26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Rumah Hancur, Dua Karyawan PTPN Dibacok

Foto: Bambang/PM Karyawan PTPN II melakukan okuvasi di lahan eks HGU PTPN.
Foto: Bambang/PM
Karyawan PTPN II melakukan okuvasi di lahan eks HGU PTPN.

BINJAI, SUMUTPOS.CO – Darah kembali tumpah di arel lahan eks HGU PTPN II. Dua karyawan PTPN terkena sabetan kelewang dan menderita luka tikaman dalam bentrokan di Pasar V, Desa Tandem Hulu II, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang, Senin (5/1).

Bentrokan yang sudah kesekian kali itu berawal saat ratusan karyawan PTPN II datang ke lokasi ingin melakukan okupasi lahan yang sudah ditanami warga sekitar. Mereka menggunakan sebo dengan dibekali senjata tajam dan bambu serta rotan.

Melihat itu, warga mencoba melakukan penghadangan karena tidak ingin tanaman mereka dirusak. Dengan menggunakan alat seadanya dan berbagai sajam lain untuk bertani mereka juga mencoba melakukan perlawanan guna mempertahankan lahan sengketa eks Hak Guna Usaha (HGU) PTPN II seluas 70 hektar yang berada di sekitaran Pasar V, Tandem.

Cekcok mulut terjadi di antara kedua belah pihak karena sama-sama mengklaim memiliki alas hak. Sayang, pengamanan yang kurang dari aparat kepolisian membuat situasi tak terkendali hingga berujung dengan saling serang.

Keduanya saling lempar batu, sehingga membuat rumah di sekitar lokasi bentrok menjadi sasaran dan rusak terkena lemparan batu. Hal inipun membuat warga sekitar yang mendiami rumah berteriak histeris ketakutan.

Mereka pun berlarian keluar rumah guna menyelamatkan diri dari serangan lemparan batu. Tidak sampai disitu, bentrok kembali meluas dan terlibat pertempuran kedua belah pihak dengan menggunakan sajam yang mereka pegang masing-masing.

Akibatnya, dua orang di antaranya bernama Rido (49) dari pihak perkebunan terkena sabetan kelewang di bagian kepala serta leher dan tikaman sajam di bagian punggung. Demikian juga dengan rekanya Poniman (43) mengalami luka dibagian kepala akibat lemparan batu. Kini keduanya dirawat di rumah sakit Bangkatan Binjai.

Demikian juga korban dari kelompok tani yakni Edi Mulyo (45) mengalami luka lebam di dada akibat lemparan batu, Junaidi (42) mengalami luka pukulan rotan di kepala hingga bocor dan Pargiok (60) mengalami luka di bagian tangan akibat pukulan rotan.

Bentrok akhirnya mereda setelah seratusan personel aparat kepolisian dan TNI dari Kodim 0203/ Langkat turun ke lokasi. Perlahan-lahan petani penggarap dan pihak karyawan PTPN II mundur meski sempat terjadi cekcok dan saling acung senjata antara dua kubu di hadapan petugas.

Mengantisipasi bentrok susulan, personel kepolisian mengamankan senjata tajam dan rotan serta bambu yang digunakan petani maupun karyawan perkebunan. Dari tangan kedua kubu diamankan puluhan senjata tajam dan senjata lainnya.

Kini yang tersisa akibat bentrok, hanya rumah yang hancur dan beberapa orang terluka. Hingga kini beberapa orang dari kedua belah pihak tampak diperiksa oleh petugas kepolisian Polres Binjai. Sementara, pasca bentrok aparat kepolisian masih terlihat berjaga di sekitar lokasi.

Kasat Reskrim AKP Hennry Tambunan, enggan berkomentar terkait bentrok yang terjadi apakah ada pihaknya melakukan pengamanan dari dua belah pihak. Dirinya beralasan capek saat hendak dijumpai guna mempertanyakan langkah-langkah hukum yang akan diambil kepada dua belah pihak.

 

HINGGA TITIK DARAH TERAKHIR

Selama belum ada kejelasan mengenai lahan eks HGU PTPN II dari pemerintah setempat. Tidak menutup kemungkinan akan terus terjadi korban jiwa. Bahkan tidak menutup kemungkinan akan kembali korban tewas akibat pertumpahan darah meski petugas turun guna mengamankan situasi.

