JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Bencana banjir yang melanda Jakarta membuat persiapan Imlek di Vihara Amurva Bhumi atau Tektjen Sin-re berantakan. Meski begitu, peringatan Sin Cia atau bulan pertama menurut bahasa Hokkian tetap digelar.
Kemarin subuh, klenteng di Jalan Satrio Raya No 2, Kuningan, Jakarta Selatan itu sempat terendam hingga 150 sentimeter.
Untungnya, menjelang sore kemarin, genangan sudah menyusut hingga sebatas dengkul.
Genangan banjir akibat luapan Kali Krukut merendam tempat hio (hialo), lilin merah berornamen naga setinggi 180 sentimeter, meja, dan kursi.
Untungnya, pengurus vihara bergerak cepat menyelamatkan patung dewa-dewi dan meja-meja altar sebelum genangan bertambah tinggi. “Air mulai masuk sekitar tengah malam. Airnya deras sehingga sejumlah lilin sempat hanyut,” terang Hong Wie, pengurus vihara.
Berdiri sejak 313 tahun lalu, vihara tersebut memang sudah beberapa kali kebanjiran. Terakhir, pada 2007 lalu genangan banjir merendam halaman vihara seluas 2.500 meter persegi tersebut hingga sebatas betis. Ketika itu, sekitar 500 umat tetap bersembahyang meski bercelana pendek atau melinting celana panjangnya. “Ini banjir terparah sepanjang hidup saya,” terang Hong Wie.
Meski saat ini kebanjiran, Hong Wie memastikan Vihara Amurva Bhumi tetap digunakan untuk sembahyang pada peringatan Imlek 2565.
Bahkan, sejumlah acara akan digelar pengurus vihara hingga peringatan Cap Go Meh dua pekan mendatang. Pengurus vihara akan segera mengganti lampion, hio, kertas serta piranti sembahyang umat lainnya yang rusak karena banjir. “Meski saat ini sedang terjadi bencana di seluruh Indonesia, kita harus tetap bersyukur. Semoga bencana di negeri kita segera berlalu dan seluruh rakyat kita mendapatkan kesehatan dan kesejahteraan,” kata Koh Wie. (rak/jpnn/rbb)