25 C
Medan
Sunday, September 29, 2024

Gabriel yang Dibuang Ibu Kandung Dijemput Pulang

Foto: Wiwin/PM Dapot alias Gabriel Panggabean diberi minum oleh perawat di ruang perawat di lantai 3 RSUD Pirngadi. Daniel Panggabean, ayahnya (kiri) tampak membujuk  Gabriel.
Foto: Wiwin/PM
Dapot alias Gabriel Panggabean diberi minum oleh perawat di ruang perawat di lantai 3 RSUD Pirngadi. Daniel Panggabean, ayahnya (kiri) tampak membujuk Gabriel.

 

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dapot alias Gabriel Panggabean (6), akhirnya dijemput pulang oleh kedua orangtuanya dari RSUD dr Pirngadi, Sabtu (16/8) sekira pukul 13.30 WIB.

Ayah Dapot, Daniel Panggabean (25) dan ibunya boru Siahaan datang bersama kedua adik Gabriel bernama Dante (3) dan Kasih (1). Pihak rumah sakit pun ikut mengantarkan kepulangan Gabriel dan keluarganya dengan ambulance. Tak banyak kata yang terucap dari bibir kedua orangtua Gabriel. Hanya terlontar kata ‘iya’ disertai anggukan kepala, saat nasihat-nasihat diberikan kepada mereka. Beberapa perawat di sana pun terlihat sedih dengan kepergian Gabriel.

Wajar saja, selama ini perawat di sana yang merawat Gabriel dengan penuh kasih. “Jangan ditinggal lagi lah dia. Kasihan. Ini anugerah Tuhan buat kalian berdua,” ujar salah seorang perawat kepada kedua orangtua Gabriel.

Mendengar itu, ibu Gabriel yang saat itu menggendong anak ketiganya dengan selendang terlihat begitu sedih. Wanita bertubuh kecil dan berambut panjang diikat ini pun tak banyak berkomentar. Hanya anggukan kepalanya saja yang jelas terlihat. Hadir bersama mereka, anggota DPD RI, Parlindungan Purba untuk memberikan bantuan moral serta moril kepada keluarga Gabriel.

Parlindungan begitu terenyuh dengan kisah hidup yang dialami Gabriel dan keluarganya. Parlindungan pun menyarankan agar dibuat pelayanan terpadu untuk keluarga Gabriel. Dimana adik kedua Gabriel juga mengalami kelainan yang sama seperti Gabriel.

“Saya rasa perlu dibuat tim untuk meneliti apa yang terjadi pada Gabriel dan adiknya. Kita juga minta agar ibunya juga diperiksa. Kalau tidak ada BPJS, kita bantu nanti. Saya rasa pelayanan RS Pirngadi semakin baik,”ujar Parlindungan. Sebelumnya, dihari itu juga, sang ayah mengatakan bahwa pernah membawa Gabriel berobat ke RSUD Pirngadi beberapa tahun lalu.

Saat itu, Gabriel dinyatakan mengidap kanker mata. Daniel juga menyebutkan abang iparnya juga mengalami hal yang sama seperti Gabriel pun meninggal di usia 8 tahun.

“Jadi pas dibilang kanker kami nggak berani lagi bawa Gabriel berobat. Abang ipar juga begini cuma umur 8 tahun udah meninggal,”ujar Daniel. Namun hal tersebut dibantah oleh Dokter Spesialis Mata, dr Saiful Bahri SpM yang juga hadir siang itu. Saiful memberi keterangan atas kelainan mata yang dialami Gabriel merupakan akibat genetik bawaan, dimana tidak ada solusi untuk membuat mata Gabriel menjadi normal.

Gabriel pun tidak pula mengidap penyakit retinablasoma atau tumor mata. Karena penyakit ini cepat berkembang dengan membuat mata penderitanya membengkak dan berpotensi besar merenggut nyawa penderita. Sementara, sebut Saiful, Gabriel menderita Kreatopati yang menghambat perkembangan mata seseorang.

“Kalau mau ganti bola mata ga bisa. Kalau kita bilang mau cangkok kornea, harus kita lihat organ yang lain juga. Penglihatan ini kan sistem, ada pupilnya, retinanya, lensanya, lalu syaraf matanya yang terhubung ke kepala. Ini juga ada sindromnya seperti yang terlihat, kakinya kecil. Gizinya juga ga terjaga,”ujar Saiful.

