27 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

2016, Asian Agri Targetkan Lahan Swadaya 20 Ribu Ha

Head Plantation Services Asian Agri, Simon Sihotang.
Head Plantation Services Asian Agri, Simon Sihotang.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dengan luas kebun kelapa sawit di Indonesia 9.2 juta hektare, saat ini industri kelapa sawit penyumbang terbesar devisa maupun penerimaan negara melalui export & bea keluar nonmigas di Indonesia. Dari 9,2 juta ha lahan sawit yang ada, ternyata petani swadaya menduduki posisi kedua terluas yakni 3.8 juta ha. Terluas pertama dimiliki swasta dengan 4.7 juta ha, dan pemerintah 0.7 juta ha.

Melihat potensi luas kebun petani swadaya yang begitu besar, Asian Agri terpanggil untuk menjalin kerjasama dalam pengelolaan kebun sawit. ”Asian Agri menargetkan paling lama hingga tahun 2016 bisa bermitra atau bekerja sama dengan petani swadaya dengan luasan lahan 20.000 hektare. Saat ini, baru sekitar 8.500 hektar milik petani swadaya yang dibina Asian Agri,” kata Head CSR Asian Agri, Rafmen, dalam presentasinya jelang buka puasa bersama insan pers di Medan, Senin (7/7/2014).

Petani swadaya, kata Rafmen, selama ini memiliki tingkat produktivitas yang cukup rendah, yakni hanya 15 ton per hektare per tahun. Sementara petani plasma bisa mencapai 20 ton per hektare per tahun. ”Itu akibat penggunaan bibit palsu, jarang dipupuk, infrastruktur jelek, belum ada kelembagaan (masih perantara tengkulak), dan belum ada pembinaan yang intensif dari instansi,” katanya.

Melihat fakta ini, maka Asian Agri terpanggil untuk menjadi bagian dari Solusi & mulai tahun 2011 meluncurkan “ PROGRAM PEMBINAAN PETANI SWADAYA. Dengan program ini, ungkapnya, Asian Agri akan memberikan penyuluhan teknis budidaya kelapa sawit secara keseluruhan, baik dalam kelas maupun rutin di lapangan kepada para petani swadaya yang ada di Sumut, Riau, dan Jambi.

Head Plantation Services Asian Agri, Simon Sihotang menambahkan, kemitraan dengan petani sudah memasuki tahun ketiga itu sejak dimulai tahun 2011. Kemitraan itu sudah tampak membuahkan hasil baik bagi petani maupun Asian Agri.

”Produktivitas hasil tanaman petani swadaya Asian Agri misalnya terus meningkat menjadi satu hingga 2,5 ton per hekatre per tahun, walau besarannya itu dinilai masih jauh dari target manajemen. Harusnya hasil petani sawit bisa hingga 20-25 ton per hektare, bahkan diharapkan bisa hingga 30-an ton seperti yang dihasilkan perusahaan group Asian Agri,” katanya.

Petani binaan Asian Agri sudah menggunakan bibit unggul produk Asian Agri jenis TOPAZ untuk tanaman yang diremajakan atau replanting, yang akan mendongkrak hasil panen ke depannya. Pemupukan juga semakin terjamin karena petani mendapat pinjaman dengan perhitungan nantinya dilakukan saat jual-beli tandan buah segar (TBS).

Simon menegaskan, tidak dipungkiri, kerja sama juga di satu sisi menguntungkan Asian Agri karena usaha kelompok atau group perusahaan mendapat kepastian pasokan TBS untuk PKS (pabrik kelapa sawit).

“Pada prinsipnya Asian Agri ingin ber tumbuh bersama petani yang secara global nantinya juga akan menguntungkan Indonesia yang dikenal sebagai salah satu produsen utama dan ekspor produk sawit di dunia,” katanya .

Ketua Kelompok Tani Harapan Maju Desa Sei Sentang Kutat, Kecamatan Kualuh Hilir, Kabupaten Labuhanbatu Utara, Zaini
Ketua Kelompok Tani Harapan Maju Desa Sei Sentang Kutat, Kecamatan Kualuh Hilir, Kabupaten Labuhanbatu Utara, Zaini didampingi rekannya, dan staf CSR Asian Agri, Izikin.

