26 C
Medan
Monday, October 21, 2024
spot_img

Mencari Gubsu Cap Dahlan Iskan

Oleh : Dame Ambarita
Pemimpin Redaksi Sumut Pos

Dari 13 nama yang tercatat pernah memimpin Provinsi Sumatera Utara pascaberdiri Desember 1956, beberapa nama cukup diingat publik. Penyebabnya macam-macam.

Marah Halim Harahap misalnya, cukup melekat di benak kita dengan Piala Marah Halim-nya. EWP Tambunan dengan ‘nama bersihnya’ dalam hal korupsi, sampai-sampai dia hanya mampu mengontrak rumah pascalengser dari kursi gubernur. Raja Inal Siregar diingat dengan konsep Marsipature Hutana Be-nya. Tengku Rizal Nurdin dengan Lake Toba Summitnya. Selebihnya, bisa dibilang lewat begitu saja.

Setelah otonomi daerah diluncurkan, peran gubernur memang berkurang drastis dibanding sebelumnya. ‘Jenderal tanpa tongkat komando’ adalah istilah Tengku Rizal Nurdin semasa memimpin Sumut.

Meski tanpa ‘tongkat komando’ untuk menggetok para pejabat daerah yang bandel, seharusnya para pemimpin Sumut tak jadi malas dan memilih menghabiskan kepemimpinannya melulu untuk mengurusi hal-hal seremonial.

Mengutip Rhenald Kasali, akademisi dan praktisi bisnis asal Indonesia, negeri ini membutuhkan lebih dari sekadar pemimpin, melainkan pemimpin yang efektif. Pemimpin yang efektif menyumbangkan dan mewariskan hasil. Pemimpin yang tidak efektif menyedot hasil.

Pemimpin yang efektif memfokuskan pikirannya untuk kegiatan-kegiatan produktif dan mendapatkan respek dari bawahan serta pengikut-pengikutnya. Sebaliknya,pemimpin yang tidak efektif kehilangan respek dan setiap hari hanya disibukkan mengurus konflik dan kekuasaannya.

Bercermin pada kepemimpinan Dahlan Iskan, tokoh pers yang saat ini menjabat sebagai Menteri BUMN, seorang pemimpin yang berkualitas adalah yang mau kerja. Simak saja motto pribadi Dahlan Iskan: Kerja Kerja Kerja. Karena tidak sibuk memikirkan kekuasaan, Dahlan Iskan terkesan sangat enjoy bekerja. Dalam tempo 6 bulan menjabat sebagai CEO PLN, beliau sudah mampu membedah masalah listrik di Indonesia, sekaligus mengatasinya. Dan baru beberapa bulan menjabat sebagai Menteri BUMN, rahasia dapur puluhan BUMN yang dinaunginya sudah terungkap ke public plus cara menanganinya.

Untuk Sumut, kita belum melihat ada gubernur yang sejago Dahlan Iskan. Buktinya, masalah-masalah di Sumut yang sudah karatan saja, banyak yang belum beres. Contoh simple saja, rencana pembangunan jalan tol Medan-Siantar sampai sekarang tak jelas juntrungannya. Ganti gubernur, jalan tol itu tetap saja jadi coretan di atas kertas.

Jalan provinsi di banyak daerah sebagian besar rusak dan butuh pelebaran. Namun yang ada hanya pembiaran dengan kondisi yang ada. Beberapa gubernur terakhir boleh dibilang tidak memiliki konsep jelas membangun Sumut.

Kembali ke Dahlan Iskan. Selain kerja keras, inovasi, dan semangat entrepreneurship tingkat tinggi, beliau juga jago mengomunikasikan apa yang dikerjakannya dengan sederhana. Catat lagi: dengan sederhana.

Dengan tulisan-tulisannya, Dahlan Iskan mampu mengajak kita ikut “memikirkan” PLN atau BUMN lain yang sedang ditanganinya saat itu. Saat menjabat sebagai CEO PLN, beliau mampu menciptakan positive campaign tentang kinerja PLN. Apa saja targetnya, apa yang telah dilakukan, kendala apa yang masih menghadang, dan pe-er apa yang masih menghalang. Kata seorang penggemar tulisan beliau, Pak Dahlan telah memberi “kursus berpikir” logika CEO kepada para pembacanya.

Barangkali, ada juga gubernur kita yang sudah berbuat ‘sesuatu’. Namun karena tidak dikomunikasikan, publik tak bisa menilai hasilnya. Lebih jeleknya lagi, tidak ada pula hasil nyata di lapangan. Alhasil, gubernur kita bertukar tanpa ada prestasi yang patut dibanggakan.
Saat ini, fakta yang terungkap ke publik Sumut adalah asyiknya gubernur kita dengan persoalan remeh-temeh. Tentang siapa duduk di kursi mana, siapa yang harus dibuang atau didudukkan, dan sebagainya. Sibuk dengan persoalan-persoalan internal organisasi, sementara persoalan rakyat Sumut tidak dipikirkan.

Maret 2013, rakyat Sumut akan memilih gubernur secara langsung. Marilah kita jeli melihat kinerja calon yang akan kita contreng. Jangan memilih berdasarkan fulus. Ini soal masa depan Sumut. Ayo kita cermati kiprah tokoh-tokoh yang berniat maju dengan jernih dan pikiran sehat. Semoga yang terpilih kelak adalah sosok yang memiliki kepemimpinan yang efektif bak Dahlan Iskan, dan mampu melakukan terobosan positif untuk Sumut. Bravo Sumut! (*)

Oleh : Dame Ambarita
Pemimpin Redaksi Sumut Pos

Dari 13 nama yang tercatat pernah memimpin Provinsi Sumatera Utara pascaberdiri Desember 1956, beberapa nama cukup diingat publik. Penyebabnya macam-macam.

