26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Dicurigai Bikin Onar, Pria Ini Diusir Provost

Amin diamankan personel Polresta Medan karena dicurigai akan bikin onar saat Kapoldasu melakukan kunjungan ke Mapolresta Medan, Rabu (5/11).
Amin diamankan personel Polresta Medan karena dicurigai akan bikin onar saat Kapoldasu melakukan kunjungan ke Mapolresta Medan, Rabu (5/11).

MEDAN- Khawatir akan bikin onar saat kunjungan Kapoldasu ke Polresta Medan, Amin (45), warga Jalan Pukat IV, Mandala, diusir paksa oleh dua personel Provost dari Mapolresta Medan. Pria yang mengenakan kemeja hijau garis-garis dengan celana jeans dan sepatu hitam itu, terpaksa harus dipiting dan digiring provost dari depan ruang SPKT hingga keluar Mapolresta Medan. Sontak, suasana pun menjadi heboh lantaran Amin menjadi pusat perhatian.

Informasi yang dihimpun Sumutpos.co, awalnya Amin datang melalui pintu masuk Mapolresta tanpa ada petugas yang menghalangi. Dengan membawa tas jinjing berwarna hitam, Amin kemudian menuju halaman Mapolresta, tempat acara kegiatan kunjungan Kapoldasu.

Saat berjalan, Amin terlihat seperti ngomel-ngomel sendiri dengan suara yang tak jelas. Tak berapa lama, dia pun duduk di teras ruang tahanan Mapolresta Medan. Petugas yang berjaga di ruang tahanan tampak memantau gerak-gerik Amin. Lantaran dicurigai berpotensi menimbulkan kekacauan jalannya acara kunjungan Kapoldasu, petugas di ruang tahanan menginformasikan kepada provost melalui HT (Handy Talky).

Berselang beberapa menit kemudian, petugas provost pun datang dan menghampiri Amin yang sedang duduk. Petugas kemudian memerintahkannya untuk keluar apabila tidak ada kepentingan.

Karena merasa memiliki kepentingan, Amin bersikukuh bertahan. Namun, tak lama dia akhirnya berdiri dan berjalan keluar Mapolresta Medan. Sesampainya di dekat gedung SPKT, Amin berhenti lagi sambil melihat para personel yang sedang melakukan gladiresik.

Dua petugas provost, yang mengikutinya dari belakang kemudian menghampiri Amin. Petugas pun kembali menegurnya untuk segera keluar dari kantor polisi. Namun, Amin tetap bertahan hingga membuat dua petugas provost tersebut kesal. Petugas itu kemudian memiting Amin dan menggiringnya keluar.

“Masa saya masuk kantor polisi saja enggak boleh. Sudah begitu saya berdiri di situ enggak boleh juga, kan aneh. Ini punya negara, kok malah saya ditarik dan dicekik kayak gitu,” kesal Amin dengan matanya yang melotot saat diwawancarai di luar Mapolresta Medan.

Amin mengaku kedatangannya ke Polresta Medan itu untuk mempertanyakan kasus penganiayaan yang dialaminya. “Saya ke sini bawa berkas kasus saya yang ada di dalam tas. Kenapa sampai sekarang enggak ada perkembangannya,” aku Amin.

Sayangnya, Amin tak bisa menjelaskan lebih rinci perihal kasus penganiayaan yang menimpanya. “Kasus saya terkait penganiayaan yang terjadi 2001 lalu. Tapi sampai sekarang kasusnya mandek,” sebutnya.

Amin pun mengaku, kasus penganiayan terhadap dirinya itu awalnya dilaporkan ke Polda Sumut. Namun, belakangan kasusnya dilimpahkan ke Polresta Medan. (ris)

Amin diamankan personel Polresta Medan karena dicurigai akan bikin onar saat Kapoldasu melakukan kunjungan ke Mapolresta Medan, Rabu (5/11).
Amin diamankan personel Polresta Medan karena dicurigai akan bikin onar saat Kapoldasu melakukan kunjungan ke Mapolresta Medan, Rabu (5/11).

MEDAN- Khawatir akan bikin onar saat kunjungan Kapoldasu ke Polresta Medan, Amin (45), warga Jalan Pukat IV, Mandala, diusir paksa oleh dua personel Provost dari Mapolresta Medan. Pria yang mengenakan kemeja hijau garis-garis dengan celana jeans dan sepatu hitam itu, terpaksa harus dipiting dan digiring provost dari depan ruang SPKT hingga keluar Mapolresta Medan. Sontak, suasana pun menjadi heboh lantaran Amin menjadi pusat perhatian.

Informasi yang dihimpun Sumutpos.co, awalnya Amin datang melalui pintu masuk Mapolresta tanpa ada petugas yang menghalangi. Dengan membawa tas jinjing berwarna hitam, Amin kemudian menuju halaman Mapolresta, tempat acara kegiatan kunjungan Kapoldasu.

Saat berjalan, Amin terlihat seperti ngomel-ngomel sendiri dengan suara yang tak jelas. Tak berapa lama, dia pun duduk di teras ruang tahanan Mapolresta Medan. Petugas yang berjaga di ruang tahanan tampak memantau gerak-gerik Amin. Lantaran dicurigai berpotensi menimbulkan kekacauan jalannya acara kunjungan Kapoldasu, petugas di ruang tahanan menginformasikan kepada provost melalui HT (Handy Talky).

Berselang beberapa menit kemudian, petugas provost pun datang dan menghampiri Amin yang sedang duduk. Petugas kemudian memerintahkannya untuk keluar apabila tidak ada kepentingan.

Karena merasa memiliki kepentingan, Amin bersikukuh bertahan. Namun, tak lama dia akhirnya berdiri dan berjalan keluar Mapolresta Medan. Sesampainya di dekat gedung SPKT, Amin berhenti lagi sambil melihat para personel yang sedang melakukan gladiresik.

Dua petugas provost, yang mengikutinya dari belakang kemudian menghampiri Amin. Petugas pun kembali menegurnya untuk segera keluar dari kantor polisi. Namun, Amin tetap bertahan hingga membuat dua petugas provost tersebut kesal. Petugas itu kemudian memiting Amin dan menggiringnya keluar.

“Masa saya masuk kantor polisi saja enggak boleh. Sudah begitu saya berdiri di situ enggak boleh juga, kan aneh. Ini punya negara, kok malah saya ditarik dan dicekik kayak gitu,” kesal Amin dengan matanya yang melotot saat diwawancarai di luar Mapolresta Medan.

Amin mengaku kedatangannya ke Polresta Medan itu untuk mempertanyakan kasus penganiayaan yang dialaminya. “Saya ke sini bawa berkas kasus saya yang ada di dalam tas. Kenapa sampai sekarang enggak ada perkembangannya,” aku Amin.

Sayangnya, Amin tak bisa menjelaskan lebih rinci perihal kasus penganiayaan yang menimpanya. “Kasus saya terkait penganiayaan yang terjadi 2001 lalu. Tapi sampai sekarang kasusnya mandek,” sebutnya.

Amin pun mengaku, kasus penganiayan terhadap dirinya itu awalnya dilaporkan ke Polda Sumut. Namun, belakangan kasusnya dilimpahkan ke Polresta Medan. (ris)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/