26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

3 Kejanggalan dari Kesaksian Zainal Tahir dan Hasto Soal Abraham Samad

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Direktur Institute for Transformation Studies (Intrans), Saiful Haq mengatakan kuatnya aroma kriminalisasi yang kini menimpa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Menurutnya, pelemahan kepada lembaga antirasuah itu sangat kuat dengan munculnya sosok Pelaksana Tugas Sekjen Hasto Kristiyanto dan calon legislatif Nasdem yang gagal terpilih, Zainal Tahir yang janggan di Komisi III DPR, Kamis (5/2).

“Aroma kriminalisasi tidak bisa dihindarkan,” kata Saiful saat dihubungi di Jakarta, Jumat (6/2).

Dua politikus ini merupakan berlatar belakang sebagai partai pengusung Jokowi-JK. Tak bisa pula dilepas dari hubungan Komjen Budi Gunawan sebagai calon tunggal kapolri yang diduga mendapat dukungan dari kedua partai tersebut.

Kejanggalan yang pertama kata Saiful adalah ketika Zainal Tahir yang merasa dirinya terusik karena melihat foto yang diambilnya pada Februari 2007 tersebut beredar di publik. Menurutnya, yang mengherankan adalah, jika dirinya terusik dengan alasan moral untuk menyampaikan kebenaran, mengapa Zainal Tahir tidak mengeluarkan foto tersebut ketika panitia seleksi KPK memberikan kesempatan untuk masyarakat mengajukan sanggahan ketika proses seleksi dilakukan. “Kenapa baru sekarang Zainal terusik,” katanya.

Lalu kejanggalan yang kedua adalah pengakuan Zainal, bahwa dia mengambil gambar tersebut dengan menggunakan kamera Nokia E90 berwarna cokelat yang telah terkelupas lapisan luarnya. Padahal Nokia sendiri baru merilis seri tersebut pada Juli 2007. Belum lagi jika ditanyakan, bagaimana Zainal bisa tahu, bahwa foto yang diambilnya Feburari 2007 tersebut sama persis dengan foto yang kini beredar di publik, padahal menurut Zainal, handphone tersebut hilang di Senayan City pada tahun 2012, sementara dia mengaku bahwa foto tersebut tidak pernah disebar kepada siapapun.

“Atas dasar terebut, seluruh kesaksian Zainal Tahir, patut untuk dicurigai sebagai upaya kriminilasasi terhadap Abraham Samad,” tekan Saiful.

Kejanggalan ketiga dari kesaksian Hasto yang membeberkan soal pertemuannya dengan Abraham Samad. Perlu diketahui bahwa Komisioner KPK hanya dilarang untuk bertemu dengan pihak yang sedang berkasus.

“Pertemuan pertama Hasto dengan Samad, terjadi dirumah Abraham Samad. Masihkah kita percaya bahwa yang menginisiasi pertemuan tersebut adalah Samad? Jelas kedatangan Hasto untuk merayu Samad menjadi Cawapres Jokowi,” tegas Saiful.

Lalu tuduhan bahwa Abraham Samad ingin membarter kasus tertentu agar dapat menjadi Capwares Jokowi rasanya sangat sulit dipercaya. Ditambah lagi tuduhan bahwa Samad dendam kepada PDIP karena tidak ditunjuk sebagai wapres Jokowi juga berlebihan.

“Bagaimana jika dibalik, bahwa PDIP justru panik karena Abraham Samad tidak bersedia membarter kasus tertentu yang berkaitan dengan PDIP, atas dasar itu PDIP mengurungkan niat untuk memasangkan Samad dengan Jokowi. Saya kira motif ini jauh lebih kuat ketimbang Samad yang sakit hati kepada PDIP,” pungkas Saiful Haq.

Sebelumnya, sejumlah anggota Komisi III DPR juga tidak percaya kesaksian Zainal Tahir dan merasa belum puas dengan keterangan Hasto. Bahkan, Ketua Komisi III DPR Aziz Syamsuddin mengingatkan Hasto bahwa ada konsekuensi yang harus ditanggung Hasto jika pernyataannya terbukti rekayasa.

“Kalau tidak ada bukti, itu Hasto bisa fitnah dan mendegradasi KPK. KPK inikan dilindungi UU. Kalau pernyataan itu tidak benar berarti dia degradasi, kami Komisi III harus menjaga KPK, Polri dan Kejaksaan,” tegas Aziz.

