JAKARTA- Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa dipastikan mengundurkan diri dari jabatannya di Kabinet Indonesia Bersatu II. Kabar Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) itu mundur dari kursi empuk pejabat tinggi negara itu berhembus kencang sejak Selasa (13/5) pagi. Hatta secara de jure mundur dari jabatannya setelah resmi didaftarkan ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada 18-20 Mei 2014 sebagai calon wakil presiden untuk Pemilu 9 Juli 2014.
Besan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu mundur karena segera bertarung sebagai calon wakil presiden untuk calon presiden dari Partai Gerindra, Prabowo Subianto, pada Pilpres 9 Juli mendatang.
Terkait status Hatta yang berada di bawah komando SBY, membuat Prabowo meminta izin kepada Presiden SBY.
“Kami sampaikan bahwa Pak Hatta adalah menteri yang masih aktif, rasanya tidak etis mengajak menteri aktif tanpa datang untuk minta izin,” kata Prabowo usai bertemu SBY di kantor presiden, Jl Veteran, Jakpus, Selasa (13/5) pukul 18.00 WIB.
Prabowo menemui SBY bersama Hatta. Keduanya kompak berkemeja putih. Pertemuan antara tokoh nasional itu berlangsung selama hampir 20 menit. SBY ditemani Mensesneg Sudi Silalahi dan Seskab Dipo Alam.
Selain karena status Hatta yang menjabat sebagai menteri, Prabowo juga punya alasan lain meminta izin pada SBY, yakni faktor koalisi. “Beliau juga pemimpin koalisi di mana partai Pak Hatta Rajasa adalah partai yang dipimpin koalisi tersebut,” imbuhnya.
Terakhir, Prabowo juga mengajukan izin karena SBY adalah seniornya di TNI. “Bahwa Pak SBY adalah senior saya di TNI, saya datang sebagai junior untuk minta izin ke senior,” tambahnya.
Prabowo dan Hatta menyebut diterima dengan baik oleh SBY. Bahkan SBY merestui perjuangan keduanya untuk maju sebagai presiden dan wakil presiden.
“Beliau terima kami dengan baik dan beliau merestui dan memberi izin dan mendoakan agar perjuangan kita berhasil,” tegas Prabowo.
Ketua Badan Pemenangan Pemilihan Umum (Bappilu) PAN, Viva Yoga Mauladi mengatakan Hatta mundur dari kabinet atas alasan politis murni. “Kalau mau jadi calon wakil presiden, harus mundur,” ujarnya, kemarin.
Viva enggan menkonfirmasi ihwal Hatta yang telah memutuskan akan maju sebagai pasangan Prabowo. “Nanti telepon saya lagi saja, saya sedang diambil darah,” ucapnya, kemarin pagi.
Wakil Ketua Komisi II DPR RI dari Fraksi PAN Hakam Naja, menambahkan, Rakernas PAN pada Rabu (14/5) atau hari ini akan memutuskan PAN berkoalisi dengan Partai Gerindra, mencalonkan Hatta sebagai wakil presiden.
‘’Setelah resmi mendaftar ke KPU, Pak Hatta mengundurkan diri dari jabatan Menko Perekonomian,” ujarnya.
Sebelumnya, Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo mengatakan Prabowo merasa cocok dengan Hatta. “Sudah hampir pasti Pak Hatta menjadi calon wakil presidennya Pak Prabowo,” kata Hashim. “Keduanya punya pandangan serta visi dan misi sama,” dia menguatkan.
Hashim mengatakan partainya menjalin rencana koalisi dengan PAN untuk mengusung Prabowo-Hatta dalam pemilihan umum presiden dan wakil presiden, 9 Juli nanti. Gerindra, kata Hashim, juga hampir pasti berkoalisi dengan Partai Keadilan Sejahtera. “Kami bertiga sudah bisa mengusung Pak Prabowo,” kata adik mantan Komandan Jenderal Kopassus itu.
Kemarin pagi, Hatta menggelar perpisahan dengan para pegawai dan pejabat kementerian, Selasa (13/5). Perpisahan itu terkait dengan kabar yang menyebutkan Hatta mundur dari jabatannya sebagai Menko Perekonomian untuk menjadi calon wakil presiden.
“Suasana biasa, ya cenderung melankolis. Pada dasarnya, semua memberi penilaian positif,” kata Staf Ahli Menko Perekonomian, Purbaya Yudhi Sadewa, di lembaga yang berkantor di Jalan Lapangan Banteng Timur, Jakarta, itu. Tak ada pesan khusus dari Hatta pada para pejabat. Sebab, ia yakin semua staf dan pejabat sudah tahu tugas masing-masing.
“Dia tidak memberi petunjuk spesifik, tapi semua staf tahu apa yang dikerjakan selama ini sudah cukup baik. Itu saja dan diperbaiki ke depan,” katanya.
Menurut Purbaya, pasar keuangan harusnya dapat memandang positif tindakan mantan bosnya itu. Sebab, Hatta bertindak jelas untuk menjadi bakal calon wakil presiden. Hatta melakukan itu setelah PAN menyatakan berkoalisi dengan Partai Gerindra yang mendukung Prabowo Subianto sebagai calon presiden.
“Jadi pasar bisa mengukur ketidakpastian yang tercipta seperti apa. Harusnya impactnya positif,” katanya.
Ekonom Senior dari Standard Chartered Indonesia, Fauzi Ichsan, mengatakan sejak awal Hatta adalah seorang politisi maka tak terlalu mengejutkan jika saat ini ia mengundurkan diri dari posisi menko.
“Keputusan yang diambil sudah tepat, jadi dia bisa fokus di rencana pencalonannya,” jelasnya, Selasa (13/5). Menurut Fauzi, selama ini sebenarnya secara legal formal posisi Menko memang tidak ada.
“Selama ini tidak ada Peraturan Menko, yang ada kan Peraturan Menteri,” papar dia. Artinya, sebenarnya mundur atau tidak mundurnya Hatta tidak terlalu berpengaruh dalam kaitannya dengan kebijakan.
Secara Kinerja, Fauzie melihat bahwa belum ada keputusan yang dibuat Hatta berjalan dengan mulus. Selama ini, Hatta banyak mempromosikan program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Tetapi sejauh ini belum ada satu pun program dari MP3EI yang berhasil.
Bahkan kemungkinan besar program tersebut akan mandek sampai di pemerintahan ini saja atau tidak akan dilanjutkan di pemerintahan selanjutnya. “Sulit untuk integrasi seperti itu, harusnya per proyek saja,” ungkap Fauzi.
Sebagai politisi yang berada di dalam pemerintahan, Hatta juga dianggap tak terlalu berhasil. Menurut Fauzi, seharusnya Hatta bisa meredam isu Bank Century yang selama ini terus digunakan oleh para politisi oposisi untuk menggoyang posisi SBY.
“Tetapi kenyataannya dari awal menjabat sampai saat ini keberadaannya di menko tidak bisa meredam isu tersebut,” jelasnya.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Sofjan Wanandi, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo). Menurut Sofjan, tidak ada terobosan baru yang berhasil dibuat oleh Hatta.
“Selama ini ia tidak terlalu banyak berbuah, selalu menunggu apa yang diperintahkan oleh Presiden,” jelas Sofjan. Program LP3EI yang dibidanginya juga tidak berjalan mulus.
Menurut Sofjan, secara konsep LP3EI memang sangat bagus, tetapi aksi di lapangannya tidak banyak yang berjalan. Hampir sebagian besar tersandung masalah lahan. Gelar Menteri Koordinator yang disandang oleh Hatta tidak berarti jika tidak bisa melakukan koordinasi antar-instansi untuk memuluskan program MP3EI.
Oleh karena itu, menurut Sofjan, langkah Hatta mengundurkan diri dari jabatan menteri tersebut sangat bagus karena dengan begitu ia bisa konsentrasi penuh di rencana politiknya. “Jadi sekarang bisa full time kampanye,” pungkas Sofjan.
Sebagaimana diketahui, beberapa waktu lalu, Hatta mengumpulkan para alumnus Institut Teknologi Bandung (ITB) di rumah dinasnya. Pada pertemuan tertutup itu, Hatta menyampaikan keinginannya untuk bertarung pada pemilihan mendatang sebagai calon wakil presiden pendamping Prabowo. Pria asal Palembang, Sumatera Selatan, itu juga meminta alumnus ITB mendukung rencananya itu.
Hatta ikut dalam kursi kabinet sejak 2001 sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi Kabinet Gotong Royong. Dia menjadi Menteri Koordinator Perekonomian sejak 2009. Pria kelahiran Palembang pada 18 Desember 1953 tersebut sebelumnya juga menjadi Menteri Perhubungan dan Menteri Sekretaris Negara. (bbs/val)