26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Jumlah Mahasiswa Indonesia di Jerman Melejit

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Jerman semakin menjadi jujukan kuliah pelajar Indonesia. Dalam lima tahun terakhir, minat pelajar Indonesia kuliah di Jerman naik cukup signifikan. Selama 2013 lalu, tercatat ada 4.000 pelajar Indonesia kuliah di negeri Bavaria itu.

Capaian itu menunjukkan peningkatan 100 persen lebih dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sekitar 1.500 pelajar. “Kondisi ini seperti saat Pak Habibie menjabat sebagai Presiden RI pada 1998 lalu. Antusias masyarakat Indonesia belajar di Jerman begitu tinggi,” kata mantan Dubes Indonesia untuk Jerman Eddy Pratomo di sela persiapan pameran pendidikan Jerman di Jakarta kemarin.

Menurut Eddy kenaikan jumlah mahasiswa Indonesia yang kuliah di Jerman tidak lepas dari dukungan KBRI di Jerman. Selama ini KBRI selalu mendukung penuh lembaga-lembaga pendidikan Indonesia yang aktif mempromosikan pendidikan Jerman.

Tingginya minat mahasiswa Indonesia ke Jerman juga didorong program Debt Swap. Yakni upaya penghapusan hutang Indonesia ke Jerman yang dialihkan untuk urusan pendidikan. Program ini ditujukan untuk kuliah tingkat doktoral. Selama sepuluh tahun, Indonesia mengirim mahasiswa program doktoral untuk kuliah di Jerman.

“Program Debt Swap saat ini sudah masuk tahun ke enam,” katanya. Meski sudah berjalan enam tahun, peserta program ini masih sepi. Setiap tahun rata-rata peserta program ini hanya 200 orang. Padahal kuotanya sekitar 5.000 orang.

Eddy mengatakan sepinya program Debt Swap bukan karena peminatnya yang minim. “Tetapi memang baru sejumlah itu yang memenuhi syarat,” papar pria yang kini menjadi konsultan pendidikan Jerman di Go Deutschland itu. Menurut Eddy seleksi untuk program Debt Swap ini sangat ketat.

Selain persaingan yang ketat itu, saat ini Jerman masih menjadi pilihan kuliah jenjang sarjana. Menurutnya biaya kuliah di Jerman lebih murah dibandingkan di Amerika atau Australia. Bahkan menurutnya tingkat kemurahannya bisa lebih rendah sepuluh kali lipat. Rata-rata biaya hidup di Jerman, sudah termasuk seluruh akomodasi dan penginapan, berkisar Rp 5 juta per bulan. “Biayanya murah, tetapi kualitas pendidikannya bagus. Saya pernah amati sendiri,” katanya.

Program studi yang diminati mahasiswa Indonesia di Jerman adalah rumpun teknik, arsitektur, komputer, bisnis dan ekonomi. Sedangkan untuk ilmu-ilmu sosial, tetap ada peminatnya namun tidak besar.

Untuk bisa kuliah di negara markas klum sepakbola Bayern Munchen itu, tidak ada persyaratan yang rumit. Cukup mendapatkan nilai di atas tujuh untuk semua bidang studi dan kemampuan berbahasa Jerman (level B1) mumpuni. Sertifkat kemampuan berbahasa Jerman level B1 itu dikeluarkan oleh Goethe Institute. (wan)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Jerman semakin menjadi jujukan kuliah pelajar Indonesia. Dalam lima tahun terakhir, minat pelajar Indonesia kuliah di Jerman naik cukup signifikan. Selama 2013 lalu, tercatat ada 4.000 pelajar Indonesia kuliah di negeri Bavaria itu.

Capaian itu menunjukkan peningkatan 100 persen lebih dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sekitar 1.500 pelajar. “Kondisi ini seperti saat Pak Habibie menjabat sebagai Presiden RI pada 1998 lalu. Antusias masyarakat Indonesia belajar di Jerman begitu tinggi,” kata mantan Dubes Indonesia untuk Jerman Eddy Pratomo di sela persiapan pameran pendidikan Jerman di Jakarta kemarin.

Menurut Eddy kenaikan jumlah mahasiswa Indonesia yang kuliah di Jerman tidak lepas dari dukungan KBRI di Jerman. Selama ini KBRI selalu mendukung penuh lembaga-lembaga pendidikan Indonesia yang aktif mempromosikan pendidikan Jerman.

Tingginya minat mahasiswa Indonesia ke Jerman juga didorong program Debt Swap. Yakni upaya penghapusan hutang Indonesia ke Jerman yang dialihkan untuk urusan pendidikan. Program ini ditujukan untuk kuliah tingkat doktoral. Selama sepuluh tahun, Indonesia mengirim mahasiswa program doktoral untuk kuliah di Jerman.

“Program Debt Swap saat ini sudah masuk tahun ke enam,” katanya. Meski sudah berjalan enam tahun, peserta program ini masih sepi. Setiap tahun rata-rata peserta program ini hanya 200 orang. Padahal kuotanya sekitar 5.000 orang.

Eddy mengatakan sepinya program Debt Swap bukan karena peminatnya yang minim. “Tetapi memang baru sejumlah itu yang memenuhi syarat,” papar pria yang kini menjadi konsultan pendidikan Jerman di Go Deutschland itu. Menurut Eddy seleksi untuk program Debt Swap ini sangat ketat.

Selain persaingan yang ketat itu, saat ini Jerman masih menjadi pilihan kuliah jenjang sarjana. Menurutnya biaya kuliah di Jerman lebih murah dibandingkan di Amerika atau Australia. Bahkan menurutnya tingkat kemurahannya bisa lebih rendah sepuluh kali lipat. Rata-rata biaya hidup di Jerman, sudah termasuk seluruh akomodasi dan penginapan, berkisar Rp 5 juta per bulan. “Biayanya murah, tetapi kualitas pendidikannya bagus. Saya pernah amati sendiri,” katanya.

Program studi yang diminati mahasiswa Indonesia di Jerman adalah rumpun teknik, arsitektur, komputer, bisnis dan ekonomi. Sedangkan untuk ilmu-ilmu sosial, tetap ada peminatnya namun tidak besar.

Untuk bisa kuliah di negara markas klum sepakbola Bayern Munchen itu, tidak ada persyaratan yang rumit. Cukup mendapatkan nilai di atas tujuh untuk semua bidang studi dan kemampuan berbahasa Jerman (level B1) mumpuni. Sertifkat kemampuan berbahasa Jerman level B1 itu dikeluarkan oleh Goethe Institute. (wan)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/