25 C
Medan
Sunday, September 29, 2024

Hipnotis Lin

Oleh: Iwan Junaidi
Redaktur Pelaksana Sumut Pos

SAAT ini nama Jeremy Lin benar-benar mendunia. Itu karena sosok pemuda berdarah Taiwan itu mampu menghipnotis lewat bakatnya yang aduhai di arena NBA (kompetisi bola basket professional di Amerika).

Dampak dari apa yang dilakukannya itu, keluarga Lin di Taiwan menjelma menjadi public figure, termasuk sang nenek yang masih  berstatus sebagai warga negara Taiwan.

Betapa kita, anak bangsa ini pantas cemburu mendapati fakta yang sedemikian. Pasalnya, ketika seorang pemuda bernama Jeremy Lin telah membulatkan tekadnya untuk berkecimpung di olahraga, yang konon katanya milik bangsa Amerika, Lin justru membuktikan jika ungkapan itu hanya sebuah propaganda untuk terus mengakui kehebatan bangsa Amerika. Syukurnya, Lin telah membuktikan jika dirinya atau pemain dari bangsa lain pun bisa juga menjadi yang terbaik di sana.

Membandingkan apa yang dilakukan Lin dengan para pemuda di Kota Medan, rasanya sungguh tidak adil, karena jelas ini merupakan dua buah kubah dengan kultur dan tingkat popularitas yang berbeda. Namun setidaknya kita berharap agar kisah sukses Lin di Amerika bisa menginspirasi para pemuda di sini.

Jika Lin bekerja dengan hati demi menggapai apa yang diinginkannya, sementara sebagian kelompok pemuda dengan dalih mencari jati diri terus melakukan berbagai aksi kerusuhan yang merugikan dan membahayakan orang lain.

Ya, geng motor… meski komunitas ini tak sebesar kumunitas pemuda  yang gemar berolahraga (atlet) ataupun komunitas lainnya, namun sepak terjang mereka justru telah meredam popularitas dan berbagai kegiatan positif dari komunitas lainnya.

Sebuah popularitas yang diraih dengan cara yang kebablasan tadi ironisnya justru membuat kelompok ini kian tumbuh dan berkembang kian pesat.
Jumlah anggota yang tak lagi sedikit, dengan gampangnya merubah  rasa takut menjadi sebuah keberanian tanpa batas. Tak peduli wanita atau pria, atau malah orang-orang setua bapak atau kakek mereka pun kerap menjadi korban keganasan geng motor tadi.

Kalau sudah begini, siapakah yang pantas dipersalahkan? Jadi teringat ungkapan seorang teman yang dengan entengnya berkata, bagaimana pemuda bisa bagus, jika pemimpinnya pun tak bagus. Ups….

Ya, kini beragam kasus milik para pemimpin di negeri ini mulai terungkap ke permukaan. Dari mulai kasus korupsi, pelecehan seksual hingga penyalahgunaan narkoba.

Begitupun, tetap ada harapan jika kelak para pemuda kita tak mencontoh sikap para pemimpin yang sontoloyo, sehingga mampu menjadi  simbol kebesaran Kota Medan, sebagaimana Lin yang telah menjadi maskot bagi bangsa Taiwan.

Ingat, sifat masyarakat kota Medan yang pekerja keras, cinta keluarga dan sederhana, nyaris tak berbeda bangsa Taiwan, tempat nenek moyang Jeremy Lin berada. Artinya, jika Lin bisa melakukan sesuatu yang hebat, maka para pemuda kita pun pasti bisa. Yakin. (*)

Oleh: Iwan Junaidi
Redaktur Pelaksana Sumut Pos

SAAT ini nama Jeremy Lin benar-benar mendunia. Itu karena sosok pemuda berdarah Taiwan itu mampu menghipnotis lewat bakatnya yang aduhai di arena NBA (kompetisi bola basket professional di Amerika).

Dampak dari apa yang dilakukannya itu, keluarga Lin di Taiwan menjelma menjadi public figure, termasuk sang nenek yang masih  berstatus sebagai warga negara Taiwan.

Betapa kita, anak bangsa ini pantas cemburu mendapati fakta yang sedemikian. Pasalnya, ketika seorang pemuda bernama Jeremy Lin telah membulatkan tekadnya untuk berkecimpung di olahraga, yang konon katanya milik bangsa Amerika, Lin justru membuktikan jika ungkapan itu hanya sebuah propaganda untuk terus mengakui kehebatan bangsa Amerika. Syukurnya, Lin telah membuktikan jika dirinya atau pemain dari bangsa lain pun bisa juga menjadi yang terbaik di sana.

Membandingkan apa yang dilakukan Lin dengan para pemuda di Kota Medan, rasanya sungguh tidak adil, karena jelas ini merupakan dua buah kubah dengan kultur dan tingkat popularitas yang berbeda. Namun setidaknya kita berharap agar kisah sukses Lin di Amerika bisa menginspirasi para pemuda di sini.

Jika Lin bekerja dengan hati demi menggapai apa yang diinginkannya, sementara sebagian kelompok pemuda dengan dalih mencari jati diri terus melakukan berbagai aksi kerusuhan yang merugikan dan membahayakan orang lain.

Ya, geng motor… meski komunitas ini tak sebesar kumunitas pemuda  yang gemar berolahraga (atlet) ataupun komunitas lainnya, namun sepak terjang mereka justru telah meredam popularitas dan berbagai kegiatan positif dari komunitas lainnya.

Sebuah popularitas yang diraih dengan cara yang kebablasan tadi ironisnya justru membuat kelompok ini kian tumbuh dan berkembang kian pesat.
Jumlah anggota yang tak lagi sedikit, dengan gampangnya merubah  rasa takut menjadi sebuah keberanian tanpa batas. Tak peduli wanita atau pria, atau malah orang-orang setua bapak atau kakek mereka pun kerap menjadi korban keganasan geng motor tadi.

Kalau sudah begini, siapakah yang pantas dipersalahkan? Jadi teringat ungkapan seorang teman yang dengan entengnya berkata, bagaimana pemuda bisa bagus, jika pemimpinnya pun tak bagus. Ups….

Ya, kini beragam kasus milik para pemimpin di negeri ini mulai terungkap ke permukaan. Dari mulai kasus korupsi, pelecehan seksual hingga penyalahgunaan narkoba.

Begitupun, tetap ada harapan jika kelak para pemuda kita tak mencontoh sikap para pemimpin yang sontoloyo, sehingga mampu menjadi  simbol kebesaran Kota Medan, sebagaimana Lin yang telah menjadi maskot bagi bangsa Taiwan.

Ingat, sifat masyarakat kota Medan yang pekerja keras, cinta keluarga dan sederhana, nyaris tak berbeda bangsa Taiwan, tempat nenek moyang Jeremy Lin berada. Artinya, jika Lin bisa melakukan sesuatu yang hebat, maka para pemuda kita pun pasti bisa. Yakin. (*)

Artikel Terkait

Wayan di New York

Trump Kecele Lagi

Terpopuler

Artikel Terbaru

/