SUMUTPOS.CO – Vice President Corporate Communication PT Pertamina Ali Mundakir menegaskan, kuota BBM bersubsidi tahun ini telah dipangkas dari 48 juta kilo liter (kl) menjadi 46 juta kl oleh pemerintah. Untuk menyesuaikan kuota baru itu, Pertamina pun melaksanakan kebijakan pemerintah untuk mengendalikan penyaluran BBM bersubsidi di beberapa wilayah. Jika tidak, stok BBM bersubsidi diperkirakan habis sebelum akhir tahun 2014.
“Dengan kondisi tersebut maka hanya ada dua pilihan. Pertama, menyalurkan BBM bersubsidi secara normal dengan konsekuensi kuota BBM bersubsidi habis sebelum akhir tahun. Yakni, pertengahan November untuk solar dan pertengahan Desember untuk premium. Masyarakat harus membeli BBM nonsubsidi hingga akhir tahun. Atau, mengatur volume penyaluran setiap harinya sehingga kuota BBM bersubsidi bisa cukup hingga akhir tahun,” terangnya.
Secara teknis, lanjutnya, Pertamina telah melakukan pengaturan BBM bersubsidi secara prorata sejak 18 Agustus 2014. Namun, pihaknya tetap menjamin ketersediaan bahan bakar kendaraan dengan BBM nonsubsidi. “Pertamina menyediakan BBM nonsubsidi yang meliputi Pertamax, Pertamax Plus, Pertamina Dex, dan Solar nonsubsidi,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Pusat Komunikasi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Saleh Abdurrahman mengaku masih belum tahu duduk permasalahan dari antrean panjang SPBU di wilayah Jawa. Namun, dia yakin bahwa antrean itu tak disebabkan oleh kelangkaan BBM. “Ini semestinya bersifat sementara. Pertamina akan segera mengecek ke wilayah tersebut,” jelasnya. (dyn/bil/jpnn)
SUMUTPOS.CO – Vice President Corporate Communication PT Pertamina Ali Mundakir menegaskan, kuota BBM bersubsidi tahun ini telah dipangkas dari 48 juta kilo liter (kl) menjadi 46 juta kl oleh pemerintah. Untuk menyesuaikan kuota baru itu, Pertamina pun melaksanakan kebijakan pemerintah untuk mengendalikan penyaluran BBM bersubsidi di beberapa wilayah. Jika tidak, stok BBM bersubsidi diperkirakan habis sebelum akhir tahun 2014.
“Dengan kondisi tersebut maka hanya ada dua pilihan. Pertama, menyalurkan BBM bersubsidi secara normal dengan konsekuensi kuota BBM bersubsidi habis sebelum akhir tahun. Yakni, pertengahan November untuk solar dan pertengahan Desember untuk premium. Masyarakat harus membeli BBM nonsubsidi hingga akhir tahun. Atau, mengatur volume penyaluran setiap harinya sehingga kuota BBM bersubsidi bisa cukup hingga akhir tahun,” terangnya.
Secara teknis, lanjutnya, Pertamina telah melakukan pengaturan BBM bersubsidi secara prorata sejak 18 Agustus 2014. Namun, pihaknya tetap menjamin ketersediaan bahan bakar kendaraan dengan BBM nonsubsidi. “Pertamina menyediakan BBM nonsubsidi yang meliputi Pertamax, Pertamax Plus, Pertamina Dex, dan Solar nonsubsidi,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Pusat Komunikasi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Saleh Abdurrahman mengaku masih belum tahu duduk permasalahan dari antrean panjang SPBU di wilayah Jawa. Namun, dia yakin bahwa antrean itu tak disebabkan oleh kelangkaan BBM. “Ini semestinya bersifat sementara. Pertamina akan segera mengecek ke wilayah tersebut,” jelasnya. (dyn/bil/jpnn)