29 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Angka Kematian Ibu di Surabaya Tertinggi

SURABAYA – Jumlah angka kematian ibu (AKI) di Kota Surabaya sejauh ini masih tertinggi di Jatim. Berdasar data dinas kesehatan (dinkes), selama hampir setahun ini, total AKI di Surabaya sudah mencapai 49 jiwa. Salah satu upaya untuk menekan angka itu adalah terus menggelorakan program pendampingan ibu hamil risiko tinggi (risti).

Pernyataan tersebut disampaikan Ketua Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Jatim Ny Nina Soekarwo dalam temu kader tim penggerak PKK se-Jatim di atrium City of Tomorrow beberapa waktu lalu. ’’Kabupaten/kota lain hanya satu seperti Blitar dan Madiun. Artinya, Surabaya paling banyak karena jumlah penduduknya juga memang lebih padat,’’ ujar istri gubernur Soekarwo tersebut.

Menurut Nina, faktor penyebab kematian ibu itu sangat banyak. Mulai masalah sosial, budaya, edukasi yang kurang, hingga persoalan ekonomi. Namun, penyebab paling banyak kematian ibu melahirkan adalah preeklampsia (tekanan darah tinggi saat melahirkan).

Selain itu, di Jatim masih cukup banyak daerah yang sangat terpelosok di pedesaan atau jauh dari kota. Begitu juga yang terjadi di Kota Surabaya. Menurut Nina, di Surabaya Utara sejauh ini masih terdapat dukun. Penduduk kawasan tersebut masih sangat percaya pada bantuan dukun daripada tenaga medis ketika melahirkan.

’’Ini sangat mengkhawatirkan. Itu ada di Surabaya bagian utara. Mereka sampai ke dukun dan belum tersentuh medis,’’ ungkapnya.

Untuk kasus semacam itu, lanjut Nina, ternyata bupati maupun wali kota belum mengetahui bahwa wilayah yang dipimpinnya banyak ditemukan kematian ibu melahirkan. ’’Semoga Dinas Kesehatan Surabaya tahu dan segera mengantisipasinya,’’ imbuhnya.

Dia berharap tim penggerak PKK menjadi ujung tombak dalam membantu mengurangi AKI. Salah satunya dengan pendampingan terhadap para ibu yang hendak melahirkan. ’’Program pendampingan ini memang masih baru. Tapi, ini sangat efektif,’’ ujarnya.

Nina mengatakan, jika dilihat dari target Millennium Development Goals (MDgs), sejauh ini AKI di Jatim memang masih on the track. Meski begitu, kasus AKI di Jatim relatif tinggi. Berdasar data Dinkes Jatim, pada 2013 jumlah AKI mencapai 642 jiwa. Setelah program pendampingan oleh kader PKK, data per Agustus 2014, AKI di Jatim turun menjadi 291 jiwa.

’’Jika bisa menurunkan separo saja AKI melalui program ini, artinya berkontribusi besar terhadap penurunan AKI,’’ tambahnya.

Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr Anung Sugihartono MKes mengatakan, memang di beberapa daerah masih banyak dukun bayi. Namun, Kemenkes sudah memiliki solusi. Yakni, memanfaatkan potensi sumber daya masyarakat melalui pendampingan.

’’Jika ada kepercayaan terhadap dukun bayi, kegiatan yang dilakukan adalah mendampingi dukun itu. Bukan menghilangkan dukunnya agar tidak terjadi gejolak,’’ ujarnya.

Saat ini sudah ada pola bidan pendamping dukun (danpinkun). Program tersebut khusus memberikan arahan kepada dukun bayi bagaimana mencuci tangan, menggunakan sarung tangan, dan memotong tali pusar. Kegiatan itu juga merupakan program dinkes di daerah. ’’Tentu nanti kami sampaikan untuk terus memberikan edukasi ke masyarakat melalui program tersebut,’’ jelasnya.

Kepala Dinkes Jatim dr Harsono menambahkan, salah satu kegiatan tim penggerak PKK adalah mendampingi ibu hamil risiko tinggi. Pendampingan itu dilakukan kader pada masa kehamilan sampai masa nifas. Pasalnya, penyebab terbanyak kematian ibu hamil adalah tekanan darah tinggi dan pendarahan. ’’Sebanyak 50 persen karena preeklampsia. Mereka terlambat dibawa ke bidan,’’ katanya.

Harsono menyebutkan, semula kader mendampingi 400 ibu hamil. Saat melahirkan, mereka semua selamat. Kini kader mendampingi 740 ibu hamil. ’’Seluruhnya pun selamat. Rencananya, terus ditambah kader pendampingan posyandu ini,’’ imbuhnya.

