29 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Wasit Tahu Siapa Pemain yang Bandel

Oleh: Syaifullah

Wasit itu sama dengan profesi lainnya dalam hal sosialita. Mereka juga punya komunitas dan doyan ngumpul bareng komunitasnya itu. Di sela-sela ngumpul, para wasit tentu saja acapkali membahas perkembangan law of game gawean FIFA sebagai bekal mereka mengaplikasikan peraturan sepak bola yang sebenarnya. Dan di sela-sela kumpul-kumpul para wasit, mereka juga kerap membahas tingkah para pemain. Mereka lantas menandai siapa saja pemain yang dianggap bandel atau anak baik-baik.

HAL menyangkut asumsi pengadil lapangan kepada salah satu nama pemain sempat menjadi polemik di daratan Eropa. Zlatan Ibrahimovic sempat mengeluhkan perlakuan wasit kepadanya. Perlakuan wasit kepada beberapa bintang besar sepak bola dunia memang tak sepenuhnya sama. Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo merupakan pemain yang mendapat perhatian lebih. Pemain lain tidak boleh menjegal mereka dengan kasar. Jika itu terjadi maka para wasit akan sigap memberi peringatan hingga kartu.

Ibra sempat mengeluhkan perlakuan wasit kepadanya yang dianggapnya mudah memberikan kartu, padahal kesalahan yang dilakukannya tak begitu fatal. Lantas dia membandingkan perlakuan wasit kepada Messi tadi yang seakan melindungi.

Dini hari kemarin (24/3) el clasico kembali digulirkan. Wasit Alberto Undiano Mallenco ditunjuk menjadi pengadil pada laga tensi tinggi itu. Duel berakhir 3-4 untuk kemenangan Barcelona di Santiago Bernabeu.

Mallenco dianggap biang kerok kekalahan Madrid yang pada laga itu sebenarnya tampil baik. Terdapat tiga penalti pada laga itu. Satu untuk Madrid dua untuk Barca. Keputusan Mallenco yang dianggap merusak permainan adalah ketika dia mengkartumerah Sergio Ramos yang bersinggungan dengan Neymar di kotak penalti.

Cristiano Ronaldo pun marah-marah. Ronaldo yang berada di lapangan tentu lebih jelas melihat apa yang terjadi. Dia tak setuju dengan keputusan Mallenco. Dan Mallenco langsung mencabut kartu merah untuk Ramos tentu dilandaskan keputusan sulit. Tapi karena sudah berasumsi Ramos kerap berlaku kasar, maka Mallenco akhirnya muda memutuskan. Sudah bukan rahasia umum bahwa Ramos memang kerap berlaku berlebihan dalam menjaga pertahanan timnya. Sama halnya dengan Pepe. Pemain asal Portugal ini setali tiga uang dengan Ramos, sama-sama keras cenderung kasar jika mengawal pertahanan. Maka jika kedua pemain ini yang buat kesalahan, maka wasit langsung mudah diprovokasi sebab asumsi yang ada di kepalanya.

Bukan menyalahkan siapa-siapa, tapi inilah indahnya sepak bola. Segala hal bisa terjadi dan menarik sebab ulasan dari berbagai sisi.

Menjadi wasit bukan perkara mudah. Sejatinya mereka harus lulus sejumlah tes untuk mengemban lisensi FIFA. Selain fisik yang oke, wasit juga harus punya intelejensia di atas rata-rata.

So, intinya, wasit lebih tahu apa yang harus dilakukannya di lapangan dibanding para pemain yang sedang berlaga atau bahkan pelatih yang berdiri di pinggi lapangan. Setiap saat mereka mengupdate pengetahuannya akan law of the game tadi. Sedangkan pemain dan pelatih bukan itu tugasnya, jadi mereka hanya tahu hal-hal kecil terkait peraturan pertandingan. Apalagi para fans yang hanya menonton dari layar kaca. Keputusan wasit sama sekali tidak bisa kita nilai dengan satu arah.

Pun begitu, bukan berarti wasit tidak pernah buah kesalahan. Dalam kepemimpinannya, wasit sekaliber Pierluigi Collina juga pernah khilaf dalam membuat keputusan.

Dan pekan ini, soal keputusan wasit memang cukup menyita perhatian. Sebelum Mallenco memimpin el clasico dengan kontroversinya, duel Chelsea versus Arsenal juga diwarnai kontroversi keputusan wasit.

Pada laga itu Andre Marriner ditunjuk mewasiti duel Derby London itu. Hasilnya, di awal-awal laga dia sudah bikin kesalahan dengan mengkartumerah Kieran Gibbs dengan alasan hands ball. Sialnya, wasit tidak melihat dengan jelas kejadiannya. Yang ternyata menyentuh bola adalah Oxlade Chamberlain. Marriner lewat korps wasit Liga Inggris pun minta maaf.

Insiden kesalahan mengidentifikasi pemain sebenarnya sangat jarang terjadi. Seringkali hal itu terkait dengan kesalahan teknis,” terang bunyi pernyataan resmi dilansir BBC.

