26 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Warga Bertahan Tanpa Masker

Foto: Riza/PM Pasca erupsi Sinabung, Minggu (29/6) malam, sejumlah desa yang berada di kaki gunung terkena dampak material debu erupsi.
Foto: Riza/PM
Pasca erupsi Sinabung, Minggu (29/6) malam, sejumlah desa yang berada di kaki gunung terkena dampak material debu erupsi.

TANAH KARO, SUMUTPOS.CO – Erupsi Gunung Sinabung yang terjadi pada Minggu (29/6) malam kemarin membuat Desa Sukandebi, Naman, Sukanalu dan Sigarang-garang, Kec. Namanteran jadi daerah terparah dipenuhi abu vulkanik. Tebalnya abu bahkan membuat pernafasan dan penglihatan terganggu.

Hujan material vulkanik seolah melengkapi penderitaan masyarakat, khususnya para petani di sana yang dalam beberapa minggu belakangan ini ‘dihajar’ musim kemarau. Secara kasat mata, kondisi desa terlihat kering dan gersang.

Petugas Pos Pemantau Gunung Api (PPGA) Sinabung, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Windi Cahya mengatakan, aktivitas kegempaan Sinabung masih tinggi. Disebutnya hal itu terlihat dari masih terekamnya gempa tremor dan gempa guguran dengan jarak luncur 1.000 – 2.500 m ke arah selatan.

“Sampai saat ini masih berpotensi terjadinya erupsi, karena aktivitas tremor yang semakin intensif dengan amplitude 3 – 90 mm, jadi bisa tiba–tiba terjadi erupsi. Namun sampai saat ini status Sinabung masih Siaga (level III), rekomendasi juga masih sama radius 3 Km harus disterilkan,” paparnya.

Sejumlah jalur menuju kawasan radius 3 Km puncak Sinabung tampak ditutup dan dijaga beberapa aparat TNI, untuk mencegah warga masuk ke area zona merah. Selain itu, kebutuhan masker juga sangat minim di desa–desa yang terkena dampak debu. Terlihat masyarakat terpaksa menggunakan alat seadanya untuk menutup mulut dan hidung.

Terpisah Dansatgas Penanganan Erupsi Sinabung, Letkol Inf Asep Sukarna ketika ditemui di posko utama penanganan erupi Sinabung mengatakan, berdasarkan informasi dari Pusat Vulkanologi untuk aktivitas gunung Sinabung saat ini sudah mengalami penurunan kembali, namun diharapkan kepada warga agar lebih meningkatkan kewaspadaan.

“Saya imbau agar seluruh masyarakat agar tetap mematuhi aturan yang telah dibuat. Lihat spanduk–spanduk yang ada dan pos pengamanan. Sebelum ada perintah yang menyatakan aman, jangan ada yang mendekat ke zona merah, terkhusus untuk desa–desa yang belum diperbolehkan pulang,” urai pria yang juga menjabat Dandim 0205/TK itu.

Sementara Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karo, Jhonson Tarigan menyebutkan, pihaknya masih melakukan pendataan terhadap lahan yang terkena dampak debu erupsi Sinabung kemarin. Sementara untuk penduduk desa yang terkena dampak, hingga saat ini masih berada di desa masing–masing.

 

TANAMAN RUSAK, WARGA BUTUH MASKER

Letusan Gunung Sinabung kembali menutupi lahan-lahan pertanian masyarakat. Tak ayal, tanaman seperti kol, kentang, cabai, dan tanaman lainnya terancam rusak. “Tanaman kami kembali ditutupi oleh abu vulkanik. Ketebalan abu yang menempel pada tanaman kami di desa Naman Teran, lebih kurang dua millimeter. Tanaman tidak akan sanggup menahan panas abu vulkanik, sehingga kami terpaksa melakukan penanaman kembali,” kesah Bujurta Sitepu warga Naman Teran Kec. Naman Teran, Senin (30/6).

Saat ini, kondisi desa kembali diselimuti abu vulkanik sehingga warga kesulitan beraktivitas. ”Untuk saat ini kami sangat membutuhkan masker, karena stok kemarin sudah habis,” ujar Sitepu.

Keluhan serupa disampaikan Tatang Ginting (30) warga Desa Naman, ketika ditemui saat sibuk membersihkan tanaman kentangnya bersama sang istri di ladangnya. Dikatakan Tatang, tanaman kentangnya yang dihujani abu vulkanik baru berumur 40 hari. Berharap semua tanaman itu tidak mati, dia dan istrinya berupaya membersihkan abu dengan menggunakan dedaunan.

