JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Putri Indonesia 2013 Whulandary Herman bergabung menjadi celebrity icons Temanteman.org. Yakni, sebuah platform komunikasi online untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang HIV/AIDS. Whulan tidak sendiri. Ada Joe Taslim dan Dian Sastrowardoyo. Top 15 Miss Universe 2013 tersebut mewakili model perempuan.
Ditemui di Senayan City Rabu malam (7/5), Whulan merasa terhormat bisa bergabung di organisasi itu. Apalagi, dia disandingkan dengan aktor dan aktris papan atas Indonesia. Padahal, dia baru terjun ke dunia hiburan. “Ya, siapa yang nggak surprise disandingkan dengan Mbak Dian Sastro dan Mas Joe Taslim,” ungkapnya.
Tugasnya adalah mengajak orang untuk menjalani tes HIV dini, rutin, dan sukarela. Ada beban tersendiri menurut Whulan. “Karena kita kan mengajak orang untuk kebaikan. Tapi, orang belum tentu memiliki pikiran yang sama dengan kita. Itu yang berat,” ucap perempuan kelahiran Padang tersebut.
Lalu, sebagai ikon, dia juga harus menjaga diri. Jangan sampai terjerumus dalam hal-hal yang bisa mendekatkan diri pada penyakit tersebut. “Tadinya orang mikir kena HIV itu kalau berhubungan (seksual). Padahal, sebenarnya siapa pun bisa kena,” lanjutnya. Maka, budaya hidup benar dan sehat harus dilakukan. “Kalau sudah mendekati dunia yang berdekatan dengan itu, saya menarik diri,” sambung dia.
Sebagai seorang model dan baru terjun ke dunia entertainment, Whulan berusaha menjaga diri. Dia bergaul dengan siapa saja, tapi untuk mencari teman dekat, dia selektif. Sudah rahasia umum bahwa dunia hiburan itu riskan. Godaan terhadap narkoba gampang datang. Whulan pun mengaku bukan tipe orang yang suka gaul di kelab malam. “Cari aja di kelab-kelab kalau nggak percaya. Saya nggak akan ditemui di sana,” terangnya.
Dia pernah ditawari teman narkoba. Tapi, itu langsung ditolaknya. “Bilangnya baik-baik. Dibikin bercanda. Gue nggak pakai itu. Dari situ mereka tahu kalau Whulan nggak pakai,” ceritanya.
Teman-temannya pun jadi menghargai, bukannya memusuhi. Bagi dia, gaul itu tidak harus mengikuti gaya hidup orang lain. “Kita bisa gaul tanpa harus mengikuti gaya hidup yang bukan kita banget. Saya nggak mau jadi orang lain,” lanjutnya.
Untung, dia lahir di keluarga yang sangat kuat dalam membentengi diri. Jadi, ketika pindah dari Padang ke Jakarta, dia tidak gampang terpengaruh. Sampai sekarang dia belum benar-benar tinggal sendiri. Mamanya memang tinggal di Padang, tapi sering bolak-balik ke Jakarta demi mendampingi Whulan. “Kalaupun Mama lagi di Padang, ada nenekku yang tinggal di sini. Ke mana-mana nenek ikut,” ungkapnya.
Awalnya dia merasa risi. “Saya bilang, Ma, aku ini udah 26 tahun. Trust me. Tapi, ya namanya juga anak jauh dari orang tua, mereka pasti worry. Kalau saya belum nikah kan masih jadi tanggung jawab orang tua,” tuturnya.
Neneknya pun lama-lama capek sendiri mengikuti Whulan. Sebab, dalam sehari dia harus mendatangi beberapa tempat untuk bekerja. Kadang sampai malam. “Nenekku karena udah tua, jadi capek. Akhirnya bilang, capek nih seharian muter-muter,” sambungnya. Gantinya, nenek Whulan selalu menelepon dan SMS setiap saat. “Memastikan cucunya baik-baik saja. All the time,” ucapnya. (jan/c10/ayi)