MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pasca kasus kekerasan secara seksual terhadap temannya Nab (10) terkuak ke publik, dua siswi berinisial Ta (10) dan In (10) yang diduga sebagai pelaku mendadak tak masuk sekolah.
Hal ini terungkap saat wartawan menyambangi sekolah mereka di SD Negeri Percobaan, Jl. Sei Petani Kel. Merdeka A, Kec. Medan Baru, Rabu (15/10) siang. Wali Kelas IV A SD Negeri Percobaan, Syahrani mengatakan, Ta dan In tak hadir karena alasan sakit.
“In sudah 3 hari tidak masuk karena sakit demam. Senin (13/10) kemarin surat dari dokternya sudah diantar kemari. Dan hari ini ada surat dari orangtuanya. Sementara Ta tidak hadir karena orangtuanya bilang dia saat ini butuh istirahat. Tadi pagi orangtuanya menghubungi saya,” ucapnya sembari menunjukkan surat sakit In.
Syahrani menjelaskan, permintaan keluarga korban supaya pihak sekolah memindahkan Ta dan In dari sekolah itu tak berjalan lancar. Karena orangtua mereka tidak memberi rekomendasi pemindahan anaknya.
“Surat pindah tersebut bisa dilakukan kalau orangtua siswa menyarankan anaknya untuk dipindahkan. Sampai saat ini orangtua keduanya tidak ada meminta itu. Jadi, bagaimana mau dibuat surat pindahnya. Makanya, sampai saat ini kita masih memproses kejadian ini,” kilahnya.
Disinggung bagaimana tingkah laku kedua pelaku serta korban sehari-hari, Syahrini mengaku kalau pelaku dan korban dilihatnya masih berprilaku wajar. “Masih wajar tingkah mereka. Tidak bandal. Wajarlah,” ungkapnya.
Kemudian, ketika disinggung apakah dirinya mengetahui motif Ta dan In melakukan aksi tersebut? Syahrani mengaku tidak mengetahuinya. “Belum tahu. Saat ini kepala sekolah lagi memproses kejadian tersebut,” pungkasnya.
Kepala Sekolah SD Negeri Percobaan, Elly Zarahmi Simatupang saat ditemui di ruang kerjanya terkesan mengelak. Elly tidak memberi jawaban pasti mengenai apa tindakan yang akan dilakukannya ke depan terkait kejadian itu. Ia berdalih, pihaknya tengah memproses kejadian tersebut.
“Masih kita proses. Sabar ya,” ucapnya sembari pergi keluar ruangannya.
Pantauan di lapangan, sekolah tersebut tampak ramai dikunjungi orangtua murid yang menunggu anaknya pulang sekolah. Para orangtua murid mengaku cemas atas kejadian di sekolah tersebut. Maklum, mereka tak menyangka seorang murid SD sudah berani melakukan tindakan kekerasan seksual terhadap temannya.
“Tidak sangka kita. Anak yang masih berusia 10 tahun sudah berbuat seperti itu. Makanya kita cemas,” ucap beberapa orangtua pelajar yang ditemui tepat depan ruang kelas I C. Bahkan, pasca kejadian itu, pihak sekolah membuat meja piket untuk melakukan pengawasan di toilet. (win/ind/deo)