SUMUTPOS.CO- Pencarian puluhan kru kapal, termasuk 32 awak asal Indonesia yang hilang, masih dilakukan menyusul tenggelamnya kapal Korea Selatan di Laut Bering, Rusia, Senin (01/12) kemarin.
Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Moskow hari ini mengirim dua staf mereka untuk ikut membantu identifikasi korban selamat.
“Angka masih terus bisa berubah karena upaya pencarian terus berlangsung, kami menunggu angka resmi dari pemerintah Rusia hari ini,” kata Yul Edison, staf KBRI Moskow, kepada BBC Indonesia.
Sebelumnya diberitakan ada delapan orang yang berhasil diselamatkan, terdiri dari tiga WNI, tiga Filipina, satu Rusia, dan satu Korea. Namun satu warga Korea yang diselamatkan meninggal dunia.
Staf KBRI Moskow diharapkan tiba di lokasi kejadian malam ini atau besok. “Jarak cukup jauh, membutuhkan sembilan jam ke Vladivostok, dan harus menggunakan transportasi lain menuju lokasi di bagian timur laut,” katanya.
Hingga saat ini upaya penyelamatan lanjutan belum berbuah hasil, dan otoritas di Korea Selatan khawatir jumlah korban tewas akan tinggi karena cuaca buruk menghambat pencarian, kantor berita AP melaporkan.
Verifikasi
Kapal penangkap ikan Oryong 501 memuat 60 awak dalam kapal, terdiri dari 35 warga Indonesia, 13 dari Filipina, 11 warga Korea Selatan, dan satu orang merupakan inspektur asal Rusia.
KBRI di Seoul mengkonfirmasi bahwa ada 35 WNI yang bekerja di kapal tersebut. Mereka diketahui diberangkatkan ke Korea secara resmi melalui setidaknya empat agen penyalur Indonesia.
“Kami masih melakukan verifikasi dan mencocokan identitas mereka,” kata Cecep Herawan, Wakil Kepala KBRI Seoul.
Saat ini terdapat 32.622 buruh migran asal Indonesia di Korea Selatan, dan sekitar 3.499 di antaranya bekerja sebagai kru kapal, data KBRI Seoul.
Lembaga pemerhati buruh migran Indonesia, Migrant Care mengatakan banyak kru kapal asal Indonesia bekerja dalam kondisi kapal yang tidak layak sehingga menjadi korban kecelakaan.
“Kategori kapal apa yang pantas untuk mereka bekerja tidak ditentukan oleh pemerintah maupun agen penyalur,” kata Syaiful Anas, staf advokasi Migrant Care. (BBC)