Seperti yang diutarakan Edi Waluyo, selaku ketua kelopok tani kalau pihak masyarakat akan terus bertahan hingga titik dara terakhir. Namun mereka mengakui, tidak akan memulai pertempuran jika tidak terdesak seperti yang terjadi saat ini.

“Sampai kapanpun akan kami pertahankan hak kami. Sudah jelas, kami memiliki alas hak yang sangat jelas. Sementara pihak PTPN II sudah tidak memiliki HGU lagi,” terang Edi, mengklaim kepemilikan lahan perjuangan mereka.

Diorinay juga mengakui, kalau pihak masyarakat sejauh ini hanya melakukan pertahanan guna membela diri. Ini dibuktikan dengan kedatangan ratusan pihak karyawan PTPN II dengan mengendarai 3 truk milik mereka.

“Sudah jelas kok kita bertahan. Kalian lihat sendiri siapa yang mendatangi dengan menggunakan senjata. Mereka duluankan, intinya kami hanya bertahan dan mudah-mudahan kami hanya mengalami luka ringan,” terang dia yang kini masih menjalani pemeriksaan di Polres Binjai.

Sayangnya, hingga kini pihak PTPN II Tandam engan memberikan komentar terkait kejadian. Beberapa orang yang diperiksa mengakui tidak mengetahui persis permasalahan yang terjadi. Menurut mereka, kalau mereka hanya menjalankan tugas dan mengambil hak mereka.

“Aduh, gak tahu kami. Kami hanya menjalankan tugas saja bang. Intinya ada kawan kami yang terluka,” aku beberapa karyawan yang menjalani pemeriksaan di Polres Binjai sembari berlalu.

Sementara Kapolres Binjai AKBP Marcellino Sampouw SH Sik menyatakan, bahwa semua senjata sudah diamankan dan pihaknya masih terus melkakukan pendalaman terkait kasus ini. Sebab, menurutnya, kalau izin okupasi yang direncanakan pihak PTPN dilahan sengketa masih belum jelas dan masih diselidiki.

 

Foto: Bambang/PM Wartawan TV, Erwin, memakai helm, ditendang karyawan PTPN II dalam bentrokan memperebutkan lahan eks HGU PTPN II.
Foto: Bambang/PM
Wartawan TV, Erwin, memakai helm, ditendang karyawan PTPN II dalam bentrokan memperebutkan lahan eks HGU PTPN II.

WARTAWAN DITENDANG, KAMERA DIRAMPAS

Sikap arogansi sangat kontras ditunjukan karyawan PTPN II yang hendak melakukan okupasi. Mereka yang memakai sebo bahkan menyerang wartawan dan melakukan penganiayaan terhadap wartawan televisi bernama Erwin Syahputra.

Diceritakan Erwin, ketika itu dirinya turun ke lokasi guna melakukan peliputan. Naas baginya, ketika terjadi bentrok dan cekcok mulut terjadi. Erwin, mengangkat kamera menjalankan tugas sesuai profesinya. “Biasalah, aku kan mau ambil gambar,” kata Erwin.

Namun, ketika kamera diangkat dan di lehernya tergantung ID Card. Beberapa karyawan PTPN II yang mengenakan sebo dan baju hitam liris merah serta mengenakan celana biru menghampirinya. Dia langsung menjadi bulan-bulanan dari karyawan yang terlihat arogan. “Mereka langsung memepetku ramai-ramai,” aku dia.

Mulai dari tunjangan hingga cekikan dan perampasan kamera dilakukan pria bertubuh kekar dan bersebo tersebut. Beruntung, petugas kepolisian berpakaian preman yang mengenalnya langsung menyelamatkan. “Macam lah perlakuan mereka, ada yang menunjang ada juga yang mau merampas kamera ku dan ada yang mencekik,” terang pria bertubuh tambun ini.

Namun tetap saja, meski sudah mengatakan kalau yang mereka serang adalah wartawan. Puluhan karyawan ini terus melakukan penyerangan dan hingga akhinya aparat kepolisian berhasil menyelamatkannya dari keganasan karyawan. “Sudah teriak aku kalau aku wartawan, ID Card juga sudah aku gantungkan,” cetus pria berkepala plontos ini. (bam/bd)

Foto: Bambang/PM Karyawan PTPN II melakukan okuvasi di lahan eks HGU PTPN.
Foto: Bambang/PM
Karyawan PTPN II melakukan okuvasi di lahan eks HGU PTPN.

