26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Les Bleus Bakal Mulus

Les Bleus
Les Bleus diprediksi bakal melaju mulus.

SALVADOR, SUMUTPOS.CO – Prancis gagal melangkah ke babak 16 besar di Piala Dunia 2010. Tak hanya gagal, Les Bleus-julukan timnas Prancis saat itu, juga menorehkan catatan buruk sepanjang laga di fase grup. Mereka hanya meraih satu poin dan hanya mencetak satu gol di tiga pertandingan grup A.

Nah, Prancis menunjukkan geliat perubahan di Piala Dunia 2014. Tim asuhan Didier Deschamps itu membuat start mulus dengan menghajar Honduras tiga gol tanpa balas di laga perdana grup E. Perjalanan Hugo Lloris dkk pun diyakini bakal mulus. Apalagi, jika jika pada matchday kedua di Arena Fonte Nova, Salvador dini hari nanti Prancis bisa menaklukkan Swiss (siaran langsung Antv/TV One pukul 02.00 WIB).

Swiss memang kerap menyulitkan Prancis. Sejak kemenangan di Coimbra pada Euro 2004, Prancis selalu gagal menumbangkan Swiss. Hasil imbang selalu menjadi penutup pertemuan kedua negara tersebut.

Fakta inilah yang membuat Deschamps tak mau meremehkan kekuatan armada berjuluk La Nati tersebut. Terutama pola serangan yang dimulai dari Ricardo Rodriguez atau Stephan Lichtsteiner. Deschamps menegaskan, timnya akan berupaya untuk membendung kreasi sayap Swiss ketika menusuk ke lini pertahanannya. Dia juga meminta pemainnya untuk siaga hingga peluit akhir. Sebab, fakta menunjukkan delapan dari sepuluh gol Swiss di Piala Dunia tercipta di babak kedua.

“Mereka (Swiss, Red) berbeda dengan Honduras. Makanya, apa yang kami tampilkan di saat melawan Honduras tentu tidak akan berarti apa-apa. Lini serangan mereka jelas berbeda, terutama dengan kualitas individu pemainnya,” papar Deschamps kepada AFP.

Namun, Deschamps yakin dengan kemampuan anak asuhnya. Selain karena produktifitas gol yang meningkat sepanjang 2014 (melesakkan 18 gol dan baru kemasukkan satu gol), Prancis juga mengusung pemain yang secara materi lebih bagus ketimbang Swiss.

Absennya Franck Ribery juga membuat Prancis harus mencari leader baru di lapangan. Nah, beban itu kini ada di pundak Karim Benzema. Bomber Real Madrid itu punya andil atas sukses Prancis menghajar Honduras 3-0. Namun, Deschamps tidak ingin timnya hanya bertumpu pada Deschamps.”Tidak baik jika selalu bergantung dengannya (Benzema, Red). Hanya, semua pemain memang percaya dengan apa yang dimilikinya, saya harap Benzema bisa menjadi dirinya sendiri dan percaya bahwa dia mampu membuat perbedaan,” tutur pelatih berusia 45 tahun tersebut.

Sementara itu, pelatih Swiss Ottmar Hitzfeld menyebut pertandingan melawan Prancis ini berbeda dengan sederet laga yang selama ini dijalaninya bersama Gokhan Inler dkk. Keberhasilannya mengalahkan Brasil satu gol tanpa balas dalam sebuah laga persahabatan tahun lalu tidak bisa menjadi kunci bahwa timnya bisa mengatasi Prancis.

Sebaliknya, mantan Der Trainer Bayern Muenchen itu menyebut Prancis adalah tim yang sulit dicari titik kelemahannya.”Ini adalah kali pertama saya bertemu dengan Prancis setelah hampir 13 tahun saya berusaha mencari kelemahan mereka,” ungkap Hitzfeld.

Menurutnya, permainan Prancis unggul dari segi kekompakan. Baik saat turun membantu pertahanan, ataupun ketika naik untuk menyerang. Nah, dari dua keunggulan itu, pria asli Jerman tersebut menganggap ada kelemahan yang tersembunyi di antaranya.”Itu harus dilakukan dalam setiap kesempatan. Tidak ada keuntungannya jika kami harus menumpuk sampai sepuluh pemain di daerah belakang (pertahanan). Langkah seperti itu tidak akan berhasil. Sebaliknya, kami harus menantang mereka dengan permainan yang menyerang juga,” tegasnya.

Sebaliknya, salah satu pemain yang menjadi kunci kemenangan atas Ekuador, Haris Seferovic menyebut bakal ada ruang terbuka dalam pertahanan Prancis jika mereka naik menyerang. “Mereka memang punya kelebihan dalam serangannya. Tapi, dari situlah kelemahan mereka akan terbuka. Dengan terlalu sering melakukan serangan maka pertahanan sedikit longgar,” ucap Seferovic kepada Reuters. (ren/bas)

Les Bleus
Les Bleus diprediksi bakal melaju mulus.

