26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Indonesia Siapkan Tujuh ‘Keranda’

Empat Keluarga Korban Tiba di Malaysia

JAKARTA-Pemerintah Indonesia sudah menyiapkan segala kemungkinan terburuk yang menimpa tujuh warganya yang menjadi penumpang Pesawat Malaysia Airlines (MAS) dengan nomor penerbangan MH 370.

Pencarian jejak Malaysia Airlines
DARI UDARA Perbatasan antara Malaysia dan Indonesia terlihat dari atas pesawat cassa saat melakukan pencarian jejak pesawat MAS MH370, Senin (10/3).

‘Keranda’ pun disiapkan jika akhirnya ketujuh warga Indonesia itu ditemukan dan kemungkinan dinyatakan tewas.

Menlu Marty Natalegawa memaparkan, pihaknya telah memberikan instruksi kepada KBRI di Kuala Lumpur dan Beijing
untuk mengambil langkah-langkah antisipatif yang diperlukan. “Kurang lebih lima dari tujuh keluarga (korban) di Kuala Lumpur. Jadi saya sudah meminta perwakilan kita di sana untuk memberikan dukungan jangan sampai kekurangan satu hal apapun juga.  Saya berharap ini bisa dapat diselesaikan dengan baik,” papar Marty di Kantor Presiden, kemarin (10/3).

Marty melanjutkan, di samping terus memantau, pemerintah Indonesia juga telah memberikan bantuan dalam proses pencarian pesawat MAS. “Dengan mengirim kapal dari AL dan kapal penumpang. Mudah-mudahan bisa membantu mencari pesawat ini,” ujarnya.

Marty pun mengaku telah melaporkan perkembangan penanganan insiden pesawat MAS kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), untuk mendapat arahan lebih lanjut. Terkait tragedi tersebut, SBY menyampaikan rasa keprihatinannya yang mendalam kepada keluarga korban.

Kepala negara juga memastikan pemerintah Indonesia siap membantu pemerintah Malaysia melakukan pencarian. “Saya terus mengikuti laporan Menlu tentang hilangnya tujuh WNI di pesawat MAS 777-200 ke Beijing. Indonesia siap kerja sama dalam misi pencarian,” tulis Presiden SBY di akun twitter-nya @SBYudhoyono, kemarin.

Menyoal bantuan, Panglima TNI Jenderal Moeldoko menuturkan pihaknya telah dimintai bantuan oleh Panglima Angkatan Bersenjata Malaysia, terkait pencarian pesawat MAS. Menanggapi permintaan tersebut, pihaknya sudah mengerahkan lima kapal patroli untuk melakukan pencarian di Selat Malaka.

“Saya respons dengan baik, segera saya perintahkan kepada KSAL melakukan hal-hal yang dilakukan. Saya lihat kapal-kapal sudah dikerahkan lima kapal ada di Selat Malaka, yang sedang operasi dan bertugas melakukan pencarian,” papar Moeldoko di Kantor Presiden, kemarin.

Di samping itu, Moeldoko melanjutkan, TNI AU juga melakukan patroli udara, untuk membantu proses pencarian. Namun, hingga saat ini, belum ada hasil dari pencarian patroli TNI. “Ini semua kita lakukan tapi sampai saat ini, belum ada laporan. Mungkin karena arahan pesawat itu ke utara dan wilayah patroli kita di selatan,” jelasnya.

Dari Mabes Polri dilaporkan, pendataan terhadap keluarga tujuh WNI penumpang Malaysia Airlines yang hilang kontak Sabtu (8/3) lalu belum tuntas. Baru empat dari tujuh WNI yang data antemortem-nya telah direkam. Pendataan itu untuk mengantisipasi jika pesawat itu ternyata mengalami kecelakaan dan jenazah para korban ditemukan.

Kapolri Jenderal Sutarman menjelaskan, pihaknya saat ini menunggu pengumuman resmi dari pemerintah Malaysia terkait status pesawat dengan nomor penerbangan MH 370 itu. “Kami hanya mengantisipasi kemungkinan terburuk. Jika terjadi hal buruk, maka data ketujuh orang itu sudah siap,” ujarnya di gedung Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian kemarin.

