25 C
Medan
Tuesday, November 26, 2024
spot_img

Nurdin Halid Bohong

Hasil Penelusuran Dubes RI di Swiss: Nurdin Halid Bohong

JAKARTA-Duta Besar Republik Indonesia di Swiss, Djoko Susilo menyatakan, Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia Nurdin Halid selama ini telah melakukan kebohongan ke publik.

Kebohongan yang dimaksud yaitu FIFA pada Juni 2007 lalu sebenarnya sudah melarang Nurdin menjadi Ketua Umum PSSI, karena sudah pernah diputuskan bersalah oleh pengadilan dan dihukum. FIFA dalam suratnya ke PSSI juga meminta PSSI melakukan pemilihan ulang Ketua Umum PSSI. “Tapi Nurdin dan petinggi PSSI lainnya menyembunyikan isi surat FIFA itu dan tetap menjabat hingga sekarang. Ini tindakan kebohongan, ini sudah kriminal sebenarnya,” kata Djoko kepada wartawan, Kamis (3/3).

Dengan isi surat FIFA yang seperti itu, kata Djoko, seharusnya pengurus PSSI sekarang tidak sah atau telah dianulir FIFA sejak 2007. “Seharusnya kan ada pemilihan ulang, tapi PSSI tidak melakukan itu tahun 2007 lalu,” ujarnya.
Djoko mengatakan dengan terkuaknya kebohongan PSSI ini, seharusnya Nurdin dan Nugraha Besoes bisa digugat. “Mereka sudah tahu ada surat FIFA Juni 2007 yang isinya seperti itu, tapi kenapa didiamkan, tidak dilaksanakan? Kenapa pengurus PSSI menyembunyikan adanya perintah pemilihan ulang? Pemilihan 2007 itu tidak sah,” kata Djoko.

Menurut Djoko, FIFA selama ini hanya mendapat informasi sepihak dari PSSI saja mengenai sepak bola di Tanah Air dan segala permasalahannya. FIFA tidak pernah mendengar informasi dari pihak lain. “Pantas saja orang-orang PSSI kalau ke Zurich (Markas FIFA di Swiss) selama ini tidak berkoordinasi dengan Kedutaan Besar RI di Swiss. Jadi seperti ada yang mereka tutupi, tidak seperti pengurus cabang olahraga lainnya yang koordinasi dengan kami,” ujarnya.

Djoko mengatakan pekan depan ia sudah menjadwalkan bertemu dengan Presiden FIFA Sepp Blatter untuk mengadukan Nurdin Cs atas perbuatannya selama ini. “Saya setuju dengan Menpora untuk meluruskan penyimpangan di tubuh PSSI, ini bukan intervensi pemerintah,” kata Djoko.

Sementara itu, Ketua DPR dari Fraksi Partai PDI-P, Pramono Anung mengatakan tangis yang dikeluarkan oleh Ketua Umum PSSI Nurdin Halid ketika rapat dengan Komisi X DPR, Selasa (1/3) lalu, kurang panjang. Akibatnya, kata Pram, dukungan yang dia peroleh dari masyarakat persepakbolaan Indonesia kurang optimal.

“Tangisnya Nurdin Halid kurang panjang hingga dukungan dari masyarakat sepakbola kurang optimal. Tapi lumayanlah, agak banyak,” kata Pramono Anung, di Akbar Tandjung Institute, Jakarta Selatan, Kamis (3/3). Kalau saja Nurdin bisa menangis lebih panjang dan mengeluarkan air mata lebih banyak, pasti keadaan sudah berubah dan Nurdin dapat dukungan secara signifikan. “Tapi karena tanggung dalam memerankan sebagai pihak yang dizalimi, ya, itulah hasilnya,” ungkap Pramono.

Lebih lanjut, Pramono menilai Nurdin Halid sesungguhnya sudah mengerti betul psikologi rakyat Indonesia yang sangat gampang tersentuh dengan memasang wajah sedih apalagi berurai air-mata. “Namun, barangkali Nurdin kurang latihan untuk memerankan pihak yang dizalimi hingga peran yang yang dia lakoni belum total,” imbuh mantan Sekjen PDI-P itu.

Selain itu, Pramono yakin betul bahwa mayoritas masyarakat Indonesia telah lupa dengan kasus hukum yang pernah menimpa Nurdin terkait kasus pengadaan minyak goreng, kerja sama antara Koperasi Distribusi Indonesia (KDI) dengan Bulog, hingga Nurdin dipidana penjara.  “Saya yakin, mayoritas masyarakat Indonesia lupa bahwa Nurdin Halid pernah tersangkut kasus hukum divonis dua tahun penjara oleh Mahkamah Agung (MA) karena secara sah dan meyakinkan dia telah melakukan tindak pidana korupsi dalam pengadaan minyak goreng,” tukas Pramono. (fas/net/jpnn)

 

Hasil Penelusuran Dubes RI di Swiss: Nurdin Halid Bohong

JAKARTA-Duta Besar Republik Indonesia di Swiss, Djoko Susilo menyatakan, Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia Nurdin Halid selama ini telah melakukan kebohongan ke publik.

