengungsinya saja yang bertambah. Sudah bertambah 185 orang. Jadi totalnya sekarang 608 jiwa. Itu semua dewasa dan anak-anak,” kata Hardianul Zally, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Langkat.

Selain itu, katanya, sejauh ini kesiapan para petugas, mulai dari keamanan yang dikordinir babinsa, serta posko kesehatan, tetap berjalan dengan baik dan beroperasional selama 24 jam. “Kalau ada yang kira-kira sakit dan tidak bisa ditangani di posko, ya kita sudah siapkan armada untuk dirujuk ke rumah sakit terdekat. Tapi sejauh ini, semua masih bisa ditangani di lokasi. Semua petugas siap,” katanya.

Sementara, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) telah memerintahkan BNPB untuk lebih aktif membantu pengungsi Gunung Sinabung. Hal itu langsung disampaikan SBY kepada Kepala BNPB Syamsu Maarif di Kantor Presiden.

“Beliau memerintahkan saya untuk lebih aktif lagi untuk membantu masyarakat di sana,” ujar Syamsu di Kantor Presiden, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta, Rabu (15/1).

Selain menerima arahan, Syamsu juga menerangkan situasi terakhir Gunung Sinabung kepada Presiden SBY. Menurutnya, saat ini aktivitas Gunung Sinabung masih fluktuatif.

“Iya ini laporan terakhir. Kemudian ancaman lahar dingin cukup besar. Lalu, saat ini masih fluktuatif ya,” ujar Syamsu.

Syamsu meminta warga agar mengosongkan wilayahnya dalam radius 5 km dari puncak Gunung Sinabung.

“Jadi tadi sempat disampaikan kolomnya saja sudah sampai 7 km. Kemudian radius 5 km harus dikosongkan,” ujar Syamsu.

SBY juga dijadwalkan akan menginap bersama warga di lokasi pengungsian letusan Gunung Sinabung. “Informasi yang kami terima Pak SBY akan berkunjung ke Tanah Karo antara 23-25 Januari. Rencananya beliau akan menginap,” kata Kadis Komunikasi dan Informasi Pemprov Sumut, Jumsadi Damanik, usai rapat kordinasi tim pendampingan Pemprov Sumut dalam rangka penanganan bencana erupsi Sinabung di Medan, Rabu (15/1).

Jumsadi menambahkan pihaknya saat ini tengah menyiapkan segala kebutuhan untuk menyambut kedatangan tersebut. “Ini sedang kami siapkan kebutuhannya. Pak SBY nantinya akan mendarat di Lanud Soewondo Polonia Medan dan langsung bergerak ke Karo. Pak SBY berencana menginap bersama para korban erupsi Sinabung di pengungsian, tapi di tempat pengungsian mana belum dapat kami pastikan,” ujarnya.

Sementara itu, sejumlah SKPD yang dipimpin langsung oleh Gubernur Sumatera Utara Gatot Pudjonugroho akan melakukan rapat koordinasi secara maraton, untuk memastikan kebutuhan penanganan pengungsi pra dan pasca-erupsi berjalan secara maksimal. Termasuk berkoordinasi dengan TNI dan Polri, dalam hal pengamanan dan pendistribusian logistik.

Sementara, para pengungsi berharap kehadiran SBY tak sekadar melintas saja maupun untuk melepas PR (pekerjaan rumah) belaka. Mereka berharap presiden RI ini singgah dan mendengar keluh kesah masyarakat.

“Pada 2010 lalu, Pak SBY datang waktu pengungsian Sinabung. Tapi hanya lewat saja di lokasi pengungsian dengan pengawalan ketat protokoler sambil melambaikan tangan pada masyarakat. Inilah yang buat kami kecewa. Kami berharap Pak SBY datang dan berbincang dengan kami para pengungsi, biar beliau tahu apa keluhan kami,” harap Sembiring, pengungsi asal Kecamatan Namanteran.(dw/jon/joe/net/bbs)

Lumpur abu menerjang desa-desa di sekitar Sinabung, Tanah Karo, Sumatera Utara, Indonesia, Januari 2014.
Lumpur abu menerjang desa-desa di sekitar Sinabung, Tanah Karo, Sumatera Utara, Indonesia, Januari 2014.

