26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Kartu Truf di Tangan Militer

Partai Oposisi Pro-Thaksin Menangi Pemilu Thailand

BANGKOK – Partai Pheu Thai, partai oposisi yang merupakan penjelmaan partai mantan Perdana Menteri (PM) Thaksin Shinawatra, berhasil merebut kemenangan besar dalam pemilu Thailand, Minggu (3/7). Meski begitu, peluang tampilnya adik Thaksin, Yingluck Shinawatra, sebagai PM baru pemenang pemilu bisa terancam.

Sejumlah kalangan agak pesimistis dengan masa depan politik Thailand. Para analis politik sependapat pula bahwa pemilu akan secara otomatis dan ajaib menyelesaikan konflik politik di negara itu selama enam tahun terakhir.
Menurut analis, kemenangan Yingluck dan partainya (Pheu Thai) adalah satu hal. Tetapi, siapa yang akan berkuasa dan memerintah negara adalah persoalan lain.

“Masa depan (politik) Thailand sangat bergantung pada kesediaan para elite tradisional guna menerima suara rakyat (baca: hasil pemilu, Red),” kata Pavin Chachavalpongpun, analis politik dari the Institute of Southeast Asian Studies di Singapura, kepada The Associated Press.

Hasil perhitungan suara pemilu Thailand memang masih belum diumumkan resmi. Kubu Yingluck dan Pheu Thai memilih menahan diri untuk tidak lebih dulu merayakan kemenangan. PM Abhisit Vejjajiva dan Partai Demokrat yang dipimpinnya juga masih menunggu pengumuman resmi.

Tetapi, hasil perhitungan cepat dari dua lembaga menyatakan bahwa partai Yingluck menang mutlak. Quick count itu dirilis setelah pemilu resmi ditutup pukul 15.00 waktu setempat kemarin. Satu perhitungan dilakukan Suan Dusit University menyebutkan partai Yingluck merebut 313 di antara 500 kursi parlemen. Partai Demokrat pimpinan Abhisit hanya meraih 152 kursi.

Tetapi, isu kudeta telah beredar luas sejak sebelum pemilu. Rumornya, tentara akan turun lagi ke politik jika partai Thaksin menang pemilu kali ini. Militer menjungkalkan Thaksin lewat kudeta tidak berdarah pada 2006. Belakangan, militer membuka jalan bagi naiknya Abhisit ke kursi kekuasaan.

Jenderal Prayuth Chan-ocha, KSAD Thailand, pekan lalu menegaskan janjinya militer akan bersikap netral atas pemilu. Tiga hari sebelum pemilu, Prayuth menyatakan militer tidak akan melakukan kudeta jika Yingluck dan Pheu Thai memenangi pemilu. “Semuanya hanya rumor. Tak akan ada kudeta. Saya sudah sampaikan berulangkali,” tegasnya. (afp/tso/bp/dwi/jpnn)

Tetapi, rakyat Thailand tak akan lupa Prayuth merupakan seorang otak kudeta yang menjatuhkan Thaksin dari kursi PM pada 19 September 2006.
Sejumlah analis menilai kartu truf selama ini ada pada militer Thailand. “Pheu Thai sepertinya telah memenangi pemilu,” ujar Kevin Hewison, analis politik yang juga direktur the Carolina Asia Center pada the University of North Carolina, AS, seperti dikutip The Star Online, kemarin
Menurutnya, kemungkinan terjadinya kudeta atas pemerintahan baru (pro-Thaksin) nanti jelas tak bisa diabaikan. “Militer ingin menjadikan itu (kudeta) sebagai semacam opsi. Apalagi, Jenderal Payuth jelas-jelas  anti kepada Thaksin, anti Pheu Thai, dan anti kepada Yingluck,” tegasnya. “Jika ada hal-hal yang tidak sesuai dengan keinginan militer, kudeta bisa dijadikan kartu truf,” tambahnya. (afp/tso/bp/dwi/jpnn)

Partai Oposisi Pro-Thaksin Menangi Pemilu Thailand

BANGKOK – Partai Pheu Thai, partai oposisi yang merupakan penjelmaan partai mantan Perdana Menteri (PM) Thaksin Shinawatra, berhasil merebut kemenangan besar dalam pemilu Thailand, Minggu (3/7). Meski begitu, peluang tampilnya adik Thaksin, Yingluck Shinawatra, sebagai PM baru pemenang pemilu bisa terancam.

