26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Kesepian Bisa Berakibat Buruk bagi Kesehatan

Pria kesepian di depan jendela.
Pria kesepian di depan jendela.

SUMUTPOS.CO – Ancaman kesehatan memang bisa datang dari mana saja. Mulai dari pola hidup, kebiasaan, pola makan, hingga aktivitas sehari-hari. Namun tahukah anda bahwa kesepian juga bisa berakibat buruk bagi kesehatan?

Penelitian terbaru dari University of Chicago mengatakan bahwa kesepian mempunyai persentase kematian yang sama seperti obesitas. Orang yang kesepian juga mempunyai risiko 14 persen lebih tinggi untuk meninggal lebih dulu daripada orang dengan masalah kesehatan akibat kemiskinan.

Profesor. John Cacioppo, psikolog yang memimpin penelitian, mengungkapkan, bahwa banyak orang mengatakan mereka lebih menikmati kesendirian. Padahal kenikmatan ketika sendiri (solitude) tidak sebanding dengan rasa sakit yang harus ditanggung.

“Kesepian mempunyai hubungan erat dengan kadar hormon stes (cortisol) yang tinggi. Sehingga menyebabkan risiko serangan jantung, stroke, tekanan darah tinggi dan lemahnya sistem daya tahan tubuh,” kata Prof. Cacioppo, sepertidilansir Independent, Rabu (12/3).

Ia mengatakan rasa kesepian tersebut akan bertambah parah seiring bertambahnya usia. Hasil penelitiannya juga menunjukkan bahwa 20 sampai 40 persen orang dewasa yang sudah memasuki masa pensiun merasa lebih kesepian, semakin sedikit teman dan keluarga yang mereka miliki, semakin besar pula rasa kesepian yang mereka rasakan.

Penelitian tersebut dilakukan Prof Cacioppo kepada 2.000 orang dewasa yang berumur di atas 50 tahun. Setelah survei berbentuk kuesioner dilakukan, peneliti memantau kondisi kesehatan tubuh dan jiwa orang-orang tersebut selama enam tahun.

Hasil yang didapat menunjukkan bahwa ada perbedaan yang sangat besar pada grafik kesehatan antara pasien yang kesepian dan tidak. Menurut Prof. Cacioppo, hal ini adalah akibat dari pemahaman yang salah tentang pensiun.

“Kita selalu berpikir untuk membeli rumah di dekat pantai atau gunung dan menghabiskan sisa hidup kita dengan bahagia. Faktanya, jika anda memilih rumah pensiun yang jauh dari keluarga, teman dan rekan kerja, masa pensiun anda tidak akan semenarik bayangan anda,” katanya lebih lanjut.

Untuk itu, Prof. Cacioppo menganjurkan bahwa jika tidak ingin mati kesepian, orang tersebut harus mampu mengatur rencana pensiunnya dengan baik. Caranya antara lain memilih rumah dekat dengan anak dan saudara, atau tinggal di kawasan untuk penduduk usia lanjut dan pensiunan.

“Semakin tua seseorang, semakin sedikit pula mobilitasnya. Hal itulah yang memicu kesepian. Oleh karena itu, sering-seringlah menghabiskan waktu dengan teman dan keluarga. Orang tidak kesepian pasti tidak sulit untuk menghabiskan waktu dengan orang lain,” pungkas Prof. Cacioppo. (fny/jpnn)

Pria kesepian di depan jendela.
Pria kesepian di depan jendela.

SUMUTPOS.CO – Ancaman kesehatan memang bisa datang dari mana saja. Mulai dari pola hidup, kebiasaan, pola makan, hingga aktivitas sehari-hari. Namun tahukah anda bahwa kesepian juga bisa berakibat buruk bagi kesehatan?

Penelitian terbaru dari University of Chicago mengatakan bahwa kesepian mempunyai persentase kematian yang sama seperti obesitas. Orang yang kesepian juga mempunyai risiko 14 persen lebih tinggi untuk meninggal lebih dulu daripada orang dengan masalah kesehatan akibat kemiskinan.

Profesor. John Cacioppo, psikolog yang memimpin penelitian, mengungkapkan, bahwa banyak orang mengatakan mereka lebih menikmati kesendirian. Padahal kenikmatan ketika sendiri (solitude) tidak sebanding dengan rasa sakit yang harus ditanggung.

“Kesepian mempunyai hubungan erat dengan kadar hormon stes (cortisol) yang tinggi. Sehingga menyebabkan risiko serangan jantung, stroke, tekanan darah tinggi dan lemahnya sistem daya tahan tubuh,” kata Prof. Cacioppo, sepertidilansir Independent, Rabu (12/3).

Ia mengatakan rasa kesepian tersebut akan bertambah parah seiring bertambahnya usia. Hasil penelitiannya juga menunjukkan bahwa 20 sampai 40 persen orang dewasa yang sudah memasuki masa pensiun merasa lebih kesepian, semakin sedikit teman dan keluarga yang mereka miliki, semakin besar pula rasa kesepian yang mereka rasakan.

Penelitian tersebut dilakukan Prof Cacioppo kepada 2.000 orang dewasa yang berumur di atas 50 tahun. Setelah survei berbentuk kuesioner dilakukan, peneliti memantau kondisi kesehatan tubuh dan jiwa orang-orang tersebut selama enam tahun.

Hasil yang didapat menunjukkan bahwa ada perbedaan yang sangat besar pada grafik kesehatan antara pasien yang kesepian dan tidak. Menurut Prof. Cacioppo, hal ini adalah akibat dari pemahaman yang salah tentang pensiun.

“Kita selalu berpikir untuk membeli rumah di dekat pantai atau gunung dan menghabiskan sisa hidup kita dengan bahagia. Faktanya, jika anda memilih rumah pensiun yang jauh dari keluarga, teman dan rekan kerja, masa pensiun anda tidak akan semenarik bayangan anda,” katanya lebih lanjut.

Untuk itu, Prof. Cacioppo menganjurkan bahwa jika tidak ingin mati kesepian, orang tersebut harus mampu mengatur rencana pensiunnya dengan baik. Caranya antara lain memilih rumah dekat dengan anak dan saudara, atau tinggal di kawasan untuk penduduk usia lanjut dan pensiunan.

“Semakin tua seseorang, semakin sedikit pula mobilitasnya. Hal itulah yang memicu kesepian. Oleh karena itu, sering-seringlah menghabiskan waktu dengan teman dan keluarga. Orang tidak kesepian pasti tidak sulit untuk menghabiskan waktu dengan orang lain,” pungkas Prof. Cacioppo. (fny/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/