Marah Halim Harahap misalnya, cukup melekat di benak kita dengan Piala Marah Halim-nya. EWP Tambunan dengan ‘nama bersihnya’ dalam hal korupsi, sampai-sampai dia hanya mampu mengontrak rumah pascalengser dari kursi gubernur. Raja Inal Siregar diingat dengan konsep Marsipature Hutana Be-nya. Tengku Rizal Nurdin dengan Lake Toba Summitnya. Selebihnya, bisa dibilang lewat begitu saja.

Setelah otonomi daerah diluncurkan, peran gubernur memang berkurang drastis dibanding sebelumnya. ‘Jenderal tanpa tongkat komando’ adalah istilah Tengku Rizal Nurdin semasa memimpin Sumut.

Meski tanpa ‘tongkat komando’ untuk menggetok para pejabat daerah yang bandel, seharusnya para pemimpin Sumut tak jadi malas dan memilih menghabiskan kepemimpinannya melulu untuk mengurusi hal-hal seremonial.

Mengutip Rhenald Kasali, akademisi dan praktisi bisnis asal Indonesia, negeri ini membutuhkan lebih dari sekadar pemimpin, melainkan pemimpin yang efektif. Pemimpin yang efektif menyumbangkan dan mewariskan hasil. Pemimpin yang tidak efektif menyedot hasil.

Pemimpin yang efektif memfokuskan pikirannya untuk kegiatan-kegiatan produktif dan mendapatkan respek dari bawahan serta pengikut-pengikutnya. Sebaliknya,pemimpin yang tidak efektif kehilangan respek dan setiap hari hanya disibukkan mengurus konflik dan kekuasaannya.

Bercermin pada kepemimpinan Dahlan Iskan, tokoh pers yang saat ini menjabat sebagai Menteri BUMN, seorang pemimpin yang berkualitas adalah yang mau kerja. Simak saja motto pribadi Dahlan Iskan: Kerja Kerja Kerja. Karena tidak sibuk memikirkan kekuasaan, Dahlan Iskan terkesan sangat enjoy bekerja. Dalam tempo 6 bulan menjabat sebagai CEO PLN, beliau sudah mampu membedah masalah listrik di Indonesia, sekaligus mengatasinya. Dan baru beberapa bulan menjabat sebagai Menteri BUMN, rahasia dapur puluhan BUMN yang dinaunginya sudah terungkap ke public plus cara menanganinya.

Untuk Sumut, kita belum melihat ada gubernur yang sejago Dahlan Iskan. Buktinya, masalah-masalah di Sumut yang sudah karatan saja, banyak yang belum beres. Contoh simple saja, rencana pembangunan jalan tol Medan-Siantar sampai sekarang tak jelas juntrungannya. Ganti gubernur, jalan tol itu tetap saja jadi coretan di atas kertas.

Jalan provinsi di banyak daerah sebagian besar rusak dan butuh pelebaran. Namun yang ada hanya pembiaran dengan kondisi yang ada. Beberapa gubernur terakhir boleh dibilang tidak memiliki konsep jelas membangun Sumut.

Kembali ke Dahlan Iskan. Selain kerja keras, inovasi, dan semangat entrepreneurship tingkat tinggi, beliau juga jago mengomunikasikan apa yang dikerjakannya dengan sederhana. Catat lagi: dengan sederhana.

Dengan tulisan-tulisannya, Dahlan Iskan mampu mengajak kita ikut “memikirkan” PLN atau BUMN lain yang sedang ditanganinya saat itu. Saat menjabat sebagai CEO PLN, beliau mampu menciptakan positive campaign tentang kinerja PLN. Apa saja targetnya, apa yang telah dilakukan, kendala apa yang masih menghadang, dan pe-er apa yang masih menghalang. Kata seorang penggemar tulisan beliau, Pak Dahlan telah memberi “kursus berpikir” logika CEO kepada para pembacanya.

Barangkali, ada juga gubernur kita yang sudah berbuat ‘sesuatu’. Namun karena tidak dikomunikasikan, publik tak bisa menilai hasilnya. Lebih jeleknya lagi, tidak ada pula hasil nyata di lapangan. Alhasil, gubernur kita bertukar tanpa ada prestasi yang patut dibanggakan.
Saat ini, fakta yang terungkap ke publik Sumut adalah asyiknya gubernur kita dengan persoalan remeh-temeh. Tentang siapa duduk di kursi mana, siapa yang harus dibuang atau didudukkan, dan sebagainya. Sibuk dengan persoalan-persoalan internal organisasi, sementara persoalan rakyat Sumut tidak dipikirkan.

Maret 2013, rakyat Sumut akan memilih gubernur secara langsung. Marilah kita jeli melihat kinerja calon yang akan kita contreng. Jangan memilih berdasarkan fulus. Ini soal masa depan Sumut. Ayo kita cermati kiprah tokoh-tokoh yang berniat maju dengan jernih dan pikiran sehat. Semoga yang terpilih kelak adalah sosok yang memiliki kepemimpinan yang efektif bak Dahlan Iskan, dan mampu melakukan terobosan positif untuk Sumut. Bravo Sumut! (*)

Artikel Terkait

Wayan di New York

Trump Kecele Lagi

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru