MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kesan bahwa geopark dunia umumnya maju karena ditopang oleh tingginya kunjungan turis asing, ternyata tidak benar. Fakta dan data menunjukkan, geopark justru didukung oleh tingginya kunjungan turis domestik.
“Geopark di Eropa, dari 4 juta pengunjung per tahun, ternyata 3,4 juta adalah pengunjung lokal. Dengan tingkat stay rata-rata 4,5 hari per kunjungan. Langkawi Malaysia dikunjungi turis lokal 1,4 juta per tahun, dan turis asing hanya 500 ribu. Jadi majunya Geopark Toba tidak melulu tergantung pada kunjungan turis asing. Kunjungan kita pun cukup sebenarnya,” kata Arif Wibawa, CEO PT Citilink Indonesia, saat menjadi pembicara dalam seminar Nasional Lingkungan Hidup Status Geopark dan Pelestarian Danau Toba, di Hotel Santika Dyandra Medan, Kamis (2/9).
Ia memaparkan, dibandingkan keindahan Kaldera Toba, keindahan Langkawi sebenarnya jauh di bawah. Namun dukungan turis lokal yang tinggi membuatnya maju.
“Kaldera Toba memiliki kombinasi yang mendukung pariwisata, yakni keindahan alam, budaya, cara hidup, ekoturisme, dan sebagainya. Dengan semua kombinasi itu, seharusnya tingkat stay turis di sana bisa 7 hari,” ungkapnya.
Mendukung Geopark Toba, bandara internasional Kualanamu pun sangat mendukung transportasi udara.
“Seperti kita ketahui, pertumbuhan ekonomi di negara kepulauan membutuhkan akses dan konektivitas transportasi udara. Dan KNIA sangat memenuhi syarat,” katanya.
Saat ini, bandara Kualanamu mampu menampung 8 juta penumpang per tahun. Tahun 2015 diproyeksikan mampu menampung 15 juta penumpang, dan tahun 2020 dirancang mampu menampung 23 juta penumpang per tahun.
“Dengan dukungan maskapai penerbangan internasional ke KNIA, akan mendorong travel behaviour dan kunjungan ke Toba ke depan,” katanya. (mea)