Sejumlah kalangan agak pesimistis dengan masa depan politik Thailand. Para analis politik sependapat pula bahwa pemilu akan secara otomatis dan ajaib menyelesaikan konflik politik di negara itu selama enam tahun terakhir.
Menurut analis, kemenangan Yingluck dan partainya (Pheu Thai) adalah satu hal. Tetapi, siapa yang akan berkuasa dan memerintah negara adalah persoalan lain.

“Masa depan (politik) Thailand sangat bergantung pada kesediaan para elite tradisional guna menerima suara rakyat (baca: hasil pemilu, Red),” kata Pavin Chachavalpongpun, analis politik dari the Institute of Southeast Asian Studies di Singapura, kepada The Associated Press.

Hasil perhitungan suara pemilu Thailand memang masih belum diumumkan resmi. Kubu Yingluck dan Pheu Thai memilih menahan diri untuk tidak lebih dulu merayakan kemenangan. PM Abhisit Vejjajiva dan Partai Demokrat yang dipimpinnya juga masih menunggu pengumuman resmi.

Tetapi, hasil perhitungan cepat dari dua lembaga menyatakan bahwa partai Yingluck menang mutlak. Quick count itu dirilis setelah pemilu resmi ditutup pukul 15.00 waktu setempat kemarin. Satu perhitungan dilakukan Suan Dusit University menyebutkan partai Yingluck merebut 313 di antara 500 kursi parlemen. Partai Demokrat pimpinan Abhisit hanya meraih 152 kursi.

Tetapi, isu kudeta telah beredar luas sejak sebelum pemilu. Rumornya, tentara akan turun lagi ke politik jika partai Thaksin menang pemilu kali ini. Militer menjungkalkan Thaksin lewat kudeta tidak berdarah pada 2006. Belakangan, militer membuka jalan bagi naiknya Abhisit ke kursi kekuasaan.

Jenderal Prayuth Chan-ocha, KSAD Thailand, pekan lalu menegaskan janjinya militer akan bersikap netral atas pemilu. Tiga hari sebelum pemilu, Prayuth menyatakan militer tidak akan melakukan kudeta jika Yingluck dan Pheu Thai memenangi pemilu. “Semuanya hanya rumor. Tak akan ada kudeta. Saya sudah sampaikan berulangkali,” tegasnya. (afp/tso/bp/dwi/jpnn)

Tetapi, rakyat Thailand tak akan lupa Prayuth merupakan seorang otak kudeta yang menjatuhkan Thaksin dari kursi PM pada 19 September 2006.
Sejumlah analis menilai kartu truf selama ini ada pada militer Thailand. “Pheu Thai sepertinya telah memenangi pemilu,” ujar Kevin Hewison, analis politik yang juga direktur the Carolina Asia Center pada the University of North Carolina, AS, seperti dikutip The Star Online, kemarin
Menurutnya, kemungkinan terjadinya kudeta atas pemerintahan baru (pro-Thaksin) nanti jelas tak bisa diabaikan. “Militer ingin menjadikan itu (kudeta) sebagai semacam opsi. Apalagi, Jenderal Payuth jelas-jelas  anti kepada Thaksin, anti Pheu Thai, dan anti kepada Yingluck,” tegasnya. “Jika ada hal-hal yang tidak sesuai dengan keinginan militer, kudeta bisa dijadikan kartu truf,” tambahnya. (afp/tso/bp/dwi/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/