Menurut dia, jika terjadi kecelakaan, maka korban harus ditemukan karena memiliki dampak hukum. “Kalau sudah yakin dia meninggal, ini akan digunakan pada kepentingan hukum dan keluarganya,” lanjut mantan Kabareskrim itu. Kecuali, jika ada pengumuman resmi dari Malaysia jika pesawat tersebut hilang.

Kabiddokpol Pusdokkes Polri Kombes dr Anton Castilani menuturkan, hingga saat ini pihaknya masih beranggapan jika pesawat tersebut hanya hilang kontak. “Bisa saja pesawat itu mendarat darurat di suatu tempat dan penumpangnya selamat, atau bisa juga memang betul kecelakaan,” ujarnya.

Jika memang terjadi kecelakaan, pihaknya mengantisipasi lebih awal. Menurut dia, pengambilan sampel antemortem lebih baik memang dilakukan sejak dini. Dengan demikian, jika sewaktu-waktu dibutuhkan, sampel tersebut sudah siap.

Jika TKP ditemukan dan ada jenazah, maka bisa lebih cepat diidentifikasi. Keluarga juga bisa segera membawa pulang. “Kalau kita baru mengumpulkan informasi setelah TKP ditemukan, bisa lebih lama. Untuk identifikasi DNA saja butuh waktu dua minggu,” urainya.

Anton menuturkan, dari tujuh korban, baru empat orang yang keluarganya telah menyerahkan data antemortem. Tiga keluarga berasal dari Medan. Yakni, keluarga Firman Candra Siregar, Sugianto LO, dan Vinny Chynthyatio. Sedangkan di Jakarta, dari empat keluarga, baru satu yang menyerahkan data. Yakni, keluarga Indrasuria Tanurisam.

Tim DVI Indonesia mewawancarai keluarga perihal kondisi terakhir penumpang sebelum naik pesawat. mulai ciri fisik, tanda lahir, tato, hingga posisi tahi lalat di tubuh. Kemudian, petugas menanyai keluarga soal pakaian maupun aksesoris yang dikenakan si penumpang saat hendak berangkat.

Petugas juga meminta foto terbaru si penumpang, dan mengambil sampel DNA dari keluarga terdekat. Yakni, ayah, ibu, atau anak. “Kalau penumpang tersebut memiliki langganan dokter gigi, kami datangi kliniknya untuk meminta dental record yang bersangkutan,” lanjutnya.

Sementara itu, hingga saat ini masih belum ada kemajuan dari hasil pencarian sejak Sabtu (8/03) lalu. Tumpahan minyak yang diduga bahan bakar dari pesawat Malaysia Airlines juga masih belum keluar hasilnya. Pihak KBRI KL mengaku, hingga kini belum ada perkembangan apapun di sana. “Oil Slick baru akan diumumkan hasilnya malam ini. Tapi belum tau, malam ini nya pukul berapa. Belum pasti,” ujar Wakil Duta Besar KBRI Kuala Lumpur (KL), Hermono saat dihubungi kemarin.

Belum adanya perkembangan ini semakin membuat pihak keluarga penumpang Malaysia Airlines semakin muram. Tak terkecuali pihak keluarga dari WNI yang ikut dalam penerbangan menuju Beijing itu. Dikatakan Hermono, saat ini telah berkumpul sebelas orang dari tujuh WNI penumpang Malaysia Airlines.

Sebelas orang tersebut merupakan keluarga dari Firman Chandra Siregar (25), Lo Sugianto (47), Chynthyatio Vinny (47), Herry Indra Suadaya (35) dan Ferry Indra Suadaya (42). Keluarga Herry dan Ferry baru berangkat kemarin pagi dari bandara Soekarno-Hatta difasilitasi oleh Malaysia Airlines. Sementara untuk keluarga Indrasuria Tanurisam (57) dan Willysurijanto Wang (53) masih belum ada kabar mengenai keberangkatan menuju KL.

“Bapak Duta Besar telah bertemu dengan mereka tadi siang. Keadaan mereka cukup baik meski terlihat sedih dan lelah. Saya kira itu wajar,” paparnya.