Kassubag Humas dan Hukum RSUD dr Pirngadi, Edison Peranginangin mengatakan, pihaknya tidak meminta biaya perawatan Gabriel selama di sana kepada orangtuanya. Gabriel pun tidak dikatakan Mr.X lagi oleh pihak rumah sakit karena memiliki keluarga. Sehingga kepulangan Gabriel siang itu pun terbilang pulang atas permintaan sendiri.

Pihaknya juga menyarankan agar Gabriel dan keluarga melakukan berobat jalan ke RSUD dr Pirngadi dengan membawa surat rujukan dari Puskesmas tempatnya tinggal.”Mereka kan punya Kartu Medan Sehat, jadi pengobatannya kita gratiskan karena Medan Sehat otomatis berintegrasi langsung ke BPJS. Cuma harus bawa rujukan dari Puskesmas di sana,”saran Edison.

Sekadar mengingatkan, bocah laki-laki itu awalnya ditemukan terlantar di Masjid Ibnu Sina RSUD Dr Pirngadi Medan, Sabtu (2/8) lalu. Isentitas aslinya terungkap setelah ayahnya, Daniel Panggabean (25) datang ke rumah sakit pada Jumat (15/8) pagi. Daniel datang membawa 5 buah apel dalam sekantong plastik berwarna kuning. Daniel pagi itu ingin menjemput Gabriel pulang bersamanya ke Desa Sei Mati, Kec. Medan Labuhan.

“Saya punya video dan foto di HP saya. Nanti saya tunjukkan,” ujar Daniel saat bertandang ke ruangan kerja Kasubag Humas dan Hukum RSUD Pirngadi Medan, Edison Peranginangin.

Daniel cerita, istrinya mengalami depresi sejak kehadiran Gabriel dan anak keduanya Dante (3) yang lahir tak sempurna. Lalu tanpa sepengetahuannya tepatnya hari Sabtu (2/8), sang istri diam-diam pergi bersama Gabriel dan meninggalkan Gabriel di RSUD Pirngadi Medan. “Istri saya Boru Siahaan tak menghendaki kehadiran Gabriel,” kataDaniel. (win/deo)

 

Foto: Wiwin/PM Dapot alias Gabriel Panggabean diberi minum oleh perawat di ruang perawat di lantai 3 RSUD Pirngadi. Daniel Panggabean, ayahnya (kiri) tampak membujuk  Gabriel.
Foto: Wiwin/PM
Dapot alias Gabriel Panggabean diberi minum oleh perawat di ruang perawat di lantai 3 RSUD Pirngadi. Daniel Panggabean, ayahnya (kiri) tampak membujuk Gabriel.

 

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dapot alias Gabriel Panggabean (6), akhirnya dijemput pulang oleh kedua orangtuanya dari RSUD dr Pirngadi, Sabtu (16/8) sekira pukul 13.30 WIB.

Ayah Dapot, Daniel Panggabean (25) dan ibunya boru Siahaan datang bersama kedua adik Gabriel bernama Dante (3) dan Kasih (1). Pihak rumah sakit pun ikut mengantarkan kepulangan Gabriel dan keluarganya dengan ambulance. Tak banyak kata yang terucap dari bibir kedua orangtua Gabriel. Hanya terlontar kata ‘iya’ disertai anggukan kepala, saat nasihat-nasihat diberikan kepada mereka. Beberapa perawat di sana pun terlihat sedih dengan kepergian Gabriel.

Wajar saja, selama ini perawat di sana yang merawat Gabriel dengan penuh kasih. “Jangan ditinggal lagi lah dia. Kasihan. Ini anugerah Tuhan buat kalian berdua,” ujar salah seorang perawat kepada kedua orangtua Gabriel.

Mendengar itu, ibu Gabriel yang saat itu menggendong anak ketiganya dengan selendang terlihat begitu sedih. Wanita bertubuh kecil dan berambut panjang diikat ini pun tak banyak berkomentar. Hanya anggukan kepalanya saja yang jelas terlihat. Hadir bersama mereka, anggota DPD RI, Parlindungan Purba untuk memberikan bantuan moral serta moril kepada keluarga Gabriel.

