30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Black Box Diangkat, Penyelam Dapat Rp100 Juta

Foto: Guslan Gumilang/Jawa Pos Dari kiri Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Madya TNI Agus Supriatna, Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Madya TNI Ade Supandi,  Panglima TNI Jenderal Moeldoko dan Kepala KNKT Tatang Kurniadi ketika merilis temuan Black Box Air Asia QZ8501 yang mengalami kecelakaan di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. (12/01/15).
Foto: Guslan Gumilang/Jawa Pos
Dari kiri Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Madya TNI Agus Supriatna, Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Madya TNI Ade Supandi, Panglima TNI Jenderal Moeldoko dan Kepala KNKT Tatang Kurniadi ketika merilis temuan Black Box Air Asia QZ8501 yang mengalami kecelakaan di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. (12/01/15).

PANGKALAN BUN, SUMUTPOS.CO – Banyak sekali pejabat yang peduli terhadap musibah jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501. Salah satunya Panglima TNI Jenderal Moeldoko. Jenderal bintang empat itu tak hanya mengorbankan tenaga dan waktu dengan memimpin langsung tim search and rescue (SAR) di lautan. Biaya tak kecil juga dia keluarkan spontan saat melihat prestasi signifikan yang dicapai anak buahnya.

Panglima TNI mengaku sangat bangga atas keberhasilan tim penyelam gabungan TNI-AL menemukan ekor dan bagian kotak hitam (black box) AirAsia QZ8501. Ungkapan bangga tersebut beberapa kali disampaikan dalam seremoni penyerahan bagian kotak hitam berupa flight data recorder (FDR) kepada Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) di KRI Banda Aceh, Senin (12/1).

“Saya selaku panglima TNI berterima kasih kepada masyarakat Indonesia, Basarnas, dan prajurit saya yang tidak kenal waktu dan bahaya,” kata Moeldoko.

Seusai konferensi pers, panglima menyalami satu per satu sekitar 20 penyelam di KRI Banda Aceh. Dia lantas menyerahkan apresiasi berupa uang tunai setebal 15 sentimeter yang dibungkus tas kertas jinjing motif batik warna cokelat. “Ini untuk “vitamin” penyelam, Rp 100 juta,” ungkapnya. Uang tunai tersebut diterima langsung secara simbolis oleh Komandan SAR Laut Laksamana Pertama Abdul Rasyid.

Suntikan vitamin itu tentu saja tidak diberikan begitu saja. Ada target berikutnya yang harus dicapai para penyelam. Moeldoko menegaskan, tim penyelam harus kembali melakukan pencarian bagian lain black box, yaitu cockpit voice recorder (CVR). Sinyal ping bagian tersebut sudah terdeteksi sehingga penyelam diharapkan bergerak cepat dengan batas waktu 15 hari sebelum sinyal hilang. “Prajurit, waktumu paling lama 15 hari. Saya minta tempo secepatnya,” tegas Moeldoko.

Aksi apresiasi ke anak buah oleh panglima TNI dalam pencarian pesawat AirAsia itu bukan yang pertama. Sebelumnya penghargaan diberikan kepada tim penyelam berupa kenaikan pangkat luar biasa setelah tim penyelam mencari, menemukan, dan mengangkat ekor pesawat AirAsia QZ8501.

Sebelumnya Moeldoko juga mengungkapkan tengah menyiapkan skenario pengangkatan bodi pesawat. Hal itu perlu dilakukan untuk mendapatkan jenazah korban yang diduga kuat masih tertinggal di bodi. “Bodi ini kan bagian besar dan panjang, tidak seperti ekor. Jadi, apa bisa dilakukan dengan cara manual seperti kemarin atau butuh crane lebih besar,” ujarnya.

Sampai Semarang

Dugaan awal yang menyatakan kemungkinan adanya serpihan atau jenazah yang mengapung hingga perairan Banjarmasin hingga kini belum terbukti. Yang ada justru Basarnas mendapatkan informasi adanya puing-puing pesawat yang terbawa arus hingga ke perairan Tanjung Emas, Semarang.

“KRI Ahmad Yani menemukan serpihan jendela di sekitar perairan Tanjung Emas, Semarang,” ujar Dirops Basarnas Marsma S.B. Supriyadi di Pangkalan Bun kemarin. Menurut dia, tidak tertutup kemungkinan ada serpihan lain maupun jenazah yang nanti hanyut hingga ke Laut Jawa (mengarah ke selatan).