Karena apa yang disampaikan Hasto, jauh dari yang diasumsikan. “Karena Hasto masih menyimpan misteri dalam pertemuan-pertemuan itu,” sambung Aziz. (awa/jpnn)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Direktur Institute for Transformation Studies (Intrans), Saiful Haq mengatakan kuatnya aroma kriminalisasi yang kini menimpa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Menurutnya, pelemahan kepada lembaga antirasuah itu sangat kuat dengan munculnya sosok Pelaksana Tugas Sekjen Hasto Kristiyanto dan calon legislatif Nasdem yang gagal terpilih, Zainal Tahir yang janggan di Komisi III DPR, Kamis (5/2).

“Aroma kriminalisasi tidak bisa dihindarkan,” kata Saiful saat dihubungi di Jakarta, Jumat (6/2).

Dua politikus ini merupakan berlatar belakang sebagai partai pengusung Jokowi-JK. Tak bisa pula dilepas dari hubungan Komjen Budi Gunawan sebagai calon tunggal kapolri yang diduga mendapat dukungan dari kedua partai tersebut.

Kejanggalan yang pertama kata Saiful adalah ketika Zainal Tahir yang merasa dirinya terusik karena melihat foto yang diambilnya pada Februari 2007 tersebut beredar di publik. Menurutnya, yang mengherankan adalah, jika dirinya terusik dengan alasan moral untuk menyampaikan kebenaran, mengapa Zainal Tahir tidak mengeluarkan foto tersebut ketika panitia seleksi KPK memberikan kesempatan untuk masyarakat mengajukan sanggahan ketika proses seleksi dilakukan. “Kenapa baru sekarang Zainal terusik,” katanya.

Lalu kejanggalan yang kedua adalah pengakuan Zainal, bahwa dia mengambil gambar tersebut dengan menggunakan kamera Nokia E90 berwarna cokelat yang telah terkelupas lapisan luarnya. Padahal Nokia sendiri baru merilis seri tersebut pada Juli 2007. Belum lagi jika ditanyakan, bagaimana Zainal bisa tahu, bahwa foto yang diambilnya Feburari 2007 tersebut sama persis dengan foto yang kini beredar di publik, padahal menurut Zainal, handphone tersebut hilang di Senayan City pada tahun 2012, sementara dia mengaku bahwa foto tersebut tidak pernah disebar kepada siapapun.

“Atas dasar terebut, seluruh kesaksian Zainal Tahir, patut untuk dicurigai sebagai upaya kriminilasasi terhadap Abraham Samad,” tekan Saiful.

Kejanggalan ketiga dari kesaksian Hasto yang membeberkan soal pertemuannya dengan Abraham Samad. Perlu diketahui bahwa Komisioner KPK hanya dilarang untuk bertemu dengan pihak yang sedang berkasus.

“Pertemuan pertama Hasto dengan Samad, terjadi dirumah Abraham Samad. Masihkah kita percaya bahwa yang menginisiasi pertemuan tersebut adalah Samad? Jelas kedatangan Hasto untuk merayu Samad menjadi Cawapres Jokowi,” tegas Saiful.

Lalu tuduhan bahwa Abraham Samad ingin membarter kasus tertentu agar dapat menjadi Capwares Jokowi rasanya sangat sulit dipercaya. Ditambah lagi tuduhan bahwa Samad dendam kepada PDIP karena tidak ditunjuk sebagai wapres Jokowi juga berlebihan.

“Bagaimana jika dibalik, bahwa PDIP justru panik karena Abraham Samad tidak bersedia membarter kasus tertentu yang berkaitan dengan PDIP, atas dasar itu PDIP mengurungkan niat untuk memasangkan Samad dengan Jokowi. Saya kira motif ini jauh lebih kuat ketimbang Samad yang sakit hati kepada PDIP,” pungkas Saiful Haq.

Sebelumnya, sejumlah anggota Komisi III DPR juga tidak percaya kesaksian Zainal Tahir dan merasa belum puas dengan keterangan Hasto. Bahkan, Ketua Komisi III DPR Aziz Syamsuddin mengingatkan Hasto bahwa ada konsekuensi yang harus ditanggung Hasto jika pernyataannya terbukti rekayasa.

“Kalau tidak ada bukti, itu Hasto bisa fitnah dan mendegradasi KPK. KPK inikan dilindungi UU. Kalau pernyataan itu tidak benar berarti dia degradasi, kami Komisi III harus menjaga KPK, Polri dan Kejaksaan,” tegas Aziz.

Karena apa yang disampaikan Hasto, jauh dari yang diasumsikan. “Karena Hasto masih menyimpan misteri dalam pertemuan-pertemuan itu,” sambung Aziz. (awa/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/