MEDAN, SUMUTPOS.CO – Anda penggila durian? Sebaiknya Anda tak melewatkan acara promosi wisata yang digelar Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) di Lapangan Benteng pada 6-7 Desember 2014 mendatang. Pasalnya, 8 ton buah durian bakal disuguhkan secara gratis sebagai santapan.
Menurut E. Marbun, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Sumut, festival durian yang pertama kali digelar Pemprovsu tersebut merupakan rangkaian acara penutup akhir tahun 2014.
Dijelaskannya, festival ini pun merupakan hasil kerjasama antara Pemprovsu dengan beberapa pihak swasta. Nantinya, 1 orang akan mendapatkan jatah 1 buah durian. Jika ingin yang kedua, maka masyarakat harus membayar Rp50ribu. Hal ini diterapkan untuk mengontrol masyarakat agar tidak berlebihan menikmati durian.
“Kita takut juga nanti kalau dia makan kebanyakan malah tidak baik untuk kesehatan. Jadi nanti ada buah durian dari beberapa Kabupaten/Kota di Sumut. Nggak cuma makan durian, nanti ada 10 both pemerintah di sana yang akan bercerita tentang durian mulai dari bibit, penanaman durian, pemanenan, arti durian, makanan dari durian, dan lainnya,” ungkapnya sembari mengatakan untuk festival durian sendiri akan dilaksanakan pada Sabtu malam, 6 Desember 2014.
Dikatakan E.Marbun, nantinya di pagi harinya akan ada becak bermotor (betor) yang berhiaskan buah durian berkeliling kota Medan membawa turis lokal dan luar negeri yang menginap di salah satu hotel di kota Medan. Namun untuk keseluruhan acara secara detilnya akan disampaikannya setelah pihaknya melakukan komunikasi dengan Gubernur Sumut pada 1 Desember mendatang.
“Jadi target kita 100 betor dihias seperti buah durian. Lalu akan berkeliling kota Medan bersama turis-turis yang menginap di Medan. Rutenya ada, tapi belum bisa kita publish,” ungkapnya.
Di tanggal 6-7 Desember pun, E. Marbun mengatakan ada 3 persembahan spesial, yaitu refleksi akhir tahun, pameran budaya dan industri kreatif. Refleksi akhir tahun ini nantinya akan menghadirkan semua seniman Sumut untuk berdiskusi santai sambil makan kacang dan minum kopi. Diharapkan dari diskusi tersebut akan diketahui apa kekurangan dan hambatan yang dialami para seniman selama ini. Sehingga hal tersebut dapat menjadi tolok ukur agar dapat memacu kembali semangat para seniman untuk berkreasi.
“Selain itu, museum budaya dari 33 Kabupaten/Kota di Sumut juga akan ditampilkan. Ntah itu baju adatnya, tariannya, atau lainnya. Acara selanjutnya adalah insdutri kreatif yang akan menghadirkan UKM serta pelaku industri lainnya di Sumut,” ungkapnya sembari mengatakan pada tanggal 6-7 Desember pihaknya meminta hotel yang ada di kota Medan menurunkan tarifnya beberapa persen.
Nantinya pun akan ada 8 negara asing yang akan mengisi di acara tersebut. Namun hingga saat ini, baru 5 negara yang setuju mengisi acara tersebut, seperti Polandia, Amerika, Jepang, Cina, dan Malaysia. Sementara sisanya seperti Thailand, Australia, dan Arab masih ditunggu.
“Jadi nanti negara asing ini juga memamerkan seni dan budaya dari negara mereka masing-masing. Kita siapkan both. Selain itu ada juga kita tampilkan juga 8 etnis budaya di Sumut,” ungkapnya.
Pria yang baru dilantik pada 15 Agustus 2014 lalu ini mengatakan event ini bertujuan untuk merangsang munculnya event lainnya di Sumut untuk menonjolkan kepariwisataan Sumut. Sehingga Sumut akan dapat terpromosikan lewat event-event yang diselenggarakan.
“Kita sangat tertinggal jauh dari kota lainnya di Indonesia. Di Bali bulan Oktober kemarin saja sudah berhasil mendatangkan wisatawan sebanyak 2,5juta. Sementara di Sumut baru 226 ribu saja. Kenapa bisa begini? Kita punya Danau Toba yang destinasinya luar biasa. Tapi tidak ada event disana. Inilah yang buat wisatawan enggan kesana,” ujarnya.
Untuk itu pihaknya sangat membutuhkan dukungan dari pemerintah Kabupaten/Kota. Dirinya menyebutkan otonomi daerah yang diterapkan kepada Kabupaten/Kota tak bisa diterapkan untuk persoalan kebudayaan dan masyarakat. Untuk itu mulai saat ini pihaknya akan meminta setiap Kab/Kota mengkoordinasikan setiap event yang diselenggarakan. Sehingga nantinya Disbudpar Sumut dapat menjadikannya kalender event tahunan.
“Sekarang ini kita harus promosi, promosi, dan promosi Sumut. Tapi nggak bisa kalau tidak didukung pihak Kab/Kota. Memang kita punya aturan otonom, tapi kalau bicara kebudayaan dan masyarakat nggak bisa otonom. Ego sektoral harus diputuskan. Kita juga nggak mau makan anggaran aja tapi harus kasih pemasukan,” bebernya.
Maka dari itu pihaknya juga telah memanggil Perhimpunan Pariwisata Indonesia (PPI) untuk menata perlakuan Pemprovsu terhadap wisatawan. Sebab wisatawan adalah layaknya tamu agung yang datang ke rumah sendiri. Bahkan E.Marbun pun telah membuat kesepakatan bersama dengan pelaku travel agar tidak membuat tarif sembarang. Tak hanya itu dirinya juga berkoordinasi dengan pihak angkasa pura agar benar-benar memberikan kenyamanan bagi wisatawan.
“Gubernur berpesan bahwa wisatawan adalah hula-hulanya. Tamu agung yang datang ke rumahnya. Ada Filosofi batak yang harusnya dipakai dalam penyambutan wisatawan. Begini bunyinya ‘hatus dalian natolu somba marhula-hula manat mardongan tubuh elek marboru’ (filosofi hormat kepada keluarga pihak istri, bersikap berhati-hati kepada teman semarga dan bersikap mengayomi’. Tapi filosofi ini nggak dipakai untuk tamu yang datang ke kita,” ujarnya. (win/bd)