Ketua Kelompok Tani Harapan Maju Desa Sei Sentang Kutat, Kecamatan Kualuh Hilir, Kabupaten Labuhanbatu Utara, Zaini mengaku, menyesal baru mulai bermitra dengan Asian Agri. “Karena setelah bermitra, saya dan petani lainnya mendapat banyak keuntungan,” katanya.

Dia memberi contoh, kalau sebelumnya produksi sawitnya hanya sekitar 0,5 ton per hektare maka sekarang paling sedikit sudah satu ton. “Rupanya dulu ,kami menanam bibit asal-asalan, ditambah tidak tepatnya pemupukan dan cara panen sehingga hasilnya sangat sedikit .Sejak kami mendapat penyuluhan, hasil meningkat,” katanya.

Freddy Wijaya, General Manager Asian Agri, dalam paparannya mengungkapkan, dalam pengembangan bisnis perkebunan, Asian Agri melibatkan petani plasma dan petani swadaya yang sudah tersertifikat, untuk bekerjasama dalam program Petani Plasma di Indonesia.”Sekitar 29.000 petani plasma dan 25.000 petani swadaya terlibat bekerjasama dengan Asian Agri dalam pengembangan bisnis perkebunan,” ujarnya.

Staf CSR Asian Agri, Ozikin mengatakan, pihaknya juga membantu petani memperbaiki akses jalan di lahan perkebunan masyarakat, supaya angkutan lancar. “Bukan Asian Agri yang sepenuhnya membuat jalan, tapi kerja sama dengan masyarakat, termasuk memperbaiki jembatan, membersihkan saluran air. Kondisi ini memperlancar aktivitas di lahan perkebunan,” tambahnya.

Buka bersama insan pers, selain dihadiri Ketua PWI Sumut Muhammad Syahril dan sejumlah pimpinan media, juga hadir Bukit Sanjaya selaku Head Plantation Operation AAG, Supriadi Syam (Head SSL Asian Agri) dan Lidia Veronika Ginting (Humas AAG). (mea)

 

Head Plantation Services Asian Agri, Simon Sihotang.
Head Plantation Services Asian Agri, Simon Sihotang.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dengan luas kebun kelapa sawit di Indonesia 9.2 juta hektare, saat ini industri kelapa sawit penyumbang terbesar devisa maupun penerimaan negara melalui export & bea keluar nonmigas di Indonesia. Dari 9,2 juta ha lahan sawit yang ada, ternyata petani swadaya menduduki posisi kedua terluas yakni 3.8 juta ha. Terluas pertama dimiliki swasta dengan 4.7 juta ha, dan pemerintah 0.7 juta ha.

Melihat potensi luas kebun petani swadaya yang begitu besar, Asian Agri terpanggil untuk menjalin kerjasama dalam pengelolaan kebun sawit. ”Asian Agri menargetkan paling lama hingga tahun 2016 bisa bermitra atau bekerja sama dengan petani swadaya dengan luasan lahan 20.000 hektare. Saat ini, baru sekitar 8.500 hektar milik petani swadaya yang dibina Asian Agri,” kata Head CSR Asian Agri, Rafmen, dalam presentasinya jelang buka puasa bersama insan pers di Medan, Senin (7/7/2014).

Petani swadaya, kata Rafmen, selama ini memiliki tingkat produktivitas yang cukup rendah, yakni hanya 15 ton per hektare per tahun. Sementara petani plasma bisa mencapai 20 ton per hektare per tahun. ”Itu akibat penggunaan bibit palsu, jarang dipupuk, infrastruktur jelek, belum ada kelembagaan (masih perantara tengkulak), dan belum ada pembinaan yang intensif dari instansi,” katanya.

Melihat fakta ini, maka Asian Agri terpanggil untuk menjadi bagian dari Solusi & mulai tahun 2011 meluncurkan “ PROGRAM PEMBINAAN PETANI SWADAYA. Dengan program ini, ungkapnya, Asian Agri akan memberikan penyuluhan teknis budidaya kelapa sawit secara keseluruhan, baik dalam kelas maupun rutin di lapangan kepada para petani swadaya yang ada di Sumut, Riau, dan Jambi.