SEI BINGAI, SUMUTPOS.CO – Pengungsi Sinabung di Desa Telagah, Kec. Sei Bingai mendadak heboh. Raja Manik (14), warga Desa Kuta Rakyat, Kec. Naman Teran, Kab. Karo yang mengungsi terpaksa dilarikan ke RSUD Tanjung Pura, karena mendadak muntah darah.

Korban yang diketahui hampir dua pekan berada di pengungsian mengalami batuk darah akibat penyakit bronchitis yang dideritanya. Hingga kini, pihak RSUD Tanjung Pura masih melakukan perawatan intensif.

Direktur RSUD Tanjung Pura, dr Sadikun saat dikonfirmasi Rabu (15/1) menjelaskan, penyebab keluarnya darah karena batuk yang terlalu keras, sehingga terjadi gesekan di tenggorokan dan berdarah.

“Pasien pengungsi Sinabung datang dari Desa Telagah dengan kondisinya batuk darah. Penyebabnya, bronchitis bukan akibat terhirup debu vulkanik,” jelas Sadikun.

Untuk persoalan kemanusiaan, beban biaya perawatan selama perawatan akan ditanggung Pemkab Langkat. “Seperti sudah ditentukan sebelumnya, setiap pengungsi menjalani perawatan medis di rumah sakit milik daerah akan ditanggulangi sepenuhnya oleh pemerintah daerah. Tetapi lain halnya kalau dirujuk ke rumah sakit di luar daerah,” ungkap Kabag Humas Pemkab Langkat, Rizal Gunawan Gultom.

Amatan wartawan, debu vulkanik disemburkan Gunung Sinabung bersamaan lumpur mulai mencemari air Sungai Wampu. Air yang dulunya bening mengalami perubahan warna menjadi hitam serta beraroma kurang sedap sejak lima hari belakangan.

Akibatnya, warga hanya menggunakan air sungai untuk mandi dan mencuci saja. Padahal, sebelumnya masih digunakan memenuhi kebutuhan minum atau masak. Sedangkan, hingga kemarin (15/1), pengungsi di Desa Telagah bertambah. Totalnya sudah mencapai 608 jiwa. Semua warga pengungsi berasal dari lima desa di Kecamatan Naman Teran, Kabupaten Karo. Yaitu Desa Kuta Rakyat, Desa Kebayaken, Desa Kuta Gunung, Desa Kutambelin dan Desa Singgarang.

“Karena jumlah pengungsi yang sudah semakin banyak, kita jadi kesulitan dalam pengadaan air bersih,” kata Kades Desa Telagah, Suranta Sitepu.

Menurutnya, selama ini air bersih memang tersedia dari warga setempat, serta dari aliran sungai. Hanya saja, hal itu belum mencukupi karena semakin banyaknya jumlah pengungsi. Karena itu, pihaknya sangat berharap ada bantuan bak penampungan air bersih.

Suranta Sitepu menjelaskan, sejauh ini semua kebutuhan para pengungsi masih cukup.

“Kalau kebutuhan mereka sejauh ini tidak ada kendala. Makanya untuk hal ini, kita sangat berterima kasih kepada para donatur. Sebab makanan dan minuman masih berlimpah ruah di sini. Begitu juga dengan kebutuhan yang lain, terlebih buat kebutuhan anak-anak,” katanya.

Bahkan, katanya, anak-anak yang duduk di bangku SD sejauh ini tidak ada kendala. Sebab mereka bersekolah di dua gedung SD yang ada di Desa Telaga dan berbaur dengan murid-murid setempat.

Dia juga menjelaskan, para pengungsi hingga saat ini masih tenteram ditempatkan di balai desa. Selain itu, di lokasi juga disediakan 3 tenda besar untuk sebagian pengungsi. “Begitu juga dengan keamanan, masih baik-baik saja,” katanya.