“Mudah-mudahan masih bisa dipanen. Kalau tidak segera dibersihkan, abu akan membuat tanaman kering dan mati,” ujarnya sembari mengaku baru 2 bulan dipulangkan dari posko pengungsian. Lebih lanjut dikatakan ayah 1 anak ini, dia dan istri sangat berharap besar tanaman kentang mereka tidak mati. Pasalnya, untuk modal menanamnya, mereka harus meminjam sejumlah uang ke bank. “Kalau sempat tanaman kentang kami gagal panen, nggak tau lagi harus bagaimana mengganti pinjaman di bank,” harapnya.

Pantauan saat kejadian, masyarakat yang bermukim di sekitar gunung Sinabung sempat panik. Pasalnya, guguran lava pijar yang turun terlihat jelas menyusuri jalur yang telah terbentuk sebelumnya. Hujan debu vulkanik serta pasir pun terjadi di seputaran Kec. Naman Teran meliputi Desa Naman, Sukandebi, Sigarang-garang dan Suka Nalu.

Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karo, Jhonson Tarigan menyebutkan, data dari laporan PVMBG menyebutkan erupsi disertai hujan gerimis terjadi pukul 19.29 Wib dengan tinggi kolom 4000 meter. Luncuran awan panas kearah tenggara sejauh 4500 meter. Seismisitas 1xVa: Amax:110 mm s-p : 1 detik:lg:27 detik. 1x erupsi: Amax: 100mm. Lg:4081 detik. 30 x guguran: Tremo menerus pukul 18:00-24.00 wib. Status gunung api SIAGA (level III).

Sebelumnya, Petugas Pos Pemantau Gunung Api (PPGA) Sinabung, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Gang Kayu Bakar, Desa Ndogum Siroga Kec. Simpang Empat, Ahmad Nabawi menyebutkan, selain erupsi, juga terjadi luncuran awan panas ke arah Tenggara dengan jarak luncur mencapai 4.500 m. Lama erupsi sekitar 67 menit.(riz/mar/smg/deo)

Foto: Riza/PM Pasca erupsi Sinabung, Minggu (29/6) malam, sejumlah desa yang berada di kaki gunung terkena dampak material debu erupsi.
Foto: Riza/PM
Pasca erupsi Sinabung, Minggu (29/6) malam, sejumlah desa yang berada di kaki gunung terkena dampak material debu erupsi.

TANAH KARO, SUMUTPOS.CO – Erupsi Gunung Sinabung yang terjadi pada Minggu (29/6) malam kemarin membuat Desa Sukandebi, Naman, Sukanalu dan Sigarang-garang, Kec. Namanteran jadi daerah terparah dipenuhi abu vulkanik. Tebalnya abu bahkan membuat pernafasan dan penglihatan terganggu.

Hujan material vulkanik seolah melengkapi penderitaan masyarakat, khususnya para petani di sana yang dalam beberapa minggu belakangan ini ‘dihajar’ musim kemarau. Secara kasat mata, kondisi desa terlihat kering dan gersang.

Petugas Pos Pemantau Gunung Api (PPGA) Sinabung, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Windi Cahya mengatakan, aktivitas kegempaan Sinabung masih tinggi. Disebutnya hal itu terlihat dari masih terekamnya gempa tremor dan gempa guguran dengan jarak luncur 1.000 – 2.500 m ke arah selatan.

“Sampai saat ini masih berpotensi terjadinya erupsi, karena aktivitas tremor yang semakin intensif dengan amplitude 3 – 90 mm, jadi bisa tiba–tiba terjadi erupsi. Namun sampai saat ini status Sinabung masih Siaga (level III), rekomendasi juga masih sama radius 3 Km harus disterilkan,” paparnya.

Sejumlah jalur menuju kawasan radius 3 Km puncak Sinabung tampak ditutup dan dijaga beberapa aparat TNI, untuk mencegah warga masuk ke area zona merah. Selain itu, kebutuhan masker juga sangat minim di desa–desa yang terkena dampak debu. Terlihat masyarakat terpaksa menggunakan alat seadanya untuk menutup mulut dan hidung.

