26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Oknum Polisi DS Pukuli Warga hingga Babak-belur

Foto: Hulman/PM Ganda Asmara diopname di RSUD DS, setelah dipukuli oknum Polres DS.
Foto: Hulman/PM
Ganda Asmara diopname di RSUD DS, setelah dipukuli oknum Polres DS.

TANJUNG MORAWA, SUMUTPOS.CO – Anggota Polres Deliserdang kembali buat ulah. Berdalih merazia geng motor malah bertindak brutal. Inilah yang dilakukan Bripda Wahyu Pandu Setiawan Cs, anggota Samapta Polres DS yang memukuli Ganda Asmara (32), ayah dua anak yang tinggal di Dusun III, Desa Punden Rejo hingga babak-belur.

Aksi tak terpuji ini dilakukan pelaku di depan halaman Haris Ponsel di Dusun IV, Desa Punden Rejo, dan Polres Deliserdang Minggu (20/4) sekira pukul 02.00 WIB.

Peristiwa itu bermula saat Wahyu menggeber gas Kawasaki Ninja BK 3910 XL yang dikendarainya di SPBU kawasan Tanjung Morawa. Ia sengaja ‘buang-buang’ gas di samping Dicky (19), yang malam itu juga mengenderai sepeda motor Kawasaki Ninja.

Ulah oknum polisi yang baru lulus itu sontak memancing Dicky. Adik sepupu Ganda itu balas menggeber sepedamotornya. Merasa ditantang, Wahyu langsung mendatangi Dicky dan menanyakan surat-surat kendaraannya.

Merasa tak bersalah, Dicky malah kembali bertanya kepada Wahyu tentang siapa dirinya hingga menanyakan surat-surat kendaraan miliknya.

Merasa disepelekan, Wahyu akhirnya mengaku kalau dirinya adalah anggota Polres Deliserdang yang sedang melakukan razia genk motor atau balap liar. Setelah Wahyu membuka identitasnya, Dicky pun sontak pucat pasi. Apalagi saat itu surat-surat sepeda motornya ketinggalan di rumah.

Selanjutnya, Wahyu turun dari sepeda motornya dan terkesan hendak mengamankan sepeda motor milik Dicky. Tak rela melepas sepeda motornya, Dicky protes dan berusaha bertahan. Hal itu pula yang diduga membuat Wahyu emosi, hingga memukul perut korban.

Mendapat perlakuan seperti itu, Dicky yang masih berstatus lajang anak ke 2 dari tiga bersaudara itu pun pergi meninggalkan lokasi SPBU menuju kediaman Ganda.

Kepada Ganda, Dicky menceritakan kejadian yang dialaminya. Ganda yang bekerja di kilang milik Parino (57), orangtuanya itu langsung beranjak bersama Feri (20) yang juga saudara sepupunya untuk menemui Wahyu. Tak lama kemudian, ketiga saudara sepupu itu bertemu di kios ponsel Haris tak jauh dari kawasan SPBU, tepatnya di Jalinsum Medan-Tanjung Morawa KM 22 persis di depan pabrik Tropical Tanjung Morawa.

“Dicky datang ke rumahku dan diceritakannya kalau dia dipukul polisi karena tak bawa surat-surat sepeda motornya. Karena sepedamotornya ditahan makanya aku dan Feri datangi polisi itu. Tapi saat aku tanya disuruhnya kami nunggu kawan-kawannya biar diselesaikan. Tapi setelah dia habis nelepon, datang banyak orang dan langsung main pukul. Kemudian kami dibawa ke Polres DS,” terang Ganda saat dirawat di lantai 2 Kamar Vip Teratai 5 RSUD Deliserdang.

Setelah bertemu dengan Wahyu, langsung saja Ganda menanyakan kronologi yang dialami Dicky. Diduga kecut mentalnya didatangi ketiga saudara sepupu itu, Wahyu yang disebut-sebut dalam kondisi mabuk itu malah mengajak Ganda, Dicky dan Feri untuk menyelesaikan kasus tersebut sambil menunggu teman-temannya.