Kebohongan yang dimaksud yaitu FIFA pada Juni 2007 lalu sebenarnya sudah melarang Nurdin menjadi Ketua Umum PSSI, karena sudah pernah diputuskan bersalah oleh pengadilan dan dihukum. FIFA dalam suratnya ke PSSI juga meminta PSSI melakukan pemilihan ulang Ketua Umum PSSI. “Tapi Nurdin dan petinggi PSSI lainnya menyembunyikan isi surat FIFA itu dan tetap menjabat hingga sekarang. Ini tindakan kebohongan, ini sudah kriminal sebenarnya,” kata Djoko kepada wartawan, Kamis (3/3).

Dengan isi surat FIFA yang seperti itu, kata Djoko, seharusnya pengurus PSSI sekarang tidak sah atau telah dianulir FIFA sejak 2007. “Seharusnya kan ada pemilihan ulang, tapi PSSI tidak melakukan itu tahun 2007 lalu,” ujarnya.
Djoko mengatakan dengan terkuaknya kebohongan PSSI ini, seharusnya Nurdin dan Nugraha Besoes bisa digugat. “Mereka sudah tahu ada surat FIFA Juni 2007 yang isinya seperti itu, tapi kenapa didiamkan, tidak dilaksanakan? Kenapa pengurus PSSI menyembunyikan adanya perintah pemilihan ulang? Pemilihan 2007 itu tidak sah,” kata Djoko.

Menurut Djoko, FIFA selama ini hanya mendapat informasi sepihak dari PSSI saja mengenai sepak bola di Tanah Air dan segala permasalahannya. FIFA tidak pernah mendengar informasi dari pihak lain. “Pantas saja orang-orang PSSI kalau ke Zurich (Markas FIFA di Swiss) selama ini tidak berkoordinasi dengan Kedutaan Besar RI di Swiss. Jadi seperti ada yang mereka tutupi, tidak seperti pengurus cabang olahraga lainnya yang koordinasi dengan kami,” ujarnya.

Djoko mengatakan pekan depan ia sudah menjadwalkan bertemu dengan Presiden FIFA Sepp Blatter untuk mengadukan Nurdin Cs atas perbuatannya selama ini. “Saya setuju dengan Menpora untuk meluruskan penyimpangan di tubuh PSSI, ini bukan intervensi pemerintah,” kata Djoko.

Sementara itu, Ketua DPR dari Fraksi Partai PDI-P, Pramono Anung mengatakan tangis yang dikeluarkan oleh Ketua Umum PSSI Nurdin Halid ketika rapat dengan Komisi X DPR, Selasa (1/3) lalu, kurang panjang. Akibatnya, kata Pram, dukungan yang dia peroleh dari masyarakat persepakbolaan Indonesia kurang optimal.

“Tangisnya Nurdin Halid kurang panjang hingga dukungan dari masyarakat sepakbola kurang optimal. Tapi lumayanlah, agak banyak,” kata Pramono Anung, di Akbar Tandjung Institute, Jakarta Selatan, Kamis (3/3). Kalau saja Nurdin bisa menangis lebih panjang dan mengeluarkan air mata lebih banyak, pasti keadaan sudah berubah dan Nurdin dapat dukungan secara signifikan. “Tapi karena tanggung dalam memerankan sebagai pihak yang dizalimi, ya, itulah hasilnya,” ungkap Pramono.

Lebih lanjut, Pramono menilai Nurdin Halid sesungguhnya sudah mengerti betul psikologi rakyat Indonesia yang sangat gampang tersentuh dengan memasang wajah sedih apalagi berurai air-mata. “Namun, barangkali Nurdin kurang latihan untuk memerankan pihak yang dizalimi hingga peran yang yang dia lakoni belum total,” imbuh mantan Sekjen PDI-P itu.

Selain itu, Pramono yakin betul bahwa mayoritas masyarakat Indonesia telah lupa dengan kasus hukum yang pernah menimpa Nurdin terkait kasus pengadaan minyak goreng, kerja sama antara Koperasi Distribusi Indonesia (KDI) dengan Bulog, hingga Nurdin dipidana penjara.  “Saya yakin, mayoritas masyarakat Indonesia lupa bahwa Nurdin Halid pernah tersangkut kasus hukum divonis dua tahun penjara oleh Mahkamah Agung (MA) karena secara sah dan meyakinkan dia telah melakukan tindak pidana korupsi dalam pengadaan minyak goreng,” tukas Pramono. (fas/net/jpnn)

 

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/