30.6 C
Medan
Monday, May 20, 2024

Dinkes Sumut Klaim Berhasil Sembuhkan Warga Sumut dari TB Paru

 

MEDAN, SUMUTPOS.CO-  Kasi P2P Sukarni SKM MKes Dinkes Sumut mengatakan, Sumut dengan jumlah penduduk sekitar 13.103.596, tahun 2013 estimasi pasien TB Basil Tahan Asam (BTA) positip 160/100 ribu penduduk, ditemukan 16.927 kasus TB BTA (+) atau 79,6 persen. “Artinya capaian itu telah mencapai target MDGS yaitu di atas 70 persen. Angka keberhasilan pengobatan tahun 2012 juga didapat 93,4 persen yang diatas target MDGs tahun 2015 yaitu diatas 85 persen,” ujar Sukarni saat ditemui di ruang kerjanya kemarin.

Keberhasilan itu, sambungnya, berkat kerjasama Dinkes Sumut dengan kab/kota, Puskesmas, rumah sakit, dokter praktek swasta dan lembaga terkait lainnya. “Tetapi perlu peran serta dan kesadaran masyarakat mensukseskan penanggulangan TB, mengingat tantangan penyakit TB semakin tinggi dengan munculnya penyakit TB-HIV dan MDR TB,” ucapnya.

Dikatakan Sukarni, badan dunia WHO menetapkan peringatan hari TB tahun 2014 pada 24 Maret, dengan tema yaitu ‘Temukan dan Sembuhkan TB’. Tema itu intinya mendorong seluruh provinsi untuk memulai upaya menemukan, mengobati dan menyembuhkan serta meningkatkan akselerasi menuju Zero TB Death. “Kita bersama organisasi profesi dan lembaga yang bergerak dalam program TB melakukan berbagai kegiatan dalam rangka memperingati hari TB sedunia,” imbuhnya.

Peringatan  hari TB itu, lanjut Sukarni, untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesadaran masyarakat agar memperoleh akses pengobatan TB dengan strategis DOTS (Directly Observed Treatmen Short Course. Suatu strategi untuk mendeteksi dan menyembuhkan T B. “Keberhasilan DOTS yaitu adanya keyakinan penderita meminum obatnya sesuai dengan yang telah ditetapkan dan tidak putus berobat dan adanya PMO,” kata Sukarni.

Peringatan TB juga bertujuan melibatkan semua layanan kesehatan dalam pengendalian TB dengan stratgegi DOTS. Intensifikasi dan inovasi baru melalui peningkatan penemuan, pengembangan dan menggunakan metode diagnosis secara cepat dan tepat. “Mendorong STBPI sebagai forum komunikasi para mitra TB untuk senantiasa melakukan upaya baru pengendalaian TB. Melibatkan orang terdampak TB dalam mendukung program pengendalaian TB. Meningkatkan komintmen dan kemilikan terhadap program pengendalian TB nasional,” jelas Sukarni.

Memperingati hari TB se dunia, tambah Sukarni lagi,  dilakukan berbagai seperti seminar TB, pertemuan PMO di Madina, ceramah program DOTS, pembagian leaflet TB, penandatanganan komitmen bersama dengan 4 sub distrik di Sumut yaitu Medan, Sergai, Deliserdang dan Tanjungbalai dan penyuluhan dari tokoh agama.

Kabid Penanggulangan Masalah Kesehatan (PMK) dinas kesehatan (Dinkes) Sumatera Utara (Sumut) dr NG Hikmet mengatakan, penyakit Tuberkulosis atau TB dapat disembuhkan bila minum obat secara teratur selama 6 bulan, dengan bantuan Pengawas Minum Obat (PMO) dan penderita mendapatkan gizi yang baik.”Namun, kalau opengobatan yang tidak sesuai standar atau tidak selesai minum obat TB sejak awal. Maka kuman akan resisten terhadap obat di pengobatan lini pertama atau pengobatan yang biasa. Ini menyebakan Multidrug Resistant Tuberkulosis (MDR TB). Pengobatan MDR TB lebih lama sampai 18 bulan dengan pengobatan di lini kedua,” ujarnya. (nit/ila)