Karena merasa tak bersalah, ketiganya menuruti permintaan Wahyu. Tak lama bertelepon entah ke mana, tiba-tiba puluhan pria berambut cepak mengendarai sepeda motor berpakaian rompi dinas polisi dan baju preman pun datang sambil menenteng senjata gas air mata. Tak lama adu argumen, puluhan pria yang ditenggarai sebagai oknum polisi bertugas di Polres Deliserdang itu langsung memukuli ketiga saudara sepupu itu hingga babak belur.

“Hancur kali kami dipukuli bang, gak bisa kami cakap sedikit pun. Kalo ada di antara kami yang cakap, langsung dipukuli dan ditendang kayak binatang. Habis dipukuli di Tanjungmorawa kami dibawa ke Polres DS. Bahkan kami diancam mau ditembak mati,” ucap Ganda.

Tak hanya itu, ketiga saudara sepupu itupun dibawa ke Polres Deliserdang yang menurut alasan mereka untuk dilakukan proses hukum. Namun setibanya di Mapolres, Ganda Asmara yang diduga selalu bersikeras mengaku tidak bersalah itu kembali dipukuli, ditendang dan dipijak-pijak seperti bola kaki dengan tangan digari oleh kelompok Wahyu hingga babak belur serta muntah-muntah. Puas menganiaya, ketiga korban lalu diproses sesuai laporan Wahyu yang disebut-sebut melawan petugas.

“Habis kali aku bang dipukuli sampai muntah-muntah. Semua badanku habis dipijak-pijak, ditendang dan dipukuli. Padahal aku sudah minta ampun supaya jangan dipukuli karena aku sudah nggak tahan. Bukan polisi kurasa orang itu tapi premanlah itu bang. Kayak kesetanan orang itu ramai-ramai menyiksa kami,” kenang Ganda sambil menahan rasa sakit di sekujur badannya.

Sekira pukul 06.00 WIB, pihak keluarga Ganda yang dapat info akhirnya datang ke Mapolres Deliserdang. Melihat kondisi Ganda babak belur dan muntah-muntah, pihak keluarga langsung meminta kepada pihak Polres Deliserdang untuk membawanya ke RSUD Deliserdang untuk berobat.

Selanjutnya Ganda dengan pengawalan personel Satreskrim Polres DS dibawa ke rumah sakit. Siangnya, untuk mengetahui kondisi fisik, Ganda lantas dibawa ke RS Materna Medan.

Tak terima dengan tindakan kebrutalan personel Satuan Samapta Polres Deliserdang, Dicky dan Feri selanjutnya orangtua korban yakni Parino yang juga merupakan tokoh pemuda di Deliserdang melaporkan kejadian yang dialami anaknya ke Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK) Polres Deliserdang dengan nomor pengaduan STPL/210/IV/2014/SU/Res DS tanggal 20 April 2014 yang diterima dan ditandatangani Kepala SPK “B” Aiptu Karles Sinurat.

“Saya sudah laporkan tindakan brutal polisi itu. Semua sama di mata hukum dan akan diproses hukum. Bahkan kami akan melaporkan juga ke Propam Poldasu untuk mengungkap kasus ini. Malah saya sudah dapat informasi kalau ada dari personel Polres Deliserdang yang mengharapkan agar kasus ini tidak dipublikasikan dan akan diarahkan berdamai. Menurut saya biarlah hukum yang bertindak di atas keadilan,” ujar Parino didampingi keluarga Dicky dan Feri.

Sementara itu, Kapolres Deliserdang AKBP Dicky Patrianegara SH Sik ketika dikonfirmasi membela anggotanya. Katanya, anggotanya yang malah mau dirampok dan dikeroyok. “Yang sebenarnya adalah anggota saya dari samapta yang mau dirampok dan dikeroyok oleh Ganda, Dicky dan Feri. Jadi terhadap ketiganya sudah dilaporkan juga ke SPK Polres Deliserdang. Kita sedang menunggu proses penyidikannya. Jadi saya harap kawan-kawan media sabar dulu menunggu proses penyidikan,” ujar Dicky. (man/deo)

Foto: Hulman/PM Ganda Asmara diopname di RSUD DS, setelah dipukuli oknum Polres DS.
Foto: Hulman/PM
Ganda Asmara diopname di RSUD DS, setelah dipukuli oknum Polres DS.

