25 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Van Gaal atau Sengkuni

Dalam 22 hari ke depan, petang berubah laksana pagi dan malam seperti siang. Itu karena pesta sepak bola Negara Eropa segera mentas di Polandia-Ukraina.

Secara langsung tak ada hubungan dan manfaat dari gelaran seperti tersebut di atas dengan kita-kita yang ada di Indonesian

Selain karena kita tinggal di kawasan Asia, fakta pun menjawab jika hubungan kita dengan mereka hanyalah sebuah catatan sejarah, yang menyebut jika nenek moyang kita sempat dijajah oleh salah satu negara yang tinggal di kawasan Eropa, Belanda.

Cerita tentang Belanda yang disebut-sebut pernah menjajah nenek moyang kita, ternyata tak mempengaruhi kekaguman anak bangsa ini untuk mengidolakan tim yang sohor dengan julukan De Orange itu di pentas sepak bola dunia.

Karenanya tak heran bila jelang berlangsungnya Euro 2012 yang pembukaannya dini hari nanti diawali laga antara tuan rumah Polandia versus Yunani, favoritas Belanda sebagai salah satu kandidat pemenang Euro 2012 terasa begitu kental.

Nilai lebih yang dimiliki Belanda sehingga menjadi salah satu tim favorit, tak lain karena sepak bola indah nan agresif dalam balutan Total Football yang diperagakan pemainnya, selain status sebagai runner up Piala Dunia 2012 tentunya.

Barcelona dan Spanyol yang dalam empat tahun terakhir berubah menjadi tim yang sangat ditakuti, ditengarai mendapat efek dari sentuhan Total Football dalam irama permainan mereka, yang oleh pengamat disebut dengan tiki taka.

Yap, sosok Louis van Gaal dan Frank Rijkaard adalah dua orang Belanda yang secara ikhlas mengajarkan kepada Barcelona bagaimana memainkan sepak bola indah dan agresif, hingga akhirnya orang akan sangat sulit membedakan mana permainan Barcelona dan mana permainan Spanyol, karena secara garis besar, hampir semua pemain pilar Barcelona menjadi pilar utama di timnas Spanyol.

Hmmm.. artinya, ketika pada final Piala Dunia 2010 lalu De Orange kalah dari La Furia Roja, sesungguhnya mereka telah dikalahkan oleh sebuah permainan yang justru hasil ciptaan mereka sendiri.

Senjata makan tuan bukan hanya bisa terjadi di pentas sepak bola. Dalam kehidupan nyata, utamanya di pentas politik, hal seperti ini bukan sesuatu yang tabu untuk dilakukan.

Kawan menjadi lawan, sahabat menjadi khianat adalah pemandangan yang tak asing di pentas politik. Saling sikut dan saling jegal, juga hal yang lumrah terjadi.

Kekuasaan menjadi alat pembenaran paling sakti untuk meraih simpati dari sebuah golongan, yang diharapkan menjadi pengikut setia di kemudian hari. Syukur-syukur menjadi pengikut sampai mati. Ha…ha…ha…

Setidaknya, untuk setahun ke depan akan banyak tercipta sosok penjilat laksana Sengkuni seperti di kisah Mahabarata yang melegenda itu.
ABS, asal bapak senang, menjadi sebuah slogan paling familiar jelang berlangsungnya Pilgubsu yang sudah di ambang pintu. Ujung-ujungnya…, si bapak ambisius yang menyadari jika dirinya telah menjadi makanan empuk para penjilat tadi pun mencari sasaran atau target untuk balas dendam ketika sudah berkuasa.

Kembali, masyarakatlah yang merasakan buah dari pembalasan si bapak ambisius. Tapi, itulah hidup. Sosok Sengkuni yang selalu pintar memanfaatkan kesempatan untuk mencari keutungan pribadi sungguh berbeda dengan sosok Louis van Gaal dan Frank Rijkraad, dua pria berkebangsaan Belanda (negara yang pernah menjajah Indonesia) yang justru rela memberikan (mengajarkan) apa yang telah menjadi milik mereka kepada orang lain.
Intinya, lupakan sejenak politik, nikmati Euro 2012, siapa tahu akan terlahir sosok-sosok berhati ikhlas seperti Louis van Gaal dan Frank Rijkraad, yang ke depannya diharapkan menginspirasi anak-anak negeri ini, jika ternyata memiliki hati yang ikhlas jauh lebih mulia daripada memikirkan keuntungan pribadi. Jadi pilih siapa? Louis van Gaal atau Sengkuni? (*)

Dalam 22 hari ke depan, petang berubah laksana pagi dan malam seperti siang. Itu karena pesta sepak bola Negara Eropa segera mentas di Polandia-Ukraina.