Parlindungan begitu terenyuh dengan kisah hidup yang dialami Gabriel dan keluarganya. Parlindungan pun menyarankan agar dibuat pelayanan terpadu untuk keluarga Gabriel. Dimana adik kedua Gabriel juga mengalami kelainan yang sama seperti Gabriel.

“Saya rasa perlu dibuat tim untuk meneliti apa yang terjadi pada Gabriel dan adiknya. Kita juga minta agar ibunya juga diperiksa. Kalau tidak ada BPJS, kita bantu nanti. Saya rasa pelayanan RS Pirngadi semakin baik,”ujar Parlindungan. Sebelumnya, dihari itu juga, sang ayah mengatakan bahwa pernah membawa Gabriel berobat ke RSUD Pirngadi beberapa tahun lalu.

Saat itu, Gabriel dinyatakan mengidap kanker mata. Daniel juga menyebutkan abang iparnya juga mengalami hal yang sama seperti Gabriel pun meninggal di usia 8 tahun.

“Jadi pas dibilang kanker kami nggak berani lagi bawa Gabriel berobat. Abang ipar juga begini cuma umur 8 tahun udah meninggal,”ujar Daniel. Namun hal tersebut dibantah oleh Dokter Spesialis Mata, dr Saiful Bahri SpM yang juga hadir siang itu. Saiful memberi keterangan atas kelainan mata yang dialami Gabriel merupakan akibat genetik bawaan, dimana tidak ada solusi untuk membuat mata Gabriel menjadi normal.

Gabriel pun tidak pula mengidap penyakit retinablasoma atau tumor mata. Karena penyakit ini cepat berkembang dengan membuat mata penderitanya membengkak dan berpotensi besar merenggut nyawa penderita. Sementara, sebut Saiful, Gabriel menderita Kreatopati yang menghambat perkembangan mata seseorang.

“Kalau mau ganti bola mata ga bisa. Kalau kita bilang mau cangkok kornea, harus kita lihat organ yang lain juga. Penglihatan ini kan sistem, ada pupilnya, retinanya, lensanya, lalu syaraf matanya yang terhubung ke kepala. Ini juga ada sindromnya seperti yang terlihat, kakinya kecil. Gizinya juga ga terjaga,”ujar Saiful.

Kassubag Humas dan Hukum RSUD dr Pirngadi, Edison Peranginangin mengatakan, pihaknya tidak meminta biaya perawatan Gabriel selama di sana kepada orangtuanya. Gabriel pun tidak dikatakan Mr.X lagi oleh pihak rumah sakit karena memiliki keluarga. Sehingga kepulangan Gabriel siang itu pun terbilang pulang atas permintaan sendiri.

Pihaknya juga menyarankan agar Gabriel dan keluarga melakukan berobat jalan ke RSUD dr Pirngadi dengan membawa surat rujukan dari Puskesmas tempatnya tinggal.”Mereka kan punya Kartu Medan Sehat, jadi pengobatannya kita gratiskan karena Medan Sehat otomatis berintegrasi langsung ke BPJS. Cuma harus bawa rujukan dari Puskesmas di sana,”saran Edison.

Sekadar mengingatkan, bocah laki-laki itu awalnya ditemukan terlantar di Masjid Ibnu Sina RSUD Dr Pirngadi Medan, Sabtu (2/8) lalu. Isentitas aslinya terungkap setelah ayahnya, Daniel Panggabean (25) datang ke rumah sakit pada Jumat (15/8) pagi. Daniel datang membawa 5 buah apel dalam sekantong plastik berwarna kuning. Daniel pagi itu ingin menjemput Gabriel pulang bersamanya ke Desa Sei Mati, Kec. Medan Labuhan.

“Saya punya video dan foto di HP saya. Nanti saya tunjukkan,” ujar Daniel saat bertandang ke ruangan kerja Kasubag Humas dan Hukum RSUD Pirngadi Medan, Edison Peranginangin.

Daniel cerita, istrinya mengalami depresi sejak kehadiran Gabriel dan anak keduanya Dante (3) yang lahir tak sempurna. Lalu tanpa sepengetahuannya tepatnya hari Sabtu (2/8), sang istri diam-diam pergi bersama Gabriel dan meninggalkan Gabriel di RSUD Pirngadi Medan. “Istri saya Boru Siahaan tak menghendaki kehadiran Gabriel,” kataDaniel. (win/deo)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/