“Itu adalah keputusan sulit. Marriner sangat kecewa karena gagal mengidentifikasi pemain yang seharusnya. Dia menyatakan penyesalannya pada Arsenal ketika sadar sudah melakukan kesalahan,” tambah pernyataan resmi itu. (*)

Oleh: Syaifullah

Wasit itu sama dengan profesi lainnya dalam hal sosialita. Mereka juga punya komunitas dan doyan ngumpul bareng komunitasnya itu. Di sela-sela ngumpul, para wasit tentu saja acapkali membahas perkembangan law of game gawean FIFA sebagai bekal mereka mengaplikasikan peraturan sepak bola yang sebenarnya. Dan di sela-sela kumpul-kumpul para wasit, mereka juga kerap membahas tingkah para pemain. Mereka lantas menandai siapa saja pemain yang dianggap bandel atau anak baik-baik.

HAL menyangkut asumsi pengadil lapangan kepada salah satu nama pemain sempat menjadi polemik di daratan Eropa. Zlatan Ibrahimovic sempat mengeluhkan perlakuan wasit kepadanya. Perlakuan wasit kepada beberapa bintang besar sepak bola dunia memang tak sepenuhnya sama. Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo merupakan pemain yang mendapat perhatian lebih. Pemain lain tidak boleh menjegal mereka dengan kasar. Jika itu terjadi maka para wasit akan sigap memberi peringatan hingga kartu.

Ibra sempat mengeluhkan perlakuan wasit kepadanya yang dianggapnya mudah memberikan kartu, padahal kesalahan yang dilakukannya tak begitu fatal. Lantas dia membandingkan perlakuan wasit kepada Messi tadi yang seakan melindungi.

Dini hari kemarin (24/3) el clasico kembali digulirkan. Wasit Alberto Undiano Mallenco ditunjuk menjadi pengadil pada laga tensi tinggi itu. Duel berakhir 3-4 untuk kemenangan Barcelona di Santiago Bernabeu.

Mallenco dianggap biang kerok kekalahan Madrid yang pada laga itu sebenarnya tampil baik. Terdapat tiga penalti pada laga itu. Satu untuk Madrid dua untuk Barca. Keputusan Mallenco yang dianggap merusak permainan adalah ketika dia mengkartumerah Sergio Ramos yang bersinggungan dengan Neymar di kotak penalti.

Cristiano Ronaldo pun marah-marah. Ronaldo yang berada di lapangan tentu lebih jelas melihat apa yang terjadi. Dia tak setuju dengan keputusan Mallenco. Dan Mallenco langsung mencabut kartu merah untuk Ramos tentu dilandaskan keputusan sulit. Tapi karena sudah berasumsi Ramos kerap berlaku kasar, maka Mallenco akhirnya muda memutuskan. Sudah bukan rahasia umum bahwa Ramos memang kerap berlaku berlebihan dalam menjaga pertahanan timnya. Sama halnya dengan Pepe. Pemain asal Portugal ini setali tiga uang dengan Ramos, sama-sama keras cenderung kasar jika mengawal pertahanan. Maka jika kedua pemain ini yang buat kesalahan, maka wasit langsung mudah diprovokasi sebab asumsi yang ada di kepalanya.

Bukan menyalahkan siapa-siapa, tapi inilah indahnya sepak bola. Segala hal bisa terjadi dan menarik sebab ulasan dari berbagai sisi.

Menjadi wasit bukan perkara mudah. Sejatinya mereka harus lulus sejumlah tes untuk mengemban lisensi FIFA. Selain fisik yang oke, wasit juga harus punya intelejensia di atas rata-rata.

So, intinya, wasit lebih tahu apa yang harus dilakukannya di lapangan dibanding para pemain yang sedang berlaga atau bahkan pelatih yang berdiri di pinggi lapangan. Setiap saat mereka mengupdate pengetahuannya akan law of the game tadi. Sedangkan pemain dan pelatih bukan itu tugasnya, jadi mereka hanya tahu hal-hal kecil terkait peraturan pertandingan. Apalagi para fans yang hanya menonton dari layar kaca. Keputusan wasit sama sekali tidak bisa kita nilai dengan satu arah.

Pun begitu, bukan berarti wasit tidak pernah buah kesalahan. Dalam kepemimpinannya, wasit sekaliber Pierluigi Collina juga pernah khilaf dalam membuat keputusan.

Dan pekan ini, soal keputusan wasit memang cukup menyita perhatian. Sebelum Mallenco memimpin el clasico dengan kontroversinya, duel Chelsea versus Arsenal juga diwarnai kontroversi keputusan wasit.

Pada laga itu Andre Marriner ditunjuk mewasiti duel Derby London itu. Hasilnya, di awal-awal laga dia sudah bikin kesalahan dengan mengkartumerah Kieran Gibbs dengan alasan hands ball. Sialnya, wasit tidak melihat dengan jelas kejadiannya. Yang ternyata menyentuh bola adalah Oxlade Chamberlain. Marriner lewat korps wasit Liga Inggris pun minta maaf.

Insiden kesalahan mengidentifikasi pemain sebenarnya sangat jarang terjadi. Seringkali hal itu terkait dengan kesalahan teknis,” terang bunyi pernyataan resmi dilansir BBC.

“Itu adalah keputusan sulit. Marriner sangat kecewa karena gagal mengidentifikasi pemain yang seharusnya. Dia menyatakan penyesalannya pada Arsenal ketika sadar sudah melakukan kesalahan,” tambah pernyataan resmi itu. (*)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/