SUMUTPOS.CO – Beberapa tahun terakhir, Sigi Wimala keranjingan lari. Bahkan, dia mengikuti beberapa lomba maraton, di dalam dan luar negeri. Paling jauh dia lari 42 kilometer di San Francisco, Amerika Serikat dalam gelaran Nike Woman’s Marathon, November 2013. ”Aku menyentuh garis finish dalam waktu 5 jam 5 menit. Itu pengalaman menyenangkan banget,” ujarnya diiringi senyum.
Meski tampak mudah, marathon diakuinya bukan hanya membutuhkan kesiapan fisik, tetapi juga mental. Cedera kaki, jatuh, dan badan pegal sudah menjadi resiko. Persiapannya, setidaknya tiga bulan untuk menghindari cedera. ”Lari nggak cuma sekadar lari, tapi lari untuk sehat dan mengejar target tertentu. Sebelum lari nggak boleh diet karbohidrat,” katanya.
Berkat lari, istri Timo Tjahjanto itu mengetahui masalah tulang yang selama ini dideritanya. Sebelumnya, dia berlari sekadar mengejar kilometer tanpa memperhatikan kondisi tubuhnya. ”Kakiku ternyata panjang sebelah. Tulang punggung cenderung bungkuk, dan sering sakit. Baru tahun lalu aku kenal dunia lari profesional. Tapi tetap, buat aku lari adalah hobi,” ungkapnya.
Nah, saat ini ibu dari Maxine Sara itu mulai bosan lari. Dia melirik olahraga lain yakni pilates dan boxing. ”Lagi bosan lari. Tiga bulan terakhir jarang banget lari. Pada dasarnya aku gampang bosan. Pelatihku juga bilang, nanti saja aku lari lagi untuk persiapan lomba berikutnya,” ungkapnya yang akan ikut lomba lari lagi, Juni mendatang. Menurutnya, apapun jenisnya, yang penting olahraga setiap hari. ”Kalau nggak olahraga badan sakit,” tutur perempuan kelahiran Jakarta, 21 Juni 1983 itu.
Saat ini, berat badannya stabil di kisaran 56-57 kilogram. Dia merasa sudah cukup ideal, sehingga tidak perlu mati-matian berolahraga untuk menurunkan bobotnya. Apalagi, dia sudah meninggalkan dunia modeling yang identik dengan tubuh kurus. ”Sudah nggak modeling juga, buat apa terlalu kurus. Buat aku yang penting sehat biar punya energi yang cukup untuk kerja, mengurus anak, dan olahraga,” terangnya. (ash)