TANJUNG MORAWA, SUMUTPOS.CO – Anggota Polres Deliserdang kembali buat ulah. Berdalih merazia geng motor malah bertindak brutal. Inilah yang dilakukan Bripda Wahyu Pandu Setiawan Cs, anggota Samapta Polres DS yang memukuli Ganda Asmara (32), ayah dua anak yang tinggal di Dusun III, Desa Punden Rejo hingga babak-belur.

Aksi tak terpuji ini dilakukan pelaku di depan halaman Haris Ponsel di Dusun IV, Desa Punden Rejo, dan Polres Deliserdang Minggu (20/4) sekira pukul 02.00 WIB.

Peristiwa itu bermula saat Wahyu menggeber gas Kawasaki Ninja BK 3910 XL yang dikendarainya di SPBU kawasan Tanjung Morawa. Ia sengaja ‘buang-buang’ gas di samping Dicky (19), yang malam itu juga mengenderai sepeda motor Kawasaki Ninja.

Ulah oknum polisi yang baru lulus itu sontak memancing Dicky. Adik sepupu Ganda itu balas menggeber sepedamotornya. Merasa ditantang, Wahyu langsung mendatangi Dicky dan menanyakan surat-surat kendaraannya.

Merasa tak bersalah, Dicky malah kembali bertanya kepada Wahyu tentang siapa dirinya hingga menanyakan surat-surat kendaraan miliknya.

Merasa disepelekan, Wahyu akhirnya mengaku kalau dirinya adalah anggota Polres Deliserdang yang sedang melakukan razia genk motor atau balap liar. Setelah Wahyu membuka identitasnya, Dicky pun sontak pucat pasi. Apalagi saat itu surat-surat sepeda motornya ketinggalan di rumah.

Selanjutnya, Wahyu turun dari sepeda motornya dan terkesan hendak mengamankan sepeda motor milik Dicky. Tak rela melepas sepeda motornya, Dicky protes dan berusaha bertahan. Hal itu pula yang diduga membuat Wahyu emosi, hingga memukul perut korban.

Mendapat perlakuan seperti itu, Dicky yang masih berstatus lajang anak ke 2 dari tiga bersaudara itu pun pergi meninggalkan lokasi SPBU menuju kediaman Ganda.

Kepada Ganda, Dicky menceritakan kejadian yang dialaminya. Ganda yang bekerja di kilang milik Parino (57), orangtuanya itu langsung beranjak bersama Feri (20) yang juga saudara sepupunya untuk menemui Wahyu. Tak lama kemudian, ketiga saudara sepupu itu bertemu di kios ponsel Haris tak jauh dari kawasan SPBU, tepatnya di Jalinsum Medan-Tanjung Morawa KM 22 persis di depan pabrik Tropical Tanjung Morawa.

“Dicky datang ke rumahku dan diceritakannya kalau dia dipukul polisi karena tak bawa surat-surat sepeda motornya. Karena sepedamotornya ditahan makanya aku dan Feri datangi polisi itu. Tapi saat aku tanya disuruhnya kami nunggu kawan-kawannya biar diselesaikan. Tapi setelah dia habis nelepon, datang banyak orang dan langsung main pukul. Kemudian kami dibawa ke Polres DS,” terang Ganda saat dirawat di lantai 2 Kamar Vip Teratai 5 RSUD Deliserdang.

Setelah bertemu dengan Wahyu, langsung saja Ganda menanyakan kronologi yang dialami Dicky. Diduga kecut mentalnya didatangi ketiga saudara sepupu itu, Wahyu yang disebut-sebut dalam kondisi mabuk itu malah mengajak Ganda, Dicky dan Feri untuk menyelesaikan kasus tersebut sambil menunggu teman-temannya.