Secara langsung tak ada hubungan dan manfaat dari gelaran seperti tersebut di atas dengan kita-kita yang ada di Indonesian

Selain karena kita tinggal di kawasan Asia, fakta pun menjawab jika hubungan kita dengan mereka hanyalah sebuah catatan sejarah, yang menyebut jika nenek moyang kita sempat dijajah oleh salah satu negara yang tinggal di kawasan Eropa, Belanda.

Cerita tentang Belanda yang disebut-sebut pernah menjajah nenek moyang kita, ternyata tak mempengaruhi kekaguman anak bangsa ini untuk mengidolakan tim yang sohor dengan julukan De Orange itu di pentas sepak bola dunia.

Karenanya tak heran bila jelang berlangsungnya Euro 2012 yang pembukaannya dini hari nanti diawali laga antara tuan rumah Polandia versus Yunani, favoritas Belanda sebagai salah satu kandidat pemenang Euro 2012 terasa begitu kental.

Nilai lebih yang dimiliki Belanda sehingga menjadi salah satu tim favorit, tak lain karena sepak bola indah nan agresif dalam balutan Total Football yang diperagakan pemainnya, selain status sebagai runner up Piala Dunia 2012 tentunya.

Barcelona dan Spanyol yang dalam empat tahun terakhir berubah menjadi tim yang sangat ditakuti, ditengarai mendapat efek dari sentuhan Total Football dalam irama permainan mereka, yang oleh pengamat disebut dengan tiki taka.

Yap, sosok Louis van Gaal dan Frank Rijkaard adalah dua orang Belanda yang secara ikhlas mengajarkan kepada Barcelona bagaimana memainkan sepak bola indah dan agresif, hingga akhirnya orang akan sangat sulit membedakan mana permainan Barcelona dan mana permainan Spanyol, karena secara garis besar, hampir semua pemain pilar Barcelona menjadi pilar utama di timnas Spanyol.

Hmmm.. artinya, ketika pada final Piala Dunia 2010 lalu De Orange kalah dari La Furia Roja, sesungguhnya mereka telah dikalahkan oleh sebuah permainan yang justru hasil ciptaan mereka sendiri.

Senjata makan tuan bukan hanya bisa terjadi di pentas sepak bola. Dalam kehidupan nyata, utamanya di pentas politik, hal seperti ini bukan sesuatu yang tabu untuk dilakukan.

Kawan menjadi lawan, sahabat menjadi khianat adalah pemandangan yang tak asing di pentas politik. Saling sikut dan saling jegal, juga hal yang lumrah terjadi.

Kekuasaan menjadi alat pembenaran paling sakti untuk meraih simpati dari sebuah golongan, yang diharapkan menjadi pengikut setia di kemudian hari. Syukur-syukur menjadi pengikut sampai mati. Ha…ha…ha…

Setidaknya, untuk setahun ke depan akan banyak tercipta sosok penjilat laksana Sengkuni seperti di kisah Mahabarata yang melegenda itu.
ABS, asal bapak senang, menjadi sebuah slogan paling familiar jelang berlangsungnya Pilgubsu yang sudah di ambang pintu. Ujung-ujungnya…, si bapak ambisius yang menyadari jika dirinya telah menjadi makanan empuk para penjilat tadi pun mencari sasaran atau target untuk balas dendam ketika sudah berkuasa.

Kembali, masyarakatlah yang merasakan buah dari pembalasan si bapak ambisius. Tapi, itulah hidup. Sosok Sengkuni yang selalu pintar memanfaatkan kesempatan untuk mencari keutungan pribadi sungguh berbeda dengan sosok Louis van Gaal dan Frank Rijkraad, dua pria berkebangsaan Belanda (negara yang pernah menjajah Indonesia) yang justru rela memberikan (mengajarkan) apa yang telah menjadi milik mereka kepada orang lain.
Intinya, lupakan sejenak politik, nikmati Euro 2012, siapa tahu akan terlahir sosok-sosok berhati ikhlas seperti Louis van Gaal dan Frank Rijkraad, yang ke depannya diharapkan menginspirasi anak-anak negeri ini, jika ternyata memiliki hati yang ikhlas jauh lebih mulia daripada memikirkan keuntungan pribadi. Jadi pilih siapa? Louis van Gaal atau Sengkuni? (*)

Previous article
Next article

Artikel Terkait

Wayan di New York

Trump Kecele Lagi

Terpopuler

Artikel Terbaru

/