28 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Rekonsiliasi

Tahun 2007, ketika Piala AFF digelar di Singapura dan Thailand, Indonesia yang dilatih salah satu pelatih tersukses di Asia Tenggara yang pernah melambungkan Thailand, Peter Withe, gagal lolos ke semifinal.

Ketika itu, Indonesia, Singapura, dan VietnamĀ  sama-sama meraih nilai 5 dari dua kali seri dan sekali menang.

Pertandingan yang melibatkan Indonesia, Vietnam dan Singapura berakhir dengan imbang, dan ketiga negara itu sama-sama mengalahkan Laos.
Sayangnya, jika Indonesia hanya menang 3-1, Vietnam dan Singapura menang dengan selisih gol sangat besar. Inilah untuk pertama kalinya Indonesia tersingkir di babak penyisihan Piala AFF.

LimaĀ  tahun setelah peristiwa itu, kembaliĀ  Indonesia tersingkir secara menyakitkan. Dan, sekali lagi, Laos yang menjadi ā€œmasalahā€, selain masalah akut yang terjadi dalam sepakbola Indonesia: adanya ā€œseparatismeā€ yang bernama KPSI yang tak rela pemain-pemain terbaik Indonesia membela negaranya.

Jika enam tahun lalu selisih kemenangan yang ā€œsedikitā€ atas Laos, kali ini karena di partai pertama kita tak bisa mengalahkan Laos, menjadi biangnya.
Jika bisa menang lawan Laos dan kemudian menang atas Singapura, maka kita tak perlu melakoni laga hidup-mati lawan Malaysia. Tetapi, itu hanya andai-andai.

Kenyataannya, kita tersingkir secara menyakitkan dari tuan rumah Malaysia, yang secara mental memang lebih baik dari kita.

Namun, dalam konteks yang lebih luas, kegagalan ini adalah akibat dari perselisihan berbau kepentingan kelompok antara PSSI dan KPSIĀ  yang membuat sepakbola Indonesia terpecah. PSSI yang legal di mata AFC dan FIFA, dianggap ilegal oleh KPSI dan klub-klub yang bernaung di bawahnya.
Akibatnya, dengan ancaman mereka, para pemain diharamkan membela negaranya di kancah ini.

Para pendukung KPSI menganggap timnas saat ini diisi oleh pemain-pemain yang kualitasnya ā€œtak layakā€ memakai seragam kebanggaan kita. Mereka juga menganggap Nilmaizar tak layak menangani timnas.

KPSI tetap bersikukuh, Alfred Reidl, yang di edisi Piala AFF 2010 juga gagal membawa Indonesia juara, karena dijegal Malaysia, adalah pelatih terbaik.
Yang terjadi, meski jumlah rakyat Indonesia yang membela dan mendoakan Andik Vermansyah sukses di Piala AFF 2012 ini tetap banyak, namun para suporter klub-klub ISL yang selama ini merasa ā€œdizalimiā€ oleh PSSI, tetap mendoakan agar laju timnas secepatnya berhenti. Inilah yang menarik.

Baru kali ini, karena egoisme kelompok, klub, dan dukungan yang berbeda, ada orang-orang yang mendoakan negaranya agar mendapatkan malu.
Mereka mengatakan, jika Indonesia berhasil menjadi juara Piala AFF 2012, maka sepakbola Indonesia akan semakin hancur karena PSSI tentu menjadikan kemenangan itu sebagai legitimasi untuk tetap berkuasa.

KPSI dan klub-klub ISL akan terus mengupayakan agar PSSI pimpinan Djohar Arifin Husein ini segera tumbang, dan upaya untuk menumbangkannya adalah dengan melakukan Munaslub.

Nah, jika itu terjadi, selamanya sepakbola Indonesia akan seperti ini. Sebab, jika Djohar Arifin dan PSSI-nya dijatuhkan oleh KPSI, maka dendam akan terus bergulir.

Bukan tidak mungkin orang-orang KPSI yang nantinya berkuasa, juga akan dirong-rongi oleh orang-orang Djohar di masa datang.
Kondisi sekarang sebenarnya juga imbas dari penjatuhan Nurdin Halid dari kursinya, yang lucunya, pelakunya adalah orang-orang yang sekarang berada di PSSI dan sebagian di KPSI.

Sebagian orang-orang yang sekarang di KPSI sebelumnya bahu-membahu dengan para pengurus PSSI sekarang untuk menjatuhkan Nurdin, tetapi karena perselisihan kepentingan, mereka kemudian menyeberang ke orang-orang pendukung setia Nurdin, dan kemudian mendirikan KPSI.

Rekonsiliasi. Itu yang akan menyelamatkan sepakbola Indonesia. Jika masih ada kelompok-kelompok yang merasa paling benar dan kemudian terus saling menjatuhkan, maka permasalahan tak akan selesai.

Tetapi kalau ada sikap legowo dari kedua belah pihak untuk menyelesaikan masalah dengan kepala dingin dan tak saling menyalahkan (karena merasa yang paling benar), maka semua akan kembali normal. (*)

Tahun 2007, ketika Piala AFF digelar di Singapura dan Thailand, Indonesia yang dilatih salah satu pelatih tersukses di Asia Tenggara yang pernah melambungkan Thailand, Peter Withe, gagal lolos ke semifinal.