BINJAI, SUMUTPOS.CO – Darah kembali tumpah di arel lahan eks HGU PTPN II. Dua karyawan PTPN terkena sabetan kelewang dan menderita luka tikaman dalam bentrokan di Pasar V, Desa Tandem Hulu II, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang, Senin (5/1).

Bentrokan yang sudah kesekian kali itu berawal saat ratusan karyawan PTPN II datang ke lokasi ingin melakukan okupasi lahan yang sudah ditanami warga sekitar. Mereka menggunakan sebo dengan dibekali senjata tajam dan bambu serta rotan.

Melihat itu, warga mencoba melakukan penghadangan karena tidak ingin tanaman mereka dirusak. Dengan menggunakan alat seadanya dan berbagai sajam lain untuk bertani mereka juga mencoba melakukan perlawanan guna mempertahankan lahan sengketa eks Hak Guna Usaha (HGU) PTPN II seluas 70 hektar yang berada di sekitaran Pasar V, Tandem.

Cekcok mulut terjadi di antara kedua belah pihak karena sama-sama mengklaim memiliki alas hak. Sayang, pengamanan yang kurang dari aparat kepolisian membuat situasi tak terkendali hingga berujung dengan saling serang.

Keduanya saling lempar batu, sehingga membuat rumah di sekitar lokasi bentrok menjadi sasaran dan rusak terkena lemparan batu. Hal inipun membuat warga sekitar yang mendiami rumah berteriak histeris ketakutan.

Mereka pun berlarian keluar rumah guna menyelamatkan diri dari serangan lemparan batu. Tidak sampai disitu, bentrok kembali meluas dan terlibat pertempuran kedua belah pihak dengan menggunakan sajam yang mereka pegang masing-masing.

Akibatnya, dua orang di antaranya bernama Rido (49) dari pihak perkebunan terkena sabetan kelewang di bagian kepala serta leher dan tikaman sajam di bagian punggung. Demikian juga dengan rekanya Poniman (43) mengalami luka dibagian kepala akibat lemparan batu. Kini keduanya dirawat di rumah sakit Bangkatan Binjai.

Demikian juga korban dari kelompok tani yakni Edi Mulyo (45) mengalami luka lebam di dada akibat lemparan batu, Junaidi (42) mengalami luka pukulan rotan di kepala hingga bocor dan Pargiok (60) mengalami luka di bagian tangan akibat pukulan rotan.

Bentrok akhirnya mereda setelah seratusan personel aparat kepolisian dan TNI dari Kodim 0203/ Langkat turun ke lokasi. Perlahan-lahan petani penggarap dan pihak karyawan PTPN II mundur meski sempat terjadi cekcok dan saling acung senjata antara dua kubu di hadapan petugas.

Mengantisipasi bentrok susulan, personel kepolisian mengamankan senjata tajam dan rotan serta bambu yang digunakan petani maupun karyawan perkebunan. Dari tangan kedua kubu diamankan puluhan senjata tajam dan senjata lainnya.

Kini yang tersisa akibat bentrok, hanya rumah yang hancur dan beberapa orang terluka. Hingga kini beberapa orang dari kedua belah pihak tampak diperiksa oleh petugas kepolisian Polres Binjai. Sementara, pasca bentrok aparat kepolisian masih terlihat berjaga di sekitar lokasi.

Kasat Reskrim AKP Hennry Tambunan, enggan berkomentar terkait bentrok yang terjadi apakah ada pihaknya melakukan pengamanan dari dua belah pihak. Dirinya beralasan capek saat hendak dijumpai guna mempertanyakan langkah-langkah hukum yang akan diambil kepada dua belah pihak.

 

HINGGA TITIK DARAH TERAKHIR

Selama belum ada kejelasan mengenai lahan eks HGU PTPN II dari pemerintah setempat. Tidak menutup kemungkinan akan terus terjadi korban jiwa. Bahkan tidak menutup kemungkinan akan kembali korban tewas akibat pertumpahan darah meski petugas turun guna mengamankan situasi.