 

 

 

 

MEDAN, SUMUTPOS.CO-  Kasi P2P Sukarni SKM MKes Dinkes Sumut mengatakan, Sumut dengan jumlah penduduk sekitar 13.103.596, tahun 2013 estimasi pasien TB Basil Tahan Asam (BTA) positip 160/100 ribu penduduk, ditemukan 16.927 kasus TB BTA (+) atau 79,6 persen. “Artinya capaian itu telah mencapai target MDGS yaitu di atas 70 persen. Angka keberhasilan pengobatan tahun 2012 juga didapat 93,4 persen yang diatas target MDGs tahun 2015 yaitu diatas 85 persen,” ujar Sukarni saat ditemui di ruang kerjanya kemarin.

Keberhasilan itu, sambungnya, berkat kerjasama Dinkes Sumut dengan kab/kota, Puskesmas, rumah sakit, dokter praktek swasta dan lembaga terkait lainnya. “Tetapi perlu peran serta dan kesadaran masyarakat mensukseskan penanggulangan TB, mengingat tantangan penyakit TB semakin tinggi dengan munculnya penyakit TB-HIV dan MDR TB,” ucapnya.

Dikatakan Sukarni, badan dunia WHO menetapkan peringatan hari TB tahun 2014 pada 24 Maret, dengan tema yaitu ‘Temukan dan Sembuhkan TB’. Tema itu intinya mendorong seluruh provinsi untuk memulai upaya menemukan, mengobati dan menyembuhkan serta meningkatkan akselerasi menuju Zero TB Death. “Kita bersama organisasi profesi dan lembaga yang bergerak dalam program TB melakukan berbagai kegiatan dalam rangka memperingati hari TB sedunia,” imbuhnya.

Peringatan  hari TB itu, lanjut Sukarni, untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesadaran masyarakat agar memperoleh akses pengobatan TB dengan strategis DOTS (Directly Observed Treatmen Short Course. Suatu strategi untuk mendeteksi dan menyembuhkan T B. “Keberhasilan DOTS yaitu adanya keyakinan penderita meminum obatnya sesuai dengan yang telah ditetapkan dan tidak putus berobat dan adanya PMO,” kata Sukarni.

Peringatan TB juga bertujuan melibatkan semua layanan kesehatan dalam pengendalian TB dengan stratgegi DOTS. Intensifikasi dan inovasi baru melalui peningkatan penemuan, pengembangan dan menggunakan metode diagnosis secara cepat dan tepat. “Mendorong STBPI sebagai forum komunikasi para mitra TB untuk senantiasa melakukan upaya baru pengendalaian TB. Melibatkan orang terdampak TB dalam mendukung program pengendalaian TB. Meningkatkan komintmen dan kemilikan terhadap program pengendalian TB nasional,” jelas Sukarni.

Memperingati hari TB se dunia, tambah Sukarni lagi,  dilakukan berbagai seperti seminar TB, pertemuan PMO di Madina, ceramah program DOTS, pembagian leaflet TB, penandatanganan komitmen bersama dengan 4 sub distrik di Sumut yaitu Medan, Sergai, Deliserdang dan Tanjungbalai dan penyuluhan dari tokoh agama.

Kabid Penanggulangan Masalah Kesehatan (PMK) dinas kesehatan (Dinkes) Sumatera Utara (Sumut) dr NG Hikmet mengatakan, penyakit Tuberkulosis atau TB dapat disembuhkan bila minum obat secara teratur selama 6 bulan, dengan bantuan Pengawas Minum Obat (PMO) dan penderita mendapatkan gizi yang baik.”Namun, kalau opengobatan yang tidak sesuai standar atau tidak selesai minum obat TB sejak awal. Maka kuman akan resisten terhadap obat di pengobatan lini pertama atau pengobatan yang biasa. Ini menyebakan Multidrug Resistant Tuberkulosis (MDR TB). Pengobatan MDR TB lebih lama sampai 18 bulan dengan pengobatan di lini kedua,” ujarnya. (nit/ila)

 

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/