Ketika itu, Indonesia, Singapura, dan VietnamĀ  sama-sama meraih nilai 5 dari dua kali seri dan sekali menang.

Pertandingan yang melibatkan Indonesia, Vietnam dan Singapura berakhir dengan imbang, dan ketiga negara itu sama-sama mengalahkan Laos.
Sayangnya, jika Indonesia hanya menang 3-1, Vietnam dan Singapura menang dengan selisih gol sangat besar. Inilah untuk pertama kalinya Indonesia tersingkir di babak penyisihan Piala AFF.

LimaĀ  tahun setelah peristiwa itu, kembaliĀ  Indonesia tersingkir secara menyakitkan. Dan, sekali lagi, Laos yang menjadi ā€œmasalahā€, selain masalah akut yang terjadi dalam sepakbola Indonesia: adanya ā€œseparatismeā€ yang bernama KPSI yang tak rela pemain-pemain terbaik Indonesia membela negaranya.

Jika enam tahun lalu selisih kemenangan yang ā€œsedikitā€ atas Laos, kali ini karena di partai pertama kita tak bisa mengalahkan Laos, menjadi biangnya.
Jika bisa menang lawan Laos dan kemudian menang atas Singapura, maka kita tak perlu melakoni laga hidup-mati lawan Malaysia. Tetapi, itu hanya andai-andai.

Kenyataannya, kita tersingkir secara menyakitkan dari tuan rumah Malaysia, yang secara mental memang lebih baik dari kita.

Namun, dalam konteks yang lebih luas, kegagalan ini adalah akibat dari perselisihan berbau kepentingan kelompok antara PSSI dan KPSIĀ  yang membuat sepakbola Indonesia terpecah. PSSI yang legal di mata AFC dan FIFA, dianggap ilegal oleh KPSI dan klub-klub yang bernaung di bawahnya.
Akibatnya, dengan ancaman mereka, para pemain diharamkan membela negaranya di kancah ini.

Para pendukung KPSI menganggap timnas saat ini diisi oleh pemain-pemain yang kualitasnya ā€œtak layakā€ memakai seragam kebanggaan kita. Mereka juga menganggap Nilmaizar tak layak menangani timnas.

KPSI tetap bersikukuh, Alfred Reidl, yang di edisi Piala AFF 2010 juga gagal membawa Indonesia juara, karena dijegal Malaysia, adalah pelatih terbaik.
Yang terjadi, meski jumlah rakyat Indonesia yang membela dan mendoakan Andik Vermansyah sukses di Piala AFF 2012 ini tetap banyak, namun para suporter klub-klub ISL yang selama ini merasa ā€œdizalimiā€ oleh PSSI, tetap mendoakan agar laju timnas secepatnya berhenti. Inilah yang menarik.

Baru kali ini, karena egoisme kelompok, klub, dan dukungan yang berbeda, ada orang-orang yang mendoakan negaranya agar mendapatkan malu.
Mereka mengatakan, jika Indonesia berhasil menjadi juara Piala AFF 2012, maka sepakbola Indonesia akan semakin hancur karena PSSI tentu menjadikan kemenangan itu sebagai legitimasi untuk tetap berkuasa.

KPSI dan klub-klub ISL akan terus mengupayakan agar PSSI pimpinan Djohar Arifin Husein ini segera tumbang, dan upaya untuk menumbangkannya adalah dengan melakukan Munaslub.

Nah, jika itu terjadi, selamanya sepakbola Indonesia akan seperti ini. Sebab, jika Djohar Arifin dan PSSI-nya dijatuhkan oleh KPSI, maka dendam akan terus bergulir.

Bukan tidak mungkin orang-orang KPSI yang nantinya berkuasa, juga akan dirong-rongi oleh orang-orang Djohar di masa datang.
Kondisi sekarang sebenarnya juga imbas dari penjatuhan Nurdin Halid dari kursinya, yang lucunya, pelakunya adalah orang-orang yang sekarang berada di PSSI dan sebagian di KPSI.

Sebagian orang-orang yang sekarang di KPSI sebelumnya bahu-membahu dengan para pengurus PSSI sekarang untuk menjatuhkan Nurdin, tetapi karena perselisihan kepentingan, mereka kemudian menyeberang ke orang-orang pendukung setia Nurdin, dan kemudian mendirikan KPSI.

Rekonsiliasi. Itu yang akan menyelamatkan sepakbola Indonesia. Jika masih ada kelompok-kelompok yang merasa paling benar dan kemudian terus saling menjatuhkan, maka permasalahan tak akan selesai.

Tetapi kalau ada sikap legowo dari kedua belah pihak untuk menyelesaikan masalah dengan kepala dingin dan tak saling menyalahkan (karena merasa yang paling benar), maka semua akan kembali normal. (*)

Artikel Terkait

Wayan di New York

Trump Kecele Lagi

Terpopuler

Artikel Terbaru

/