Seperti yang diutarakan Edi Waluyo, selaku ketua kelopok tani kalau pihak masyarakat akan terus bertahan hingga titik dara terakhir. Namun mereka mengakui, tidak akan memulai pertempuran jika tidak terdesak seperti yang terjadi saat ini.

“Sampai kapanpun akan kami pertahankan hak kami. Sudah jelas, kami memiliki alas hak yang sangat jelas. Sementara pihak PTPN II sudah tidak memiliki HGU lagi,” terang Edi, mengklaim kepemilikan lahan perjuangan mereka.

Diorinay juga mengakui, kalau pihak masyarakat sejauh ini hanya melakukan pertahanan guna membela diri. Ini dibuktikan dengan kedatangan ratusan pihak karyawan PTPN II dengan mengendarai 3 truk milik mereka.

“Sudah jelas kok kita bertahan. Kalian lihat sendiri siapa yang mendatangi dengan menggunakan senjata. Mereka duluankan, intinya kami hanya bertahan dan mudah-mudahan kami hanya mengalami luka ringan,” terang dia yang kini masih menjalani pemeriksaan di Polres Binjai.

Sayangnya, hingga kini pihak PTPN II Tandam engan memberikan komentar terkait kejadian. Beberapa orang yang diperiksa mengakui tidak mengetahui persis permasalahan yang terjadi. Menurut mereka, kalau mereka hanya menjalankan tugas dan mengambil hak mereka.

“Aduh, gak tahu kami. Kami hanya menjalankan tugas saja bang. Intinya ada kawan kami yang terluka,” aku beberapa karyawan yang menjalani pemeriksaan di Polres Binjai sembari berlalu.

Sementara Kapolres Binjai AKBP Marcellino Sampouw SH Sik menyatakan, bahwa semua senjata sudah diamankan dan pihaknya masih terus melkakukan pendalaman terkait kasus ini. Sebab, menurutnya, kalau izin okupasi yang direncanakan pihak PTPN dilahan sengketa masih belum jelas dan masih diselidiki.

 

Foto: Bambang/PM Wartawan TV, Erwin, memakai helm, ditendang karyawan PTPN II dalam bentrokan memperebutkan lahan eks HGU PTPN II.
Foto: Bambang/PM
Wartawan TV, Erwin, memakai helm, ditendang karyawan PTPN II dalam bentrokan memperebutkan lahan eks HGU PTPN II.

WARTAWAN DITENDANG, KAMERA DIRAMPAS

Sikap arogansi sangat kontras ditunjukan karyawan PTPN II yang hendak melakukan okupasi. Mereka yang memakai sebo bahkan menyerang wartawan dan melakukan penganiayaan terhadap wartawan televisi bernama Erwin Syahputra.

Diceritakan Erwin, ketika itu dirinya turun ke lokasi guna melakukan peliputan. Naas baginya, ketika terjadi bentrok dan cekcok mulut terjadi. Erwin, mengangkat kamera menjalankan tugas sesuai profesinya. “Biasalah, aku kan mau ambil gambar,” kata Erwin.

Namun, ketika kamera diangkat dan di lehernya tergantung ID Card. Beberapa karyawan PTPN II yang mengenakan sebo dan baju hitam liris merah serta mengenakan celana biru menghampirinya. Dia langsung menjadi bulan-bulanan dari karyawan yang terlihat arogan. “Mereka langsung memepetku ramai-ramai,” aku dia.

Mulai dari tunjangan hingga cekikan dan perampasan kamera dilakukan pria bertubuh kekar dan bersebo tersebut. Beruntung, petugas kepolisian berpakaian preman yang mengenalnya langsung menyelamatkan. “Macam lah perlakuan mereka, ada yang menunjang ada juga yang mau merampas kamera ku dan ada yang mencekik,” terang pria bertubuh tambun ini.

Namun tetap saja, meski sudah mengatakan kalau yang mereka serang adalah wartawan. Puluhan karyawan ini terus melakukan penyerangan dan hingga akhinya aparat kepolisian berhasil menyelamatkannya dari keganasan karyawan. “Sudah teriak aku kalau aku wartawan, ID Card juga sudah aku gantungkan,” cetus pria berkepala plontos ini. (bam/bd)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/