Dalam kesempatan itu, Hermono juga menyinggung mengenai dua penumpang ilegal dalam pesawat MH370. Menurutnya, otoritas negeri Jiran telah mengantongi kedua identitas dari penumpang ilegal tersebut. Meski belum disebutkan secara detail, otoritas Malaysia sempat menyebutkan keduanya berwajah ras Asia.

“Mereka sudah tahu siapa yang menggunakan passpor palsu, namun belum dishared dengan alasan masih didalami,” katanya.

Seperti diketahui, dua penumpang ilegal tersebut menggunakan paspor curian milik warga negara asal Austria, Christian Kozel dan Luigi Maraldi asal Italia. Saat dipastikan hilang, pihak Malaysia Airlines mulai menelusuri identitas setiap penumpang untuk pemberitahuan pada pihak keluarga.

Dari penelusuran, ternyata pihak Kedubes dua WN tersebut menyebutkan bahwa mereka dalam keadaan aman dan berada di rumah. Hal itu kontan membuat berbagai spekulasi muncul, termasuk adanya pembajakan pesawat. Bahkan untuk menelusuri kemungkinan tersebut, negara pimpinan Najib Tun Razak telah meminta bantuan FBI untuk melakukan penyelidikan.

Pihak KBRI Ho Chi Minh City juga mengabarkan proses pencarian yang masih terus dilakukan. Dalam rilis resminya, KBRI menginformasikan bahwa pemerintah Vietnam telah memperluas wilayah pencarian pesawat. Pencarian yang awalnya hanya tertuju di dekat pulau Tho Chu mulai diperluas ke wilayah Barat.

“Belum diketahuinya nasib pesawat tersebut, menjadikan upaya pencarian dan penyelamatan pesawat MH 370 sebagai upaya bersama berbagai negara,” ujar Dubes RI Mayerfas. Ia juga memastikan bahwa KBRI akan terus melakukan pemantauan akan perkembangan situasi dalam rangka perlindungan WNI. (ken/dod/byu/mia/jpnn/gus/mag-8/ain/rbb)

Empat Keluarga Korban Tiba di Malaysia

JAKARTA-Pemerintah Indonesia sudah menyiapkan segala kemungkinan terburuk yang menimpa tujuh warganya yang menjadi penumpang Pesawat Malaysia Airlines (MAS) dengan nomor penerbangan MH 370.

Pencarian jejak Malaysia Airlines
DARI UDARA Perbatasan antara Malaysia dan Indonesia terlihat dari atas pesawat cassa saat melakukan pencarian jejak pesawat MAS MH370, Senin (10/3).

‘Keranda’ pun disiapkan jika akhirnya ketujuh warga Indonesia itu ditemukan dan kemungkinan dinyatakan tewas.

Menlu Marty Natalegawa memaparkan, pihaknya telah memberikan instruksi kepada KBRI di Kuala Lumpur dan Beijing
untuk mengambil langkah-langkah antisipatif yang diperlukan. “Kurang lebih lima dari tujuh keluarga (korban) di Kuala Lumpur. Jadi saya sudah meminta perwakilan kita di sana untuk memberikan dukungan jangan sampai kekurangan satu hal apapun juga.  Saya berharap ini bisa dapat diselesaikan dengan baik,” papar Marty di Kantor Presiden, kemarin (10/3).

Marty melanjutkan, di samping terus memantau, pemerintah Indonesia juga telah memberikan bantuan dalam proses pencarian pesawat MAS. “Dengan mengirim kapal dari AL dan kapal penumpang. Mudah-mudahan bisa membantu mencari pesawat ini,” ujarnya.

Marty pun mengaku telah melaporkan perkembangan penanganan insiden pesawat MAS kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), untuk mendapat arahan lebih lanjut. Terkait tragedi tersebut, SBY menyampaikan rasa keprihatinannya yang mendalam kepada keluarga korban.

Kepala negara juga memastikan pemerintah Indonesia siap membantu pemerintah Malaysia melakukan pencarian. “Saya terus mengikuti laporan Menlu tentang hilangnya tujuh WNI di pesawat MAS 777-200 ke Beijing. Indonesia siap kerja sama dalam misi pencarian,” tulis Presiden SBY di akun twitter-nya @SBYudhoyono, kemarin.

