SUMUTPOS.CO – Sebuah platform media sosial anonim lokal pertama resmi hadir di Indonesia, yakni LegaTalk. Media sosial ini merupakan karya Creative HotHouse yang sengaja dirancang untuk mereka yang ingin curhat di media sosial, namun tak ingin mengungkapkan identitasnya karena khawatir reaksi orang akan berlebihan atau berdampak negatif bagi dirinya.
Jaminan anonimitas adalah keunggulan yang dimiliki aplikasi LegaTalk. Fitur-fitur unggulan lain yang dimiliki LegaTalk adalah antarmuka sederhana, di mana pengguna LegaTalk dapat mengubah warna atau motif latar belakang sesuai keinginan. untuk dapat menggunakan aplikasi ini, pengguna hanya perlu memasukkan nomor telepon yang kemudian akan terenkripsi sehingga tak dapat terlacak bahkan dari sistem LegaTalk.
Aplikasi ini hanya akan menunjukkan lokasi pengguna. Selain itu, pengguna juga dapat memberikan komentar atau hanya sekedar memberikan tanda “love” kepada pengguna lainnya. Hingga saat ini, Creative HotHouse mengklaim bahwa aplikasi buatannya tersebut telah diunduh lebih dari 35 ribu pengguna dalam kurun waktu kurang dari tiga bulan setelah pertama kali dirilis di Google Play untuk Android pada bulan Juni 2014 dan iOS pada bulan Juli 2014.
Asmara Wreksono, Head of Communications Creative HotHouse mengatakan bahwa keunikan aplikasi ini karena adanya tiga kolom di LegaTalk, yakni HOT, FRIENDS dan ALL. Kolom HOT akan memberikan notifikasi bagi pengguna jika ia berpartisipasi dalam satu status atau lebih. Tidak hanya itu, kolom ini juga akan memberikan notifikasi jika ada pengguna lain yang memberikan komentar atau “love” terhadap status yang dibuat oleh pengguna.
Sedangkan kolom FRIENDS adalah kolom yang berisi status-status yang ditulis secara anonim oleh mereka yang ada di dalam daftar kontak di handphone pengguna, atau teman dari kontak tersebut. Terakhir adalah kolom ALL yang menunjukkan seluruh status yang ada di LegaTalk.
“Kami berharap dengan LegaTalk, siapa pun dapat merasakan manfaat aplikasi ini untuk mengekspresikan atau meluapkan perasaanya tanpa khawatir malu atau dihakimi oleh lingkungan sekitarnya,” ungkap Asmara Wreksono.(CHIP)