Warga Kesal Laporan tak Ditanggapi Bupati Simalungun
GUNUNGMALELA – Sejumlah warga Nagori Pematang Sahkuda, Kecamatan Gunungmalela, Simalungun kesal. Pasalnya, isu peng alihan jalan umum Siantar-Perdagangan justru terkesan diabaikan Pemkab Simalungun dan dinas kecamatan. Kondisi ini, selanjutnya menambah khawatir warga soal kebenaran isu tersebut.
Warga yang sempat menyampaikan keluhannya ke dinas kecamatan dan Pemkab Simalungun sama sekali tidak mendapatkan jawaban pasti atas isu tersebut. Pemkab Simalungun mengatakan pada warga bahwa kebijakan itu merupakan kewenangan dari dinas PU Pemprovsu Medan. Hal yang sama juga dikatakan oleh dinas kecamatan.
Sementara sampai saat ini, kondisi jalan umum Siantar-Perdaganngan ini terus mengalami longsor berkepanjangan. Bahkan, saat ini sudah sekitar sepuluh meter badan jalan sebelah kanan sudah amblas ke dasar sungai. Selain itu, jalan umum ini juga perlahan lahan amblas sejak dua hari terakhir ini longsoran tepi jalan ini bertambah tiga puluh sentimter.
Sunardi (45), warga Nagori Pematang Sahkuda, Kecamatan Gunung Malela, Simalungun ketika ditemui Metro Siantar (Grup Sumut Pos), Jumat (1/2) menyebutkan, sampai saat ini proyek perbaikan jalan dan jembatan ini sama sekali tidak dikerjakan. Kondisi ini, selanjutnya menambah buruk kon disi jalan dan longsor di sekitar jem batan Sipef ini. Sementara karena kesal proyek tak kunjung dikerjakan warga sekitar sudah mengajukan keluhannya ke Pemkab Simalungun hanya saja sampai hari ini belum ada jawaban soal itu.
“Kami lihat sepertinya Pemkab Simalungun dan dinas kecamatan cuek soal isu pengalihan jalan ini. Karena sudah ada juga beberapa warga kampung ini yang coba cek ke dinas PU dan hasilnya sepertinya mereka akan melakukan itu,” ujarnya.
Sementara sikap penolakan warga ini didasari karena pelataran rumah mereka di sepanjang jalan umum Siantar-Perdagangan ini digunakan untuk lokasi usaha. Kemudian, ketika lokasi ini digunakan untuk jalan maka warga akan menolaknya bahkan mereka juga siap melakukan perlawanan dengan aksi demo.
“ Harusnya kan PT Sipef yang diambil lahannya untuk pengalihan jalan bukan lahan kami soalnya ini lokasi usaha kami. Selama ini karena pabrik ini membuang cairan kaolin makanya tanah di pinggiran jalan ini lunak dan mudah amblas. Jadi mereka harus bertanggung jawab soal kondisi kerusakan lingkungan ini, dan bukan kami yang jadi korban,” kesalnya.
Sementara, Riswanto (35), warga sekitar yang juga ditemui Metro Siantar menyebutkan, saat ini kondisi jalan yang amblas ini terus bertambah setiap harinya. Kemudian, pihak PT Sipef masih saja melakukan aksi pembuangan cairan kaolin ke sungai secara bebas. Kondisi ini selanjutnya menambah buruk kerusakan dinding jalan ditambah lagi dengan dialirkannya air sungai ini dari parit kebun.
“Dulu ketika sering petugas BLH turun ke lokasi ini pihak PT Sipef menghentikan pembuangan cairan kaolin ini ke sungai. kemudian untuk mengelabui cairan itu mereka kembali mengalirkan air dari parit perkebunan milik mereka hingga dinding tanah ini erosi dan terus longsor,” kesalnya.
Terpisah, Humas PT Sipef ketika dihubungi Metro Siantar menyebutkan, mereka sama sekali tidak ingin mencampuri soal pengalihan jalan itu. Kemudian, lagi-lagi ia mengatakan bahwa cairan kaolin ini tidak berbahaya sama sekali.
“Tak masalah soal cairan kaolin itu, apalagi selama ini kita sudah turut membantu masyarakat sejak jembatan ini amblas pertama kalinya, jadi kami hanya lakukan sesuai dengan poksi kami saja,” ujarnya. (mag-2/smg)