SIDIKALANG, SUMUTPOS.CO – Warga Laembulan, Kelurahan Panji Dabutar mendadak heboh. Warga menemukan tulang belulang manusia di perladangan Lae Silembu, tepatnya di perbatasan antara Kabupaten Dairi dengan Kabupaten Pakpak Barat.
Awalnya, Gurneng Bancin (52), warga Sitinjo, Kabupaten Dairi, curiga melihat adanya gundukan tanah di areal pertaniannya, Rabu (30/4).
Dijelaskan Bancin, saat itu dia ingin membersihkan lokasi untuk perluasan lahan pertanian. “Saya curiga dan mendekati gundukan itu. Selanjutnya saya melihat ada kain, ada ikat pinggang, barulah saya pastikan gundukan itu adalah manusia,” ujarnya terlihat masih gemetaran ketika ditanyai wartawan.
Tengkorak tersebut ditemukan dalam keadaan utuh dengan posisi kepalanya menindih tangan kanan, layaknya manusia yang tidur.
Setelah memastikan temuannya, Bancin bergegas ke perkampungan masyarakat yang berjarak 5 km dari lokasi. “Posisinya seding (menoleh) ke kanan saat itu. Setelah memastikan bahwa itu tengkorak manusia, barulah saya laporkan dan hari ini seluruh warga bersama polisi ikut ke lokasi temuan,” tambah Bancin.
Dari hasil penelusuran dan penyelidikan polisi, akhirnya diketahuilah bahwa korban adalah Marudut Pasaribu. Identitas pria berusia 56 tahun ini diketahui dari keluarga yang mengaku.
“Keluarga mengenali jasad korban dari gigi, ikat pinggang korban serta dompet milik korban,” ujar seorang petugas di lokasi.
Setelah mengetahui identitas korban, pihak kepolisian pun melakukan penyelidikan. “Keluarga mengatakan, korban memang ada masalah sewaktu pergi dari rumah. Tapi sampai sekarang kita belum tahu apa masalahnya,” ujar seorang penyidik.
Selidik punya selidik, ternyata lokasi ditemukannya jasad Marudut itu tak jauh dari ladangnya. Hanya saja, pihak keluarga mengaku pernah mencari ke sana, tapi tak ada bertemu dengan korban sejak menghilang dari rumahnya.
Informasi yang diperoleh wartawan dari masyarakat, sejak mengundurkan diri dari anggota TNI, Marudut beralih profesi menjadi seorang petani di Laembulan.
Marudut sendiri dinyatakan hilang pada Juli 2012 lalu. Saat itu, ayah 8 orang anak itu sudah mempersiapkan segala sesuatunya untuk keperluan acara Mangadati dan Sulang-sulang Pahompu, sesuai adat Suku Batak Toba.
Semua pihak, baik hula-hula dan seluruh keluarga pun sudah tinggal menunggu hari yang telah ditentukan. “Segala persiapan sudah lengkap. Hanya menunggu pelaksanaannya saja. Rencananya dilaksanakan pada bulan 7 tahun 2012 lalu,” kata Sidabutar, hula-hula dari korban.
Disebