PEMATANGSIANTAR, SUMUTPOS.CO – Mahasiswi Keperawatan USU, Rosmelinda menghembuskan nafas terakhirnya di RS Elisabeth Medan, Rabu (28/5) sekira pukul 06.00 WIB, setelah dirujuk dari satu klinik di Medan. Sebelum tewas, Rosmelinda diketahui ikut donor darah di meskipun kondisinya dalam keadaan sakit.
Ayah Rosmelinda, Japarinson Manurung (57) kepada METRO SIANTAR (Grup SUMUTPOS.CO), saat ditemui di rumah duka, Jalan Medan, Gang Gajah Mada, Tapian Dolok, Simalungun, Kamis (27/5) mengatakan, sebelum anaknya dirawat di klinik, anaknya memang sudah sakit. Nah, meskipun sakit anaknya ikut melakukan kegiatan donor darah di klinik yang diselenggarakan oleh fakultasnya.
“Tapi, menurutku itu tidak menjadi masalah,” kata Japarinson.
Salah seorang keluarga Korban, Aris Manurung mengatakan, seharusnya panitia pelaksana donor darah tidak membiarkan Rosmelinda melakukan donor darah, karena sebelum melakukan donor darah korban diketahui telah sakit.
“Masa orang sakit dibiarkan melakukan donor darah. Apalagi sampai darahnya diambil 350 cc. Itu sudah tidak benar lagi,” tegasnya sembari menambahkan walaupun saat melakukan donor darah tersebut adalah korban sendiri.
Seorang teman kuliah korban, Mila (20) menerangkan, korban memang sudah sakit sebelum melakukan donor darah. Bahkan saat itu, salah satu dosen sudah ada yang melarangnya, tapi Mila tetap ingin donor.
Jenazah Rosmelinda selanjutnya dibawa oleh keluarganya ke rumah duka, di Jalan Medan, Gang Gajah Mada, Kelurahan Sinaksak, Tapian Dolok, Simalungun untuk disemayamkan.
PENDERITA DBD TAK BOLEH DONORKAN DARAH
Spesialis penyakit dalam, dr Umar Zein mengatakan penderita demam berdarah (DBD) tidak boleh mendonorkan darahnya. Selain berbahaya untuk dirinya sendiri, juga akan berbahaya bagi orang yang menerima donor darahnya.
“Seorang pengidap DBD tidak boleh jadi pendonor darah, karena dapat menularkan virusnya,”ujarnya, saat dihubungi.
Virus yang dimaksud adalah virus dengue yang merupakan penyebab DBD. Jika penderita DBD tetap mendonorkan darahnya, maka akan dapat menimbulkan pendarahan.
“Pendarahan itu karena adanya gangguan pada kapiler pembuluh darah. Kontradiksi untuk mendonorkan darah bagi penderita DBD,”ungkapnya.
SEMBUNYIKAN PENYAKIT SAMA ORANGTUA
Rosmelinda Manurung (20) diketahui sempat menyembunyikan penyakit DBD yang deritanya kepada kedua orangtuanya. Sehingga begitu kedua orangtuanya mengetahui penyakitnya nyawa Rosmelinda tak tertolong lagi, karena penyakit DBD yang dideritanya itu sudah parah.
“Padahal jauh sebelumnya sudah pernah kutanyai tentang penyakitnya, tapi dia bilang hanya demam biasa saja,” ujar Ayah Rosmelinda, Japarinson Manurung.
Dia mengaku, mengetahui penyakit anaknya saat kondisi anaknya sudah parah. Dia diberitahu oleh teman anaknya sudah 4 hari dirawat di klinik.
“Anakku memang menyembunyikan penyakitnya kepadaku dengan meminta tolong kepada teman-temannya tak meberitahukan kepadaku. Namun karena sudah parah teman-temannya akhirnya memberitahukan kepadaku,” ujarnya.
Setelah mengetahui penyakit anaknya, dia langsung berangkat ke Medan untuk melihat anaknya di klinik itu. Nah, dari sana diketahui anaknya menderita penyakit DBD, dan trombosit anaknya sudah menurun, sehingga pihak klinik menyarankan agar anaknya dirujuk ke rumah sakit.
“Sempat aku ngomong sama anakku, kalau dia mau pulang saja dan mau dirawat di rumah saja. Tapi, karena penyakit anakku menurut dokter klinik sudah cukup parah sehingga aku membawanya ke RS Elisabeth,” ujarnya.
Ternyata, saat tiba di RS Elisabeth bungsu dari tiga bersaudara itu sudah meninggal dunia.
“Memang penyakit DBD ini sangat membahayakan, kuharap orang mau belajar dengan peristiwa yang kualami ini, aku kehilangan anak ku,” ujarnya.
Dikatakannya, semasa hidup anaknya hingga semester 4 di Fakultas Keperawatan USU anaknya adalah anak yang pintar di kampusnya.(mag-01/cr-2/smg)