Dalam kegiatan temu kader kemarin, juga ada pemberian penghargaan dan motivasi kepada kader posyandu. Khususnya kader pendamping ibu hamil risti. Penghargaan itu diharapkan semakin memacu para kader untuk ikut bekerja sosial demi menekan AKI. (ayu/mas/hud)

SURABAYA – Jumlah angka kematian ibu (AKI) di Kota Surabaya sejauh ini masih tertinggi di Jatim. Berdasar data dinas kesehatan (dinkes), selama hampir setahun ini, total AKI di Surabaya sudah mencapai 49 jiwa. Salah satu upaya untuk menekan angka itu adalah terus menggelorakan program pendampingan ibu hamil risiko tinggi (risti).

Pernyataan tersebut disampaikan Ketua Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Jatim Ny Nina Soekarwo dalam temu kader tim penggerak PKK se-Jatim di atrium City of Tomorrow beberapa waktu lalu. ’’Kabupaten/kota lain hanya satu seperti Blitar dan Madiun. Artinya, Surabaya paling banyak karena jumlah penduduknya juga memang lebih padat,’’ ujar istri gubernur Soekarwo tersebut.

Menurut Nina, faktor penyebab kematian ibu itu sangat banyak. Mulai masalah sosial, budaya, edukasi yang kurang, hingga persoalan ekonomi. Namun, penyebab paling banyak kematian ibu melahirkan adalah preeklampsia (tekanan darah tinggi saat melahirkan).

Selain itu, di Jatim masih cukup banyak daerah yang sangat terpelosok di pedesaan atau jauh dari kota. Begitu juga yang terjadi di Kota Surabaya. Menurut Nina, di Surabaya Utara sejauh ini masih terdapat dukun. Penduduk kawasan tersebut masih sangat percaya pada bantuan dukun daripada tenaga medis ketika melahirkan.

’’Ini sangat mengkhawatirkan. Itu ada di Surabaya bagian utara. Mereka sampai ke dukun dan belum tersentuh medis,’’ ungkapnya.

Untuk kasus semacam itu, lanjut Nina, ternyata bupati maupun wali kota belum mengetahui bahwa wilayah yang dipimpinnya banyak ditemukan kematian ibu melahirkan. ’’Semoga Dinas Kesehatan Surabaya tahu dan segera mengantisipasinya,’’ imbuhnya.

Dia berharap tim penggerak PKK menjadi ujung tombak dalam membantu mengurangi AKI. Salah satunya dengan pendampingan terhadap para ibu yang hendak melahirkan. ’’Program pendampingan ini memang masih baru. Tapi, ini sangat efektif,’’ ujarnya.

Nina mengatakan, jika dilihat dari target Millennium Development Goals (MDgs), sejauh ini AKI di Jatim memang masih on the track. Meski begitu, kasus AKI di Jatim relatif tinggi. Berdasar data Dinkes Jatim, pada 2013 jumlah AKI mencapai 642 jiwa. Setelah program pendampingan oleh kader PKK, data per Agustus 2014, AKI di Jatim turun menjadi 291 jiwa.

’’Jika bisa menurunkan separo saja AKI melalui program ini, artinya berkontribusi besar terhadap penurunan AKI,’’ tambahnya.

Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr Anung Sugihartono MKes mengatakan, memang di beberapa daerah masih banyak dukun bayi. Namun, Kemenkes sudah memiliki solusi. Yakni, memanfaatkan potensi sumber daya masyarakat melalui pendampingan.

’’Jika ada kepercayaan terhadap dukun bayi, kegiatan yang dilakukan adalah mendampingi dukun itu. Bukan menghilangkan dukunnya agar tidak terjadi gejolak,’’ ujarnya.

Saat ini sudah ada pola bidan pendamping dukun (danpinkun). Program tersebut khusus memberikan arahan kepada dukun bayi bagaimana mencuci tangan, menggunakan sarung tangan, dan memotong tali pusar. Kegiatan itu juga merupakan program dinkes di daerah. ’’Tentu nanti kami sampaikan untuk terus memberikan edukasi ke masyarakat melalui program tersebut,’’ jelasnya.

Kepala Dinkes Jatim dr Harsono menambahkan, salah satu kegiatan tim penggerak PKK adalah mendampingi ibu hamil risiko tinggi. Pendampingan itu dilakukan kader pada masa kehamilan sampai masa nifas. Pasalnya, penyebab terbanyak kematian ibu hamil adalah tekanan darah tinggi dan pendarahan. ’’Sebanyak 50 persen karena preeklampsia. Mereka terlambat dibawa ke bidan,’’ katanya.

Harsono menyebutkan, semula kader mendampingi 400 ibu hamil. Saat melahirkan, mereka semua selamat. Kini kader mendampingi 740 ibu hamil. ’’Seluruhnya pun selamat. Rencananya, terus ditambah kader pendampingan posyandu ini,’’ imbuhnya.

Dalam kegiatan temu kader kemarin, juga ada pemberian penghargaan dan motivasi kepada kader posyandu. Khususnya kader pendamping ibu hamil risti. Penghargaan itu diharapkan semakin memacu para kader untuk ikut bekerja sosial demi menekan AKI. (ayu/mas/hud)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/