Supriyadi menduga jenazah penumpang AirAsia QZ8501 yang masih tersisa”di dalam laut tak lebih dari 50 persen. Hal itu didasari penemuan ekor dan hasil slide scan bawah laut. (gun/sep/riq/aph/bil/c9/kim/jpnn/rbb)

Foto: Guslan Gumilang/Jawa Pos Dari kiri Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Madya TNI Agus Supriatna, Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Madya TNI Ade Supandi,  Panglima TNI Jenderal Moeldoko dan Kepala KNKT Tatang Kurniadi ketika merilis temuan Black Box Air Asia QZ8501 yang mengalami kecelakaan di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. (12/01/15).
Foto: Guslan Gumilang/Jawa Pos
Dari kiri Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Madya TNI Agus Supriatna, Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Madya TNI Ade Supandi, Panglima TNI Jenderal Moeldoko dan Kepala KNKT Tatang Kurniadi ketika merilis temuan Black Box Air Asia QZ8501 yang mengalami kecelakaan di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. (12/01/15).

PANGKALAN BUN, SUMUTPOS.CO – Banyak sekali pejabat yang peduli terhadap musibah jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501. Salah satunya Panglima TNI Jenderal Moeldoko. Jenderal bintang empat itu tak hanya mengorbankan tenaga dan waktu dengan memimpin langsung tim search and rescue (SAR) di lautan. Biaya tak kecil juga dia keluarkan spontan saat melihat prestasi signifikan yang dicapai anak buahnya.

Panglima TNI mengaku sangat bangga atas keberhasilan tim penyelam gabungan TNI-AL menemukan ekor dan bagian kotak hitam (black box) AirAsia QZ8501. Ungkapan bangga tersebut beberapa kali disampaikan dalam seremoni penyerahan bagian kotak hitam berupa flight data recorder (FDR) kepada Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) di KRI Banda Aceh, Senin (12/1).

“Saya selaku panglima TNI berterima kasih kepada masyarakat Indonesia, Basarnas, dan prajurit saya yang tidak kenal waktu dan bahaya,” kata Moeldoko.

Seusai konferensi pers, panglima menyalami satu per satu sekitar 20 penyelam di KRI Banda Aceh. Dia lantas menyerahkan apresiasi berupa uang tunai setebal 15 sentimeter yang dibungkus tas kertas jinjing motif batik warna cokelat. “Ini untuk “vitamin” penyelam, Rp 100 juta,” ungkapnya. Uang tunai tersebut diterima langsung secara simbolis oleh Komandan SAR Laut Laksamana Pertama Abdul Rasyid.

Suntikan vitamin itu tentu saja tidak diberikan begitu saja. Ada target berikutnya yang harus dicapai para penyelam. Moeldoko menegaskan, tim penyelam harus kembali melakukan pencarian bagian lain black box, yaitu cockpit voice recorder (CVR). Sinyal ping bagian tersebut sudah terdeteksi sehingga penyelam diharapkan bergerak cepat dengan batas waktu 15 hari sebelum sinyal hilang. “Prajurit, waktumu paling lama 15 hari. Saya minta tempo secepatnya,” tegas Moeldoko.

Aksi apresiasi ke anak buah oleh panglima TNI dalam pencarian pesawat AirAsia itu bukan yang pertama. Sebelumnya penghargaan diberikan kepada tim penyelam berupa kenaikan pangkat luar biasa setelah tim penyelam mencari, menemukan, dan mengangkat ekor pesawat AirAsia QZ8501.

Sebelumnya Moeldoko juga mengungkapkan tengah menyiapkan skenario pengangkatan bodi pesawat. Hal itu perlu dilakukan untuk mendapatkan jenazah korban yang diduga kuat masih tertinggal di bodi. “Bodi ini kan bagian besar dan panjang, tidak seperti ekor. Jadi, apa bisa dilakukan dengan cara manual seperti kemarin atau butuh crane lebih besar,” ujarnya.

Sampai Semarang

Dugaan awal yang menyatakan kemungkinan adanya serpihan atau jenazah yang mengapung hingga perairan Banjarmasin hingga kini belum terbukti. Yang ada justru Basarnas mendapatkan informasi adanya puing-puing pesawat yang terbawa arus hingga ke perairan Tanjung Emas, Semarang.

“KRI Ahmad Yani menemukan serpihan jendela di sekitar perairan Tanjung Emas, Semarang,” ujar Dirops Basarnas Marsma S.B. Supriyadi di Pangkalan Bun kemarin. Menurut dia, tidak tertutup kemungkinan ada serpihan lain maupun jenazah yang nanti hanyut hingga ke Laut Jawa (mengarah ke selatan).

Supriyadi menduga jenazah penumpang AirAsia QZ8501 yang masih tersisa”di dalam laut tak lebih dari 50 persen. Hal itu didasari penemuan ekor dan hasil slide scan bawah laut. (gun/sep/riq/aph/bil/c9/kim/jpnn/rbb)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/