Sebuah kapal pum-pum yang membawa 97 orang Warga Negara Indonesia (WNI) dilaporkan karam di Sungai Air Hitam, Kuala Langat, Selangor, Malaysia. Kejadian yang terjadi pada Rabu (18/06) dini hari ini, mengakibatkan 5 orang WNI meninggal dunia.
Jakarta-KBRI Kuala Lumpur menyatakan, hingga Rabu malam, 66 orang WNI telah ditemukan. 61 orang selamat dan 5 orang lainnya meninggal dunia.
Sementara sisanya, 31 orang, masih dinyatakan hilang. Pencarian sendiri telah dilakukan sejak Rabu pukul 01.00 waktu setempat oleh tim search and rescue (SAR). “Pencarian masih dilakukan hingga saat ini (kemarin malam),” ujar Koordinator Pelaksana Sosial Budaya (Pansosbud) KBRI Kuala Lumpur Dino Nurwahyuddin pada koran ini, kemarin (18/06).
Menuju Tanjungbalai
Saat ini para korban ditempatkan di dua tempat, yakni di kantor Polisi Teluk Panglima Garang dan kantor Bea Cukai, di Selangor. Sementara untuk korban meninggal, masih disemayamkan di rumah sakit (RS). Dino mengatakan, pihak KBRI Kuala Lumpur telah bertemu dengan para korban untuk memastikan para WNI mendapatkan apa yang mereka perlukan. Termasuk bantuan hukum atas status mereka yang tidak memiliki izin alias ilegal. “Kepolisian minta waktu untuk melakukan penyelidikan. KBRI telah menemui mereka untuk memastikan mereka mendapatkan apa yang diperlukan. Termasuk kuasa hukum (atas kasus tidak memiliki izin) jika diperlukan,” jelasnya.
Dino menuturkan, 97 WNI tersebut merupakan warga Aceh. Mereka berlayar dari Kampung Air Hitam, di wilayah Pulau Carey menuju Tanjungbalai Asahan, Sumatera Utara untuk kemudian pulang ke Aceh. Ia mengatakan, musibah seperti ini sering terjadi menjelang bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Para pekerja ilegal ini memilih pulang dengan jalur ilegal tanpa memperhitungkan risiko keselamatan jiwa karena takut ditangkap oleh otoritas setempat. “Melihat kondisi ini bapak duta besar Herman Prayitno telah meminta adanya program khusus pemulangan mereka secara legal pada pemerintah Malaysia,” ungkap Dino.
Pemulangan tersebut, lanjut dia, akan mulai dilaksanakan pada 24 Juni 2014 mendatang. para TKI ilegal diperbolehkan pulang ke tanah air dengan menggunakan jalur resmi. Sementara untuk biaya pulang, akan ditanggung masing-masing dan ditarif wajar. Karenanya, KBRI Kuala Lumpur mengimbau agar para TKI ilegal yang ingin pulang dalam rangka bulan ramadhan dan idul fitri, untuk memanfaatkan program ini. Sehingga diharapkan tak ada lagi kecelakaan kapal yang ditumpangi oleh para TKI ilegal yang ingin mudik.
Pemerintah Aceh turut berbela sungkawa atas peristiwa tenggelamnya kapal yang ditumpangi warga Aceh itu. “Kami turut berbela sungkawa sedalam-dalamnya atas peristiwa tersebut,” ujar Gubernur Aceh, Zaini Abdullah.
Sesaat setelah mendengar musibah tersebut, Gubernur Zaini langsung menelpon Duta Besar Republik Indonesia (Dubes RI) untuk Malaysia, Herman Prayitno. Dirinya menyebutkan akan terus berkoordinasi dengan pihak KBRI. “Pemerintah Aceh akan menanggung seluruh biaya pemulangan dan pengurusan korban,” ujar Gubernur.
Gubernur Zaini juga sudah memerintahkan Kepala Dinas Sosial, Bukhari AKS dan Kepala Badan Penanganan Bencana, Said Rasul, untuk berangkat ke Malaysia. Mereka ditugaskan melakukan penanganan darurat bencana di bawah koordinasi KBRI.
Berdasarkan komunikasi terakhir, Gubernur Zaini dengan Dubes RI untuk Malaysia, korban selamat sebanyak 61 orang dan penumpang yang meninggal sebanyak 5 orang. Sementara jumlah total warga yang menumpang kapal nahas tersebut mencapai 97 orang.
Ada Anak dan Balita
Sampai saat ini, pihak SAR dan polisi masih mencari korban dan pemilik kapal. Pihak KBRI akan terus berkoordinasi dengan pihak kepolisian untuk mendapatkan informasi terkini terkait musibah tersebut.
Kedutaan Besar Indonesia untuk Malaysia, ujar Wakil Duta Besar Indonesia Hermono,sedang berkoordinasi dengan pihak berwenang Malaysia untuk melanjutkan proses penyelamatan seluruh penumpang kapal tongkang. Untuk korban meninggal, tutur dia, pihak berwenang melakukan identifikasi guna mengetahui data korban. Sedangkan untuk korban selamat, Kedutaan Besar Indonesia akan berkoordinasi dengan Imigrasi Malaysia. “Jika ditemukan korban ada anak dan balita yang selamat, kemungkinan akan dibawa ke shelter penampungan TKI bermasalah di Kedutaan Besar Indonesia,” katanya.
Untuk mengetahui situasi dari penyelamatan para korban, Duta Besar Indonesia untuk Malaysia, Herman Prayitno, dijadwalkan menemui para korban selamat di kantor polisi daerah Teluk Panglima Garang, Klang, Selangor, pagi tadi.
Mohamad Hambali Yaakup, kepala Malaysian Maritime Enforcement Agency di Port Klang menyatakan kapal itu tenggelam tak jauh dari pantai. Hal ini membangkitkan harapan bahwa banyak dari mereka yang hilang bisa menyelamatkan diri sendiri.
Para pejabat Malaysia percaya 97 penumpang berada di atas perahu kayu, termasuk beberapa anak-anak.”Dari wawancara dengan mereka yang selamat, mereka mengatakan mereka mudik ke Aceh. Mereka tidak punya dokumen perjalanan,” kata Mohamad Hambali.
“Seperti tahun-tahun sebelumnya, banyak imigran Indonesia yang meninggalkan Malaysia menjelang Ramadan,” tambahnya.
Sekitar dua juta imigran ilegal – yang sebagian besar diantaranya berasal dari Indonesia – diperkirakan bekerja di Malaysia. Sebagian besar dari mereka setiap tahun mudik ke Indonesia menjelang bulan Ramadan. “Kami percaya perahu itu kelebihan penumpang dan lautan saat itu sedang ganas ketika kecelakaan,” kata Mohamad Hambali.
Akses kepada para korban tak bisa segera dilakukan karena mereka langsung dibawa ke tempat penahanan oleh polisi. Pemerintah Malaysia mengatakan lima kapal dan sebuah helikopter dikerahkan untuk pencarian penumpang kapal yang masih hilang. (mia/jpnn/bbs/rbb)