Karena merasa tak bersalah, ketiganya menuruti permintaan Wahyu. Tak lama bertelepon entah ke mana, tiba-tiba puluhan pria berambut cepak mengendarai sepeda motor berpakaian rompi dinas polisi dan baju preman pun datang sambil menenteng senjata gas air mata. Tak lama adu argumen, puluhan pria yang ditenggarai sebagai oknum polisi bertugas di Polres Deliserdang itu langsung memukuli ketiga saudara sepupu itu hingga babak belur.

“Hancur kali kami dipukuli bang, gak bisa kami cakap sedikit pun. Kalo ada di antara kami yang cakap, langsung dipukuli dan ditendang kayak binatang. Habis dipukuli di Tanjungmorawa kami dibawa ke Polres DS. Bahkan kami diancam mau ditembak mati,” ucap Ganda.

Tak hanya itu, ketiga saudara sepupu itupun dibawa ke Polres Deliserdang yang menurut alasan mereka untuk dilakukan proses hukum. Namun setibanya di Mapolres, Ganda Asmara yang diduga selalu bersikeras mengaku tidak bersalah itu kembali dipukuli, ditendang dan dipijak-pijak seperti bola kaki dengan tangan digari oleh kelompok Wahyu hingga babak belur serta muntah-muntah. Puas menganiaya, ketiga korban lalu diproses sesuai laporan Wahyu yang disebut-sebut melawan petugas.

“Habis kali aku bang dipukuli sampai muntah-muntah. Semua badanku habis dipijak-pijak, ditendang dan dipukuli. Padahal aku sudah minta ampun supaya jangan dipukuli karena aku sudah nggak tahan. Bukan polisi kurasa orang itu tapi premanlah itu bang. Kayak kesetanan orang itu ramai-ramai menyiksa kami,” kenang Ganda sambil menahan rasa sakit di sekujur badannya.

Sekira pukul 06.00 WIB, pihak keluarga Ganda yang dapat info akhirnya datang ke Mapolres Deliserdang. Melihat kondisi Ganda babak belur dan muntah-muntah, pihak keluarga langsung meminta kepada pihak Polres Deliserdang untuk membawanya ke RSUD Deliserdang untuk berobat.

Selanjutnya Ganda dengan pengawalan personel Satreskrim Polres DS dibawa ke rumah sakit. Siangnya, untuk mengetahui kondisi fisik, Ganda lantas dibawa ke RS Materna Medan.

Tak terima dengan tindakan kebrutalan personel Satuan Samapta Polres Deliserdang, Dicky dan Feri selanjutnya orangtua korban yakni Parino yang juga merupakan tokoh pemuda di Deliserdang melaporkan kejadian yang dialami anaknya ke Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK) Polres Deliserdang dengan nomor pengaduan STPL/210/IV/2014/SU/Res DS tanggal 20 April 2014 yang diterima dan ditandatangani Kepala SPK “B” Aiptu Karles Sinurat.

“Saya sudah laporkan tindakan brutal polisi itu. Semua sama di mata hukum dan akan diproses hukum. Bahkan kami akan melaporkan juga ke Propam Poldasu untuk mengungkap kasus ini. Malah saya sudah dapat informasi kalau ada dari personel Polres Deliserdang yang mengharapkan agar kasus ini tidak dipublikasikan dan akan diarahkan berdamai. Menurut saya biarlah hukum yang bertindak di atas keadilan,” ujar Parino didampingi keluarga Dicky dan Feri.

Sementara itu, Kapolres Deliserdang AKBP Dicky Patrianegara SH Sik ketika dikonfirmasi membela anggotanya. Katanya, anggotanya yang malah mau dirampok dan dikeroyok. “Yang sebenarnya adalah anggota saya dari samapta yang mau dirampok dan dikeroyok oleh Ganda, Dicky dan Feri. Jadi terhadap ketiganya sudah dilaporkan juga ke SPK Polres Deliserdang. Kita sedang menunggu proses penyidikannya. Jadi saya harap kawan-kawan media sabar dulu menunggu proses penyidikan,” ujar Dicky. (man/deo)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/