27 C
Medan
Friday, September 27, 2024

Pertanyakan Penunjukan Wakil Sumut

MEDAN-Kongres PSSI yang berlangsung di Jakarta berakhir dengan tidak menghasilkan apa-apa. Sesal dan sumpah serapah kerap terlontar dari mulut insan sepak bola nasional, karena kongres yang sejatinya dianggap menjadi momentum kebangkitan sepak bola nasional, justru membuat Indoneisa terancam sanksi dari FIFA.

Di berbagai mass media bahkan di jejaring sosial seperti facebook ataupun twitter, kelompok 78 yang mengusung salah satu kandidat Ketua PSSI dituding sebagai biang kerok atas semua permasalahan yang terjadi di pentas sepak bola nasional sekarang ini.

Karena hal tersebut Sekum Pengcab PSSI Deli Serdang Tursilo menyesalkannya. Namun yang membuat Tursilo lebih menyesal lagi adalah keterlibatan wakil dari Pengprov PSSI Sumut di kelompok yang kini menjadi public enemy number  one di tingkat nasional itu.

“Mereka terlalu memaksakan kehendak sehingga melupakan nilai-nilai dasar pembinaan. Pasalnya, jika sampai Indonesia mendapat sanksi dari FIFA, mau dibawa ke mana sepak bola kita ini?” tanya Tursilo.

Menurut Tursilo, dirinya sudah melihat tanda-tanda pemaksaan kehendak saat Pengprov PSSI Sumut tidak diwakili Plt Ketua PSSI Sumut Idrus Junaidi, tapi oleh dua pengurus lainnya Erwis Edi Fauza Lubis dan Wendry.
“Selama ini yang kami tahu menjabat sebagai Plt Ketua PSSI Sumut adalah Idrus Junaidi, bukan mereka. Apalagi penujukan Idrus Junaidi sebagai Plt Ketua juga memiliki berita acara rapat pengurus harian, yang ironisnya juga dihadiri oleh Erwis yang saat kongres PSSI kemarin bertindak sebagai Plh. Tapi, demi mencapai tujuan-tujuan tertentu, maka semua sistem dan mekanisme yang ada dilanggar begitu saja,” sesal Tursilo.
Karenanya secara tegas Tursilo mengatakan bahwa apa yang dilakukan oleh dua oknum pengurus PSSI Sumut tadi telah mencoreng nama baik sepak bola Sumut.

Masih menurut Tursilo, apa yang  terjadi sekarang akan berdampak buruk terhadap roda organisasi dan sistem pembinaan sepak bola di Sumut. “Harus secepatnya dicarikan jalan keluar. Bila perlu, secepatnya gelar Musdalub. Kita juga heran, kenapa Musdalub yang sempat direncanakan beberapa waktu lalu menemui kegagalan,” tambahnya lagi.

Ditambahkannya, jika saja Musdalub yang sempat digadang-gadang bakal digelar pada 17 Mei lalu itu terwujud, tentu saja kekisruhan yang terjadi di tubuh PSSI Sumut tidak berkepanjangan.
“Nah, kalau sudah seperti sekarang ini Pengcab-pengcab mau ikut aturan yang mana? Apakah mungkin mengikuti aturan FIFA, sedangkan orang yang ditunjuk mewakili Sumut pada kongres saja tidak tunduk pada aturan FIFA. Ini sungguh memalukan, karena kami-kami yang di Pengcab saja masih tunduk pada aturan yang dibuat FIFA,” tandas Tursilo. (jun)

MEDAN-Kongres PSSI yang berlangsung di Jakarta berakhir dengan tidak menghasilkan apa-apa. Sesal dan sumpah serapah kerap terlontar dari mulut insan sepak bola nasional, karena kongres yang sejatinya dianggap menjadi momentum kebangkitan sepak bola nasional, justru membuat Indoneisa terancam sanksi dari FIFA.

Di berbagai mass media bahkan di jejaring sosial seperti facebook ataupun twitter, kelompok 78 yang mengusung salah satu kandidat Ketua PSSI dituding sebagai biang kerok atas semua permasalahan yang terjadi di pentas sepak bola nasional sekarang ini.

Karena hal tersebut Sekum Pengcab PSSI Deli Serdang Tursilo menyesalkannya. Namun yang membuat Tursilo lebih menyesal lagi adalah keterlibatan wakil dari Pengprov PSSI Sumut di kelompok yang kini menjadi public enemy number  one di tingkat nasional itu.

“Mereka terlalu memaksakan kehendak sehingga melupakan nilai-nilai dasar pembinaan. Pasalnya, jika sampai Indonesia mendapat sanksi dari FIFA, mau dibawa ke mana sepak bola kita ini?” tanya Tursilo.

Menurut Tursilo, dirinya sudah melihat tanda-tanda pemaksaan kehendak saat Pengprov PSSI Sumut tidak diwakili Plt Ketua PSSI Sumut Idrus Junaidi, tapi oleh dua pengurus lainnya Erwis Edi Fauza Lubis dan Wendry.
“Selama ini yang kami tahu menjabat sebagai Plt Ketua PSSI Sumut adalah Idrus Junaidi, bukan mereka. Apalagi penujukan Idrus Junaidi sebagai Plt Ketua juga memiliki berita acara rapat pengurus harian, yang ironisnya juga dihadiri oleh Erwis yang saat kongres PSSI kemarin bertindak sebagai Plh. Tapi, demi mencapai tujuan-tujuan tertentu, maka semua sistem dan mekanisme yang ada dilanggar begitu saja,” sesal Tursilo.
Karenanya secara tegas Tursilo mengatakan bahwa apa yang dilakukan oleh dua oknum pengurus PSSI Sumut tadi telah mencoreng nama baik sepak bola Sumut.

Masih menurut Tursilo, apa yang  terjadi sekarang akan berdampak buruk terhadap roda organisasi dan sistem pembinaan sepak bola di Sumut. “Harus secepatnya dicarikan jalan keluar. Bila perlu, secepatnya gelar Musdalub. Kita juga heran, kenapa Musdalub yang sempat direncanakan beberapa waktu lalu menemui kegagalan,” tambahnya lagi.

Ditambahkannya, jika saja Musdalub yang sempat digadang-gadang bakal digelar pada 17 Mei lalu itu terwujud, tentu saja kekisruhan yang terjadi di tubuh PSSI Sumut tidak berkepanjangan.
“Nah, kalau sudah seperti sekarang ini Pengcab-pengcab mau ikut aturan yang mana? Apakah mungkin mengikuti aturan FIFA, sedangkan orang yang ditunjuk mewakili Sumut pada kongres saja tidak tunduk pada aturan FIFA. Ini sungguh memalukan, karena kami-kami yang di Pengcab saja masih tunduk pada aturan yang dibuat FIFA,” tandas Tursilo. (jun)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/