Menyoal bantuan, Panglima TNI Jenderal Moeldoko menuturkan pihaknya telah dimintai bantuan oleh Panglima Angkatan Bersenjata Malaysia, terkait pencarian pesawat MAS. Menanggapi permintaan tersebut, pihaknya sudah mengerahkan lima kapal patroli untuk melakukan pencarian di Selat Malaka.

“Saya respons dengan baik, segera saya perintahkan kepada KSAL melakukan hal-hal yang dilakukan. Saya lihat kapal-kapal sudah dikerahkan lima kapal ada di Selat Malaka, yang sedang operasi dan bertugas melakukan pencarian,” papar Moeldoko di Kantor Presiden, kemarin.

Di samping itu, Moeldoko melanjutkan, TNI AU juga melakukan patroli udara, untuk membantu proses pencarian. Namun, hingga saat ini, belum ada hasil dari pencarian patroli TNI. “Ini semua kita lakukan tapi sampai saat ini, belum ada laporan. Mungkin karena arahan pesawat itu ke utara dan wilayah patroli kita di selatan,” jelasnya.

Dari Mabes Polri dilaporkan, pendataan terhadap keluarga tujuh WNI penumpang Malaysia Airlines yang hilang kontak Sabtu (8/3) lalu belum tuntas. Baru empat dari tujuh WNI yang data antemortem-nya telah direkam. Pendataan itu untuk mengantisipasi jika pesawat itu ternyata mengalami kecelakaan dan jenazah para korban ditemukan.

Kapolri Jenderal Sutarman menjelaskan, pihaknya saat ini menunggu pengumuman resmi dari pemerintah Malaysia terkait status pesawat dengan nomor penerbangan MH 370 itu. “Kami hanya mengantisipasi kemungkinan terburuk. Jika terjadi hal buruk, maka data ketujuh orang itu sudah siap,” ujarnya di gedung Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian kemarin.

Menurut dia, jika terjadi kecelakaan, maka korban harus ditemukan karena memiliki dampak hukum. “Kalau sudah yakin dia meninggal, ini akan digunakan pada kepentingan hukum dan keluarganya,” lanjut mantan Kabareskrim itu. Kecuali, jika ada pengumuman resmi dari Malaysia jika pesawat tersebut hilang.

Kabiddokpol Pusdokkes Polri Kombes dr Anton Castilani menuturkan, hingga saat ini pihaknya masih beranggapan jika pesawat tersebut hanya hilang kontak. “Bisa saja pesawat itu mendarat darurat di suatu tempat dan penumpangnya selamat, atau bisa juga memang betul kecelakaan,” ujarnya.

Jika memang terjadi kecelakaan, pihaknya mengantisipasi lebih awal. Menurut dia, pengambilan sampel antemortem lebih baik memang dilakukan sejak dini. Dengan demikian, jika sewaktu-waktu dibutuhkan, sampel tersebut sudah siap.

Jika TKP ditemukan dan ada jenazah, maka bisa lebih cepat diidentifikasi. Keluarga juga bisa segera membawa pulang. “Kalau kita baru mengumpulkan informasi setelah TKP ditemukan, bisa lebih lama. Untuk identifikasi DNA saja butuh waktu dua minggu,” urainya.

Anton menuturkan, dari tujuh korban, baru empat orang yang keluarganya telah menyerahkan data antemortem. Tiga keluarga berasal dari Medan. Yakni, keluarga Firman Candra Siregar, Sugianto LO, dan Vinny Chynthyatio. Sedangkan di Jakarta, dari empat keluarga, baru satu yang menyerahkan data. Yakni, keluarga Indrasuria Tanurisam.

Tim DVI Indonesia mewawancarai keluarga perihal kondisi terakhir penumpang sebelum naik pesawat. mulai ciri fisik, tanda lahir, tato, hingga posisi tahi lalat di tubuh. Kemudian, petugas menanyai keluarga soal pakaian maupun aksesoris yang dikenakan si penumpang saat hendak berangkat.

