26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Tak Akan Manfaatkan BUMN untuk Kampanye

Foto: Eriek Taopik/Bandung Ekspres/JPNN DAMPINGI DAHLAN: Artis senior Paramitha Rosadi tampak mendampingi peserta debat capres Konvensi Partai Demokrat, Dahlan Iskan saat mendapatkan penyambutan di area debat, 5 Februari 2014.
Foto: Eriek Taopik/Bandung Ekspres/JPNN
DAMPINGI DAHLAN: Artis senior Paramitha Rosadi tampak mendampingi peserta debat capres Konvensi Partai Demokrat, Dahlan Iskan saat mendapatkan penyambutan di area debat, 5 Februari 2014.

MAKASSAR, SUMUTPOS.CO – Dahlan Iskan kini mulai keliling Indonesia guna meretas jalan menuju pencapresan di 2014. Tentu dibutuhkan biaya tak sedikit untuk melakukan kampanye itu.

Berbekal pengalaman mensukseskan Susilo Bambang Yudhoyono menjadi presiden pada 2004, politisi senior Partai Demokrat Tiopan Bernhard (TB) Silalahi menjadi pendukung pencapresan Dahlan. TB, begitu ia biasa dipanggil, membandingkan soal pendanaan pencapresan SBY dahulu dengan Dahlan kini.

“Pengalaman saya dulu tahun 2004 mendukung SBY, dulu SBY mengatakan nggak punya duit,” kata TB, Minggu (16/2).

Meski mengaku tak punya modal melimpah untuk mencapres tahun 2004, namun SBY mempunyai kapasitas mumpuni yang menjadi nilai lebih. Akhirnya poin inilah, menurut TB, yang menyukseskan SBY menjadi Presiden RI.

“Jadi waktu itu kita mempromosikan kehandalan, kemampuan, dan integritas Pak SBY waktu itu,” tutur TB yang juga Ketua Komite Pengawas Partai Demokrat ini.

Lalu bagaimana dengan Dahlan? TB melihat ada kontras yang kentara. Menteri Badan Usaha Milik Negara itu dipandangnya sebagai sosok yang sudah punya kantong tebal saat memutuskan maju capres.

“Ada perbedaan sekarang, Pak Dahlan itu orang kaya, pengusaha sukses. Malah ada satu majalah mengatakan Dahlan ini dimasukkan 60 orang terkaya di Indonesia,” nilai TB yang lebih suka disebut penasihat Dahlan Iskan dalam pencapresan ini.

Sebagai pengusaha besar, Dahlan tentu punya jejaring bisnis yang kuat. Modal networking inilah yang turut menjadi nilai lebih dari Dahlan untuk sukses di Pilpres 2014.

“Jawa pos, punya koran saja lebih dari 100, pemancar TV lebih dari 50 di kota-kota besar, dia juga punya helikopter sendiri. Di samping uang, dia punya network yang luas sekali,” jelas TB.

Jelas, Dahlan akan memanfaatkan potensi jejaring finansialnya itu. Namun Dahlan pantang untuk menyalahgunakan posisinya sebagai Menteri BUMN. Perusahaan pelat merah tak akan sedikitpun dicoleknya untuk dijadikan pelayan menuju pencapresan.

“Dan itu perusahaan pribadi saja (yang akan ikut menyukseskan pencapresan). Beliau (Dahlan) tidak mau BUMN ikut mendukung, nanti bagaimana ceritanya? Bisa free kick (pelanggaran jika BUMN dimanfaatkan) itu,” ujar TB.

Jadi Dahlan akan lebih mengandalkan modal mandiri sekaligus dukungan dari jejaring bisnisnya. Tentu semua ingin tahu, berapa sebenarnya nominal modal Dahlan untuk maju capres sekarang?

 

Namun Letnan Jenderal (Purnawirawan) ini enggan menyebut angka. Kisaran nominalpun tetap tak diucapkannya. TB memilih menjelaskan bahwa tak ada pengusaha yang menggelontorkan uang ‘langsung’ untuk kampanye Dahlan.

“Tentu ada pengusaha-pengusaha yang mendukung, tapi tidak langsung seperti misalnya, ‘Ini saya kasih sekian duit!’ Tidak. Namun seperti misalnya saat acara konvensi di Bandung, ada yang menyumbang bus, makanan, kaos-kaos, dan sebagainya,” aku Anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat ini.

Pada titik inilah, menurut TB, ada persamaan model pendanaan antara SBY dan Dahlan. Pada 2004, SBY juga tidak langsung diberi bantuan dalam bentuk ‘mentahan’ dari para pengusaha pendukungnya.

“Waktu itu (kampanye pencapresan SBY 2004), kebanyakan mereka (pengusaha) berpartisipasi, mendukung ada yang beli kaos, bendera, baliho, macam-macam. Meski kecil-kecil namun itu utuh sampai kampanye terlaksana. Jadi kampanye di kota besar, setiap kampanye mereka mendukung. Jadi nggak pernah kita menerima konglomerat kasih bantuan Rp 10 miliar, nggak pernah. Itu zaman SBY,” kisah TB.