Head Plantation Services Asian Agri, Simon Sihotang menambahkan, kemitraan dengan petani sudah memasuki tahun ketiga itu sejak dimulai tahun 2011. Kemitraan itu sudah tampak membuahkan hasil baik bagi petani maupun Asian Agri.

”Produktivitas hasil tanaman petani swadaya Asian Agri misalnya terus meningkat menjadi satu hingga 2,5 ton per hekatre per tahun, walau besarannya itu dinilai masih jauh dari target manajemen. Harusnya hasil petani sawit bisa hingga 20-25 ton per hektare, bahkan diharapkan bisa hingga 30-an ton seperti yang dihasilkan perusahaan group Asian Agri,” katanya.

Petani binaan Asian Agri sudah menggunakan bibit unggul produk Asian Agri jenis TOPAZ untuk tanaman yang diremajakan atau replanting, yang akan mendongkrak hasil panen ke depannya. Pemupukan juga semakin terjamin karena petani mendapat pinjaman dengan perhitungan nantinya dilakukan saat jual-beli tandan buah segar (TBS).

Simon menegaskan, tidak dipungkiri, kerja sama juga di satu sisi menguntungkan Asian Agri karena usaha kelompok atau group perusahaan mendapat kepastian pasokan TBS untuk PKS (pabrik kelapa sawit).

“Pada prinsipnya Asian Agri ingin ber tumbuh bersama petani yang secara global nantinya juga akan menguntungkan Indonesia yang dikenal sebagai salah satu produsen utama dan ekspor produk sawit di dunia,” katanya .

Ketua Kelompok Tani Harapan Maju Desa Sei Sentang Kutat, Kecamatan Kualuh Hilir, Kabupaten Labuhanbatu Utara, Zaini
Ketua Kelompok Tani Harapan Maju Desa Sei Sentang Kutat, Kecamatan Kualuh Hilir, Kabupaten Labuhanbatu Utara, Zaini didampingi rekannya, dan staf CSR Asian Agri, Izikin.

Ketua Kelompok Tani Harapan Maju Desa Sei Sentang Kutat, Kecamatan Kualuh Hilir, Kabupaten Labuhanbatu Utara, Zaini mengaku, menyesal baru mulai bermitra dengan Asian Agri. “Karena setelah bermitra, saya dan petani lainnya mendapat banyak keuntungan,” katanya.

Dia memberi contoh, kalau sebelumnya produksi sawitnya hanya sekitar 0,5 ton per hektare maka sekarang paling sedikit sudah satu ton. “Rupanya dulu ,kami menanam bibit asal-asalan, ditambah tidak tepatnya pemupukan dan cara panen sehingga hasilnya sangat sedikit .Sejak kami mendapat penyuluhan, hasil meningkat,” katanya.

Freddy Wijaya, General Manager Asian Agri, dalam paparannya mengungkapkan, dalam pengembangan bisnis perkebunan, Asian Agri melibatkan petani plasma dan petani swadaya yang sudah tersertifikat, untuk bekerjasama dalam program Petani Plasma di Indonesia.”Sekitar 29.000 petani plasma dan 25.000 petani swadaya terlibat bekerjasama dengan Asian Agri dalam pengembangan bisnis perkebunan,” ujarnya.

Staf CSR Asian Agri, Ozikin mengatakan, pihaknya juga membantu petani memperbaiki akses jalan di lahan perkebunan masyarakat, supaya angkutan lancar. “Bukan Asian Agri yang sepenuhnya membuat jalan, tapi kerja sama dengan masyarakat, termasuk memperbaiki jembatan, membersihkan saluran air. Kondisi ini memperlancar aktivitas di lahan perkebunan,” tambahnya.

Buka bersama insan pers, selain dihadiri Ketua PWI Sumut Muhammad Syahril dan sejumlah pimpinan media, juga hadir Bukit Sanjaya selaku Head Plantation Operation AAG, Supriadi Syam (Head SSL Asian Agri) dan Lidia Veronika Ginting (Humas AAG). (mea)

 

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/