Petugas juga meminta foto terbaru si penumpang, dan mengambil sampel DNA dari keluarga terdekat. Yakni, ayah, ibu, atau anak. “Kalau penumpang tersebut memiliki langganan dokter gigi, kami datangi kliniknya untuk meminta dental record yang bersangkutan,” lanjutnya.

Sementara itu, hingga saat ini masih belum ada kemajuan dari hasil pencarian sejak Sabtu (8/03) lalu. Tumpahan minyak yang diduga bahan bakar dari pesawat Malaysia Airlines juga masih belum keluar hasilnya. Pihak KBRI KL mengaku, hingga kini belum ada perkembangan apapun di sana. “Oil Slick baru akan diumumkan hasilnya malam ini. Tapi belum tau, malam ini nya pukul berapa. Belum pasti,” ujar Wakil Duta Besar KBRI Kuala Lumpur (KL), Hermono saat dihubungi kemarin.

Belum adanya perkembangan ini semakin membuat pihak keluarga penumpang Malaysia Airlines semakin muram. Tak terkecuali pihak keluarga dari WNI yang ikut dalam penerbangan menuju Beijing itu. Dikatakan Hermono, saat ini telah berkumpul sebelas orang dari tujuh WNI penumpang Malaysia Airlines.

Sebelas orang tersebut merupakan keluarga dari Firman Chandra Siregar (25), Lo Sugianto (47), Chynthyatio Vinny (47), Herry Indra Suadaya (35) dan Ferry Indra Suadaya (42). Keluarga Herry dan Ferry baru berangkat kemarin pagi dari bandara Soekarno-Hatta difasilitasi oleh Malaysia Airlines. Sementara untuk keluarga Indrasuria Tanurisam (57) dan Willysurijanto Wang (53) masih belum ada kabar mengenai keberangkatan menuju KL.

“Bapak Duta Besar telah bertemu dengan mereka tadi siang. Keadaan mereka cukup baik meski terlihat sedih dan lelah. Saya kira itu wajar,” paparnya.

Dalam kesempatan itu, Hermono juga menyinggung mengenai dua penumpang ilegal dalam pesawat MH370. Menurutnya, otoritas negeri Jiran telah mengantongi kedua identitas dari penumpang ilegal tersebut. Meski belum disebutkan secara detail, otoritas Malaysia sempat menyebutkan keduanya berwajah ras Asia.

“Mereka sudah tahu siapa yang menggunakan passpor palsu, namun belum dishared dengan alasan masih didalami,” katanya.

Seperti diketahui, dua penumpang ilegal tersebut menggunakan paspor curian milik warga negara asal Austria, Christian Kozel dan Luigi Maraldi asal Italia. Saat dipastikan hilang, pihak Malaysia Airlines mulai menelusuri identitas setiap penumpang untuk pemberitahuan pada pihak keluarga.

Dari penelusuran, ternyata pihak Kedubes dua WN tersebut menyebutkan bahwa mereka dalam keadaan aman dan berada di rumah. Hal itu kontan membuat berbagai spekulasi muncul, termasuk adanya pembajakan pesawat. Bahkan untuk menelusuri kemungkinan tersebut, negara pimpinan Najib Tun Razak telah meminta bantuan FBI untuk melakukan penyelidikan.

Pihak KBRI Ho Chi Minh City juga mengabarkan proses pencarian yang masih terus dilakukan. Dalam rilis resminya, KBRI menginformasikan bahwa pemerintah Vietnam telah memperluas wilayah pencarian pesawat. Pencarian yang awalnya hanya tertuju di dekat pulau Tho Chu mulai diperluas ke wilayah Barat.

“Belum diketahuinya nasib pesawat tersebut, menjadikan upaya pencarian dan penyelamatan pesawat MH 370 sebagai upaya bersama berbagai negara,” ujar Dubes RI Mayerfas. Ia juga memastikan bahwa KBRI akan terus melakukan pemantauan akan perkembangan situasi dalam rangka perlindungan WNI. (ken/dod/byu/mia/jpnn/gus/mag-8/ain/rbb)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/