JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Logistics Performance Index (LPI) 2014 menunjukkan kinerja sistem logistik Indonesia belum optimal meski ada perbaikan dibanding tahun lalu. LPI 2013 menempatkan Indonesia pada peringkat 77 dari 155 negara. Sedangkan pada 2014 ranking RI naik ke posisi 53 dari 160 negara.
Ketua Umum Supply Chain Indonesia (SCI) Setijadi mengatakan, LPI diukur berdasar komponen-komponen bea cukai, infrastruktur, pengapalan internasional, layanan logistik yang berkompeten, dan beberapa hal lain. “Walaupun telah mempunyai payung hukum, implementasi sistem logistik nasional (Sislognas) masih banyak terkendala. Kita sekarang di peringkat 53 dunia,” ujarnya kemarin (1/5).
Rencana perbaikan dan pengembangan sistem logistik Indonesia telah tertuang dalam Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional (Sislognas) yang ditetapkan dengan Perpres No 26/2012. “Sayangnya implementasi berbagai rencana aksi sulit mencapai target pada tahap pertama yang akan berakhir pada 2015,” sebutnya.
Menurut Setijadi, logistik merupakan bidang yang bersifat multisektoral. Karena itu, upaya untuk memperbaikinya perlu dilakukan semua pihak terkait. Termasuk para pelaku logistik (PL) dan penyedia jasa logistik (PJL). “perusahaan-perusahaan swasta dan perusahaan-perusahaan BUMN di bidang logistik perlu bekerja sama lebih erat lagi,” sambungnya.
Sebagai bagian dari penyedia jasa logistik, BUMN sektor logistik mempunyai potensi besar berperan dalam implementasi sistem logistik nasional. Termasuk dalam peningkatan efisiensi biaya logistik. “Apalagi total aset BUMN sektor logistik pada 2012 sekitar Rp 153,9 triliun,” tambahnya.
Nilai aset ini menunjukkan potensi besar untuk berperan dalam sistem logistik nasional. Potensi peranan BUMN sektor logistik karena infrastruktur, fasilitas, dan layanan yang dimilikinya. “BUMN sektor logistik mengelola infrastruktur yang sangat lengkap. Mencakup kepelabuhanan, kebandarudaraan, jalan, dan rel kereta api,” lanjutnya.
Selain itu fasilitas yang dimiliki BUMN tersebar dan menjangkau berbagai wilayah Indonesia. BUMN sektor logistik beserta anak-anak usahanya mempunyai berbagai layanan logistik, antara lain pergudangan, transportasi, freight forwarding, depo peti kemas, dan sebagainya. “Infrastruktur, fasilitas, dan layanannya tersebar di berbagai perusahaan,” sebutnya.
Meski begitu, fasilitas dan layanan yang tersebar di beberapa BUMN berpotensi menimbulkan inefisiensi logistic. Sebab, utilisasi aset dan investasi (pengembangan fasilitas), pelayanan tidak terintegrasi, dan terjadi persaingan antar perusahaan atau anak usaha BUMN sejenis. “Jadi pelu upaya untuk membangun sinergi,” jelasnya. (wir/oki)
Ranking Logistik Negara ASEAN
Singapura       5
Malaysia        25
Thailand         35
Vietnam         48
Ind onesia       53
Philippines     57
Kamboja         93
Laos                131
Myanmar       145
Sumber: SCI