“Sekarang sama saja (era kampanye Dahlan),” imbuhnya mengakhiri cerita. (net/bbs)

Foto: Eriek Taopik/Bandung Ekspres/JPNN DAMPINGI DAHLAN: Artis senior Paramitha Rosadi tampak mendampingi peserta debat capres Konvensi Partai Demokrat, Dahlan Iskan saat mendapatkan penyambutan di area debat, 5 Februari 2014.
Foto: Eriek Taopik/Bandung Ekspres/JPNN
DAMPINGI DAHLAN: Artis senior Paramitha Rosadi tampak mendampingi peserta debat capres Konvensi Partai Demokrat, Dahlan Iskan saat mendapatkan penyambutan di area debat, 5 Februari 2014.

MAKASSAR, SUMUTPOS.CO – Dahlan Iskan kini mulai keliling Indonesia guna meretas jalan menuju pencapresan di 2014. Tentu dibutuhkan biaya tak sedikit untuk melakukan kampanye itu.

Berbekal pengalaman mensukseskan Susilo Bambang Yudhoyono menjadi presiden pada 2004, politisi senior Partai Demokrat Tiopan Bernhard (TB) Silalahi menjadi pendukung pencapresan Dahlan. TB, begitu ia biasa dipanggil, membandingkan soal pendanaan pencapresan SBY dahulu dengan Dahlan kini.

“Pengalaman saya dulu tahun 2004 mendukung SBY, dulu SBY mengatakan nggak punya duit,” kata TB, Minggu (16/2).

Meski mengaku tak punya modal melimpah untuk mencapres tahun 2004, namun SBY mempunyai kapasitas mumpuni yang menjadi nilai lebih. Akhirnya poin inilah, menurut TB, yang menyukseskan SBY menjadi Presiden RI.

“Jadi waktu itu kita mempromosikan kehandalan, kemampuan, dan integritas Pak SBY waktu itu,” tutur TB yang juga Ketua Komite Pengawas Partai Demokrat ini.

Lalu bagaimana dengan Dahlan? TB melihat ada kontras yang kentara. Menteri Badan Usaha Milik Negara itu dipandangnya sebagai sosok yang sudah punya kantong tebal saat memutuskan maju capres.

“Ada perbedaan sekarang, Pak Dahlan itu orang kaya, pengusaha sukses. Malah ada satu majalah mengatakan Dahlan ini dimasukkan 60 orang terkaya di Indonesia,” nilai TB yang lebih suka disebut penasihat Dahlan Iskan dalam pencapresan ini.

Sebagai pengusaha besar, Dahlan tentu punya jejaring bisnis yang kuat. Modal networking inilah yang turut menjadi nilai lebih dari Dahlan untuk sukses di Pilpres 2014.

“Jawa pos, punya koran saja lebih dari 100, pemancar TV lebih dari 50 di kota-kota besar, dia juga punya helikopter sendiri. Di samping uang, dia punya network yang luas sekali,” jelas TB.

Jelas, Dahlan akan memanfaatkan potensi jejaring finansialnya itu. Namun Dahlan pantang untuk menyalahgunakan posisinya sebagai Menteri BUMN. Perusahaan pelat merah tak akan sedikitpun dicoleknya untuk dijadikan pelayan menuju pencapresan.

“Dan itu perusahaan pribadi saja (yang akan ikut menyukseskan pencapresan). Beliau (Dahlan) tidak mau BUMN ikut mendukung, nanti bagaimana ceritanya? Bisa free kick (pelanggaran jika BUMN dimanfaatkan) itu,” ujar TB.

Jadi Dahlan akan lebih mengandalkan modal mandiri sekaligus dukungan dari jejaring bisnisnya. Tentu semua ingin tahu, berapa sebenarnya nominal modal Dahlan untuk maju capres sekarang?

 

Namun Letnan Jenderal (Purnawirawan) ini enggan menyebut angka. Kisaran nominalpun tetap tak diucapkannya. TB memilih menjelaskan bahwa tak ada pengusaha yang menggelontorkan uang ‘langsung’ untuk kampanye Dahlan.

“Tentu ada pengusaha-pengusaha yang mendukung, tapi tidak langsung seperti misalnya, ‘Ini saya kasih sekian duit!’ Tidak. Namun seperti misalnya saat acara konvensi di Bandung, ada yang menyumbang bus, makanan, kaos-kaos, dan sebagainya,” aku Anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat ini.

Pada titik inilah, menurut TB, ada persamaan model pendanaan antara SBY dan Dahlan. Pada 2004, SBY juga tidak langsung diberi bantuan dalam bentuk ‘mentahan’ dari para pengusaha pendukungnya.

“Waktu itu (kampanye pencapresan SBY 2004), kebanyakan mereka (pengusaha) berpartisipasi, mendukung ada yang beli kaos, bendera, baliho, macam-macam. Meski kecil-kecil namun itu utuh sampai kampanye terlaksana. Jadi kampanye di kota besar, setiap kampanye mereka mendukung. Jadi nggak pernah kita menerima konglomerat kasih bantuan Rp 10 miliar, nggak pernah. Itu zaman SBY,” kisah TB.

“Sekarang sama saja (era kampanye Dahlan),” imbuhnya mengakhiri cerita. (net/bbs)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/