NEW DELHI, SUMUTPOS.CO – Tahun ini adalah tahun bagi perempuan di Bollywood. Beberapa film terlaris dalam industri film yang sangat produktif di India itu tahun ini memiliki tokoh utama perempuan dalam kisah-kisah berorientasi perempuan.
Dalam film yang tak disangka-sangka laris musim panas ini, “Queen,” Kangana Ranaut adalah tokoh pemberani yang berbulan madu seorang diri setelah ditinggalkan tunangannya sehari sebelum menikah.
Dalam “Mary Kom,” Priyanka Chopra bermain sebagai petinju peraih medali perunggu Olimpiade. Sebelumnya, perempuan-perempuan diberi peran sebagai pacar, ibu atau saudara perempuan tokoh utama dalam peran-peran patuh yang merefleksikan dominasi tradisional laki-laki dalam masyarakat India.
Namun untuk semua keberhasilan box-office dan popularitas baru yang mengemuka, aktris-aktris Bollywood bertanya-tanya: Ke mana uangnya?
Bintang-bintang top pria, seperti tiga Khan — Salman, Shah Rukh dan Aamir — serta bintang film laga Akshay Kumar, berpenghasilan 400 juta rupee (US$6.7 juta) per film rata-rata, dan itu tidak termasuk bagian dari keuntungan, menurut ahli-ahli industri.
Aktris-aktris papan atas seperti Deepika Padukone dan Katrina Kaif mendapat honor sepersepuluh dari itu per film. Ketika Padukone mendapat 70 juta rupee ($1,1 juta), hal itu menjadi berita karena merupakan salah satu jumlah terbesar untuk tokoh utama perempuan.
Para aktris mulai bersuara mengenai perbedaan yang sangat besar itu.
“Saya tidak begitu paham mengapa kami dibayar lebih rendah dari para aktor karena kami memberikan upaya yang sama dan pada tahun-tahun belakangan ini aktris-aktris terbukti dapat menghasilkan film laris. Kami pantas mendapatkan honor yang lebih baik, sama dengan yang didapat para aktor,” ujar bintang yang sedang menanjak, Aditi Rao Hydari.
Momentumnya mulai tahun lalu, ketika perempuan ditampilkan secara menonjol dalam beberapa film sukses. Hal itu memaksa para sutradara dan produser untuk berpikir ulang mengenai peran-peran untuk para aktris. Melihat keberhasilan genre yang baru muncul ini, studio-studio terlihat lebih percaya diri untuk memproduksi film-film berorientasi perempuan dengan tokoh utama dimainkan oleh perempuan, bukan laki-laki.
Aktris Bollywood Sonam Kapoor di karpet merah untuk pemutaran film ‘The Great Gatsby’ dan festival film Cannes, Mei 2013.Aktris Bollywood Sonam Kapoor di karpet merah untuk pemutaran film ‘The Great Gatsby’ dan festival film Cannes, Mei 2013.
Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa film seperti itu yang dibintangi aktris-aktris Kaif, Padukone dan Ranaut serta Priyanka Chopra dan Vidya Balan telah melampaui pendapatan 1 miliar rupee ($17 juta) yang umumnya dianggap laris di Bollywood, yang mendapat namanya dari Bombay, nama lama Mumbai, tempat sebagian besar studio berada.
Bagian dari perubahan ini merefleksikan daya beli lebih besar dari perempuan-perempuan India, yang bergabung dengan lapangan kerja, menghasilkan lebih banyak uang dan ingin melihat film-film yang dibintangi perempuan dalam cerita yang relevan dengan mereka — bukan laga atau fantasi, dengan perempuan hanya sebagai bunga-bunga penghias bagi penonton pria.
Dan meski film-film berorientasi perempuan juga laris di box office, film-film konvensional dengan bintang-bintang pria papan atas masih menjadi penghasil uang terbanyak.
Namun perubahan dalam penonton juga membantu menumbuhkan industri film India, salah satu yang terbesar di dunia, yang menghasilkan sekitar 1.000 film per tahun. Penghasilan meningkat lebih dari 10 persen dalam 10 tahun terakhir menjadi lebih dari $3,5 miliar pada 2012. Pendapatan Hollywood pada tahun yang sama adalah sekitar $10,8 miliar.
“Situasi akan menjadi lebih baik mulai sekrang karena perubahan dalam penonton. Kita bergerak menuju masyarakat yang memiliki lebih banyak perempuan yang berpendidikan dan bekerja. Mereka ingin melihat perempuan-perempuan kuat di layar,” ujar Ranaut.
Penonton di India bertepuk tangan dan memberikan aplus saat karakter yang dimainkan Ranaut bepergian sendiri ke Eropa, dan menolak permintaan tunangannya untuk kembali padanya.
FENOMENA GLOBAL
Para ahli mengatakan perbedaan honor antara bintang pria dan perempuan adalah fenomena global, menurut para ahli.
Di Hollywood, usia memainkan faktor signifikan, dan aktris-aktris berusia 20an pada umumnya berpenghasilan lebih dari kolega-kolega pria mereka. Namun secara umum, aktor-aktor berpenghasilan tertinggi di film-film Amerika mendapat honor dua kali lipat dari bintang-bintang perempuan.
Perempuan juga mendapat peran lebih sedikit. Sebuah studi baru-baru ini oleh PBB mengenai penggambaran perempuan di film populer di 11 pasar film terbesar di dunia termasuk India menunjukkan bahwa kurang dari seperempat peran yang kebagian dialog dimainkan oleh perempuan.
Karena aktor-aktor India dibayar lebih tinggi dan lebih mapan, mereka juga bisa mengambil risiko lebih tinggi. Semakin banyak dari mereka yang menuntut bagian dari laba dan hak distribusi film, sementara bintang-bintang perempuan lebih suka opsi yang lebih aman dengan honor borongan, ujar analis film Taran Adarsh.
“Para aktris mungkin berpikir, bagaimana jika filmnya gagal? Jika itu terjadi maka ia bahkan tidak mendapat nilai pasar biasa,” ujarnya.
Adarsh yakin tuntutan para aktris untuk honor yang lebih tinggi itu sah, tapi faktor-faktor lain seperti popularitas dan jejak rekam juga berpengaruh dalam kontrak.
“Jika sang aktris berhasil, dan filmnya laris, popularitasnya menanjak, banyak film laris yang dibintanginya, maka ia dapat menuntut yang lebih baik,” ujarnya.
Kesenjangan honor di India akan menyempit saat film-film mengenai perempuan menjadi lebih populer, menurut Chopra, aktris papan atas dalam film petinju “Mary Kom.” (AP)