24.6 C
Medan
Sunday, January 19, 2025

1.000 Bibit Kloning Haminjon Toba siap Dilaunching

Foto: Istimewa Adventeris Hutagaol sedang merawat bibit Haminjon (Kemenyan) di pusat pembibitan Nursery kompleks TobaPulp.
Foto: Istimewa
Adventeris Hutagaol sedang merawat bibit Haminjon (Kemenyan) di pusat pembibitan Nursery kompleks TobaPulp.

SUMUTPOS.CO – TobaPulp, sejak pertengahan tahun lalu mulai membibitkan haminjon di Porsea, di bawah supervisi BPK (Balai Penelitian Kehutanan) Aeknauli, dekat Parapat.

Langkah awal, para awak pembibitan mencari sekitar 50 anakan haminjon terbaik dewasa di kawasan hutan konsesi di sektor Habinsaran, Tobasamosir. Ke-50 anakan jenis haminjon Toba (styrax sumatrana) itu dirawat di pembibitan, serta diperbanyak (melalui stek) menjadi sekitar 800 pohon induk (mother plant).

Setiap pohon induk, mampu menumbuhkan sedikitnya 1 tunas per bulan. Langkah selanjutnya, meng-kloning tunas-tunas baru itu (dengan mengadopsi teknologi) menjadi bibit unggul. Pada usia 6 bulan, bibit-bibit kloning itu mencapai tinggi 25 – 30 cm dengan jumlah daun 5 – 6 pasang, dan siap ditanam di lapangan.

Pembibitan haminjon itu merupakan bagian dari perwujudan komitmen TobaPulp dalam melakukan kolaborasi penanaman bersama-sama masyarakat di sekitar konsesi berdasarkan nota kesepahaman (MoU). Jumlah penandatangan MoU sudah mencapai ratusan petani. Salah satu tujuannya untuk meremajakan (replanting) haminjon tombak (hutan) yang umumnya sudah tua-tua sehingga tidak lagi menghasilkan getah secara maksimal.

Kini, sudah tersedia sekitar 1.000 bibit kloning haminjon siap tanam, di Porsea, dan dalam waktu dekat sudah bisa di-launching.

Peremajaan haminjon melengkapi komitmen lain TobaPulp, yakni melindungi pohon-pohon haminjon alam di blok-blok kerja di konsesi, sepanjang nyata-nyata diusahai oleh masyarakat.

“Kami jamin perlindungannya. Tidak akan ditebang,” kata Direktur TobaPulp, Juanda Panjaitan, berkali-kali dalam berbagai kesempatan, terakhir pekan kedua September  ketika mengikuti pertemuan di Medan dengan Komnas HAM.

Klaim sebagai “tanah adat” terhadap tombak haminjon di kawasan hutan oleh masyarakat dua desa, Pandumaan – Sipituhuta, di Humbang Hasundutan, menjadi topik bahasan.

Hamparan pohon-pohon haminjon di pasar-8, yang menjadi obyek kunjungan para jurnalis, adalah milik seorang petani ber-marga Lubis, penduduk desa Marade –pintu masuk ke desa Pandumaan dan Sipituhuta, di kecamatan Pollung, Humbahas.

Ketika beberapa waktu lalu bertemu tim independen Ir Ricson Simarmata dan Ir Hasudungan Butarbutar, untuk mengecek  pelaksanaan salah satu butir paradigma baru TobaPulp –mengelola HTI secara lestari dan berkesinambungan–  Lubis mengemukakan pembukaan jalan HTI mempermudah akses mereka ke haminjon.

“Sebelum dibangun  jalan HTI kami harus berjalan kaki dari kampung melalui jalan setapak menuju tombak selama 6 jam. Sekarang sudah bisa ditempuh dalam waktu hanya 60 menit pakai sepedamotor,” katanya. Jarak pasar-8 dengan desa Marade sekitar 11 km. (rel/mea)

Foto: Istimewa Adventeris Hutagaol sedang merawat bibit Haminjon (Kemenyan) di pusat pembibitan Nursery kompleks TobaPulp.
Foto: Istimewa
Adventeris Hutagaol sedang merawat bibit Haminjon (Kemenyan) di pusat pembibitan Nursery kompleks TobaPulp.

SUMUTPOS.CO – TobaPulp, sejak pertengahan tahun lalu mulai membibitkan haminjon di Porsea, di bawah supervisi BPK (Balai Penelitian Kehutanan) Aeknauli, dekat Parapat.

Langkah awal, para awak pembibitan mencari sekitar 50 anakan haminjon terbaik dewasa di kawasan hutan konsesi di sektor Habinsaran, Tobasamosir. Ke-50 anakan jenis haminjon Toba (styrax sumatrana) itu dirawat di pembibitan, serta diperbanyak (melalui stek) menjadi sekitar 800 pohon induk (mother plant).

Setiap pohon induk, mampu menumbuhkan sedikitnya 1 tunas per bulan. Langkah selanjutnya, meng-kloning tunas-tunas baru itu (dengan mengadopsi teknologi) menjadi bibit unggul. Pada usia 6 bulan, bibit-bibit kloning itu mencapai tinggi 25 – 30 cm dengan jumlah daun 5 – 6 pasang, dan siap ditanam di lapangan.

Pembibitan haminjon itu merupakan bagian dari perwujudan komitmen TobaPulp dalam melakukan kolaborasi penanaman bersama-sama masyarakat di sekitar konsesi berdasarkan nota kesepahaman (MoU). Jumlah penandatangan MoU sudah mencapai ratusan petani. Salah satu tujuannya untuk meremajakan (replanting) haminjon tombak (hutan) yang umumnya sudah tua-tua sehingga tidak lagi menghasilkan getah secara maksimal.

Kini, sudah tersedia sekitar 1.000 bibit kloning haminjon siap tanam, di Porsea, dan dalam waktu dekat sudah bisa di-launching.

Peremajaan haminjon melengkapi komitmen lain TobaPulp, yakni melindungi pohon-pohon haminjon alam di blok-blok kerja di konsesi, sepanjang nyata-nyata diusahai oleh masyarakat.

“Kami jamin perlindungannya. Tidak akan ditebang,” kata Direktur TobaPulp, Juanda Panjaitan, berkali-kali dalam berbagai kesempatan, terakhir pekan kedua September  ketika mengikuti pertemuan di Medan dengan Komnas HAM.

Klaim sebagai “tanah adat” terhadap tombak haminjon di kawasan hutan oleh masyarakat dua desa, Pandumaan – Sipituhuta, di Humbang Hasundutan, menjadi topik bahasan.

Hamparan pohon-pohon haminjon di pasar-8, yang menjadi obyek kunjungan para jurnalis, adalah milik seorang petani ber-marga Lubis, penduduk desa Marade –pintu masuk ke desa Pandumaan dan Sipituhuta, di kecamatan Pollung, Humbahas.

Ketika beberapa waktu lalu bertemu tim independen Ir Ricson Simarmata dan Ir Hasudungan Butarbutar, untuk mengecek  pelaksanaan salah satu butir paradigma baru TobaPulp –mengelola HTI secara lestari dan berkesinambungan–  Lubis mengemukakan pembukaan jalan HTI mempermudah akses mereka ke haminjon.

“Sebelum dibangun  jalan HTI kami harus berjalan kaki dari kampung melalui jalan setapak menuju tombak selama 6 jam. Sekarang sudah bisa ditempuh dalam waktu hanya 60 menit pakai sepedamotor,” katanya. Jarak pasar-8 dengan desa Marade sekitar 11 km. (rel/mea)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/