SALVADOR, SUMUTPOS.CO – Prancis gagal melangkah ke babak 16 besar di Piala Dunia 2010. Tak hanya gagal, Les Bleus-julukan timnas Prancis saat itu, juga menorehkan catatan buruk sepanjang laga di fase grup. Mereka hanya meraih satu poin dan hanya mencetak satu gol di tiga pertandingan grup A.

Nah, Prancis menunjukkan geliat perubahan di Piala Dunia 2014. Tim asuhan Didier Deschamps itu membuat start mulus dengan menghajar Honduras tiga gol tanpa balas di laga perdana grup E. Perjalanan Hugo Lloris dkk pun diyakini bakal mulus. Apalagi, jika jika pada matchday kedua di Arena Fonte Nova, Salvador dini hari nanti Prancis bisa menaklukkan Swiss (siaran langsung Antv/TV One pukul 02.00 WIB).

Swiss memang kerap menyulitkan Prancis. Sejak kemenangan di Coimbra pada Euro 2004, Prancis selalu gagal menumbangkan Swiss. Hasil imbang selalu menjadi penutup pertemuan kedua negara tersebut.

Fakta inilah yang membuat Deschamps tak mau meremehkan kekuatan armada berjuluk La Nati tersebut. Terutama pola serangan yang dimulai dari Ricardo Rodriguez atau Stephan Lichtsteiner. Deschamps menegaskan, timnya akan berupaya untuk membendung kreasi sayap Swiss ketika menusuk ke lini pertahanannya. Dia juga meminta pemainnya untuk siaga hingga peluit akhir. Sebab, fakta menunjukkan delapan dari sepuluh gol Swiss di Piala Dunia tercipta di babak kedua.

“Mereka (Swiss, Red) berbeda dengan Honduras. Makanya, apa yang kami tampilkan di saat melawan Honduras tentu tidak akan berarti apa-apa. Lini serangan mereka jelas berbeda, terutama dengan kualitas individu pemainnya,” papar Deschamps kepada AFP.

Namun, Deschamps yakin dengan kemampuan anak asuhnya. Selain karena produktifitas gol yang meningkat sepanjang 2014 (melesakkan 18 gol dan baru kemasukkan satu gol), Prancis juga mengusung pemain yang secara materi lebih bagus ketimbang Swiss.

Absennya Franck Ribery juga membuat Prancis harus mencari leader baru di lapangan. Nah, beban itu kini ada di pundak Karim Benzema. Bomber Real Madrid itu punya andil atas sukses Prancis menghajar Honduras 3-0. Namun, Deschamps tidak ingin timnya hanya bertumpu pada Deschamps.”Tidak baik jika selalu bergantung dengannya (Benzema, Red). Hanya, semua pemain memang percaya dengan apa yang dimilikinya, saya harap Benzema bisa menjadi dirinya sendiri dan percaya bahwa dia mampu membuat perbedaan,” tutur pelatih berusia 45 tahun tersebut.

Sementara itu, pelatih Swiss Ottmar Hitzfeld menyebut pertandingan melawan Prancis ini berbeda dengan sederet laga yang selama ini dijalaninya bersama Gokhan Inler dkk. Keberhasilannya mengalahkan Brasil satu gol tanpa balas dalam sebuah laga persahabatan tahun lalu tidak bisa menjadi kunci bahwa timnya bisa mengatasi Prancis.

Sebaliknya, mantan Der Trainer Bayern Muenchen itu menyebut Prancis adalah tim yang sulit dicari titik kelemahannya.”Ini adalah kali pertama saya bertemu dengan Prancis setelah hampir 13 tahun saya berusaha mencari kelemahan mereka,” ungkap Hitzfeld.

Menurutnya, permainan Prancis unggul dari segi kekompakan. Baik saat turun membantu pertahanan, ataupun ketika naik untuk menyerang. Nah, dari dua keunggulan itu, pria asli Jerman tersebut menganggap ada kelemahan yang tersembunyi di antaranya.”Itu harus dilakukan dalam setiap kesempatan. Tidak ada keuntungannya jika kami harus menumpuk sampai sepuluh pemain di daerah belakang (pertahanan). Langkah seperti itu tidak akan berhasil. Sebaliknya, kami harus menantang mereka dengan permainan yang menyerang juga,” tegasnya.

Sebaliknya, salah satu pemain yang menjadi kunci kemenangan atas Ekuador, Haris Seferovic menyebut bakal ada ruang terbuka dalam pertahanan Prancis jika mereka naik menyerang. “Mereka memang punya kelebihan dalam serangannya. Tapi, dari situlah kelemahan mereka akan terbuka. Dengan terlalu sering melakukan serangan maka pertahanan sedikit longgar,” ucap Seferovic kepada Reuters. (ren/bas)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/