Terpisah Dansatgas Penanganan Erupsi Sinabung, Letkol Inf Asep Sukarna ketika ditemui di posko utama penanganan erupi Sinabung mengatakan, berdasarkan informasi dari Pusat Vulkanologi untuk aktivitas gunung Sinabung saat ini sudah mengalami penurunan kembali, namun diharapkan kepada warga agar lebih meningkatkan kewaspadaan.

“Saya imbau agar seluruh masyarakat agar tetap mematuhi aturan yang telah dibuat. Lihat spanduk–spanduk yang ada dan pos pengamanan. Sebelum ada perintah yang menyatakan aman, jangan ada yang mendekat ke zona merah, terkhusus untuk desa–desa yang belum diperbolehkan pulang,” urai pria yang juga menjabat Dandim 0205/TK itu.

Sementara Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karo, Jhonson Tarigan menyebutkan, pihaknya masih melakukan pendataan terhadap lahan yang terkena dampak debu erupsi Sinabung kemarin. Sementara untuk penduduk desa yang terkena dampak, hingga saat ini masih berada di desa masing–masing.

 

TANAMAN RUSAK, WARGA BUTUH MASKER

Letusan Gunung Sinabung kembali menutupi lahan-lahan pertanian masyarakat. Tak ayal, tanaman seperti kol, kentang, cabai, dan tanaman lainnya terancam rusak. “Tanaman kami kembali ditutupi oleh abu vulkanik. Ketebalan abu yang menempel pada tanaman kami di desa Naman Teran, lebih kurang dua millimeter. Tanaman tidak akan sanggup menahan panas abu vulkanik, sehingga kami terpaksa melakukan penanaman kembali,” kesah Bujurta Sitepu warga Naman Teran Kec. Naman Teran, Senin (30/6).

Saat ini, kondisi desa kembali diselimuti abu vulkanik sehingga warga kesulitan beraktivitas. ”Untuk saat ini kami sangat membutuhkan masker, karena stok kemarin sudah habis,” ujar Sitepu.

Keluhan serupa disampaikan Tatang Ginting (30) warga Desa Naman, ketika ditemui saat sibuk membersihkan tanaman kentangnya bersama sang istri di ladangnya. Dikatakan Tatang, tanaman kentangnya yang dihujani abu vulkanik baru berumur 40 hari. Berharap semua tanaman itu tidak mati, dia dan istrinya berupaya membersihkan abu dengan menggunakan dedaunan.

“Mudah-mudahan masih bisa dipanen. Kalau tidak segera dibersihkan, abu akan membuat tanaman kering dan mati,” ujarnya sembari mengaku baru 2 bulan dipulangkan dari posko pengungsian. Lebih lanjut dikatakan ayah 1 anak ini, dia dan istri sangat berharap besar tanaman kentang mereka tidak mati. Pasalnya, untuk modal menanamnya, mereka harus meminjam sejumlah uang ke bank. “Kalau sempat tanaman kentang kami gagal panen, nggak tau lagi harus bagaimana mengganti pinjaman di bank,” harapnya.

Pantauan saat kejadian, masyarakat yang bermukim di sekitar gunung Sinabung sempat panik. Pasalnya, guguran lava pijar yang turun terlihat jelas menyusuri jalur yang telah terbentuk sebelumnya. Hujan debu vulkanik serta pasir pun terjadi di seputaran Kec. Naman Teran meliputi Desa Naman, Sukandebi, Sigarang-garang dan Suka Nalu.

Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karo, Jhonson Tarigan menyebutkan, data dari laporan PVMBG menyebutkan erupsi disertai hujan gerimis terjadi pukul 19.29 Wib dengan tinggi kolom 4000 meter. Luncuran awan panas kearah tenggara sejauh 4500 meter. Seismisitas 1xVa: Amax:110 mm s-p : 1 detik:lg:27 detik. 1x erupsi: Amax: 100mm. Lg:4081 detik. 30 x guguran: Tremo menerus pukul 18:00-24.00 wib. Status gunung api SIAGA (level III).

Sebelumnya, Petugas Pos Pemantau Gunung Api (PPGA) Sinabung, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Gang Kayu Bakar, Desa Ndogum Siroga Kec. Simpang Empat, Ahmad Nabawi menyebutkan, selain erupsi, juga terjadi luncuran awan panas ke arah Tenggara dengan jarak luncur mencapai 4.500 m. Lama erupsi sekitar 67 menit.(riz/mar/smg/deo)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/