“Sejauh ini semua masih baik-baik saja. Kebutuhan masih tercukupi. Belum ada gejolak. Paling jumlah pengungsinya saja yang bertambah. Sudah bertambah 185 orang. Jadi totalnya sekarang 608 jiwa. Itu semua dewasa dan anak-anak,” kata Hardianul Zally, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Langkat.

Selain itu, katanya, sejauh ini kesiapan para petugas, mulai dari keamanan yang dikordinir babinsa, serta posko kesehatan, tetap berjalan dengan baik dan beroperasional selama 24 jam. “Kalau ada yang kira-kira sakit dan tidak bisa ditangani di posko, ya kita sudah siapkan armada untuk dirujuk ke rumah sakit terdekat. Tapi sejauh ini, semua masih bisa ditangani di lokasi. Semua petugas siap,” katanya.

Sementara, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) telah memerintahkan BNPB untuk lebih aktif membantu pengungsi Gunung Sinabung. Hal itu langsung disampaikan SBY kepada Kepala BNPB Syamsu Maarif di Kantor Presiden.

“Beliau memerintahkan saya untuk lebih aktif lagi untuk membantu masyarakat di sana,” ujar Syamsu di Kantor Presiden, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta, Rabu (15/1).

Selain menerima arahan, Syamsu juga menerangkan situasi terakhir Gunung Sinabung kepada Presiden SBY. Menurutnya, saat ini aktivitas Gunung Sinabung masih fluktuatif.

“Iya ini laporan terakhir. Kemudian ancaman lahar dingin cukup besar. Lalu, saat ini masih fluktuatif ya,” ujar Syamsu.

Syamsu meminta warga agar mengosongkan wilayahnya dalam radius 5 km dari puncak Gunung Sinabung.

“Jadi tadi sempat disampaikan kolomnya saja sudah sampai 7 km. Kemudian radius 5 km harus dikosongkan,” ujar Syamsu.

SBY juga dijadwalkan akan menginap bersama warga di lokasi pengungsian letusan Gunung Sinabung. “Informasi yang kami terima Pak SBY akan berkunjung ke Tanah Karo antara 23-25 Januari. Rencananya beliau akan menginap,” kata Kadis Komunikasi dan Informasi Pemprov Sumut, Jumsadi Damanik, usai rapat kordinasi tim pendampingan Pemprov Sumut dalam rangka penanganan bencana erupsi Sinabung di Medan, Rabu (15/1).

Jumsadi menambahkan pihaknya saat ini tengah menyiapkan segala kebutuhan untuk menyambut kedatangan tersebut. “Ini sedang kami siapkan kebutuhannya. Pak SBY nantinya akan mendarat di Lanud Soewondo Polonia Medan dan langsung bergerak ke Karo. Pak SBY berencana menginap bersama para korban erupsi Sinabung di pengungsian, tapi di tempat pengungsian mana belum dapat kami pastikan,” ujarnya.

Sementara itu, sejumlah SKPD yang dipimpin langsung oleh Gubernur Sumatera Utara Gatot Pudjonugroho akan melakukan rapat koordinasi secara maraton, untuk memastikan kebutuhan penanganan pengungsi pra dan pasca-erupsi berjalan secara maksimal. Termasuk berkoordinasi dengan TNI dan Polri, dalam hal pengamanan dan pendistribusian logistik.

Sementara, para pengungsi berharap kehadiran SBY tak sekadar melintas saja maupun untuk melepas PR (pekerjaan rumah) belaka. Mereka berharap presiden RI ini singgah dan mendengar keluh kesah masyarakat.

“Pada 2010 lalu, Pak SBY datang waktu pengungsian Sinabung. Tapi hanya lewat saja di lokasi pengungsian dengan pengawalan ketat protokoler sambil melambaikan tangan pada masyarakat. Inilah yang buat kami kecewa. Kami berharap Pak SBY datang dan berbincang dengan kami para pengungsi, biar beliau tahu apa keluhan kami,” harap Sembiring, pengungsi asal Kecamatan Namanteran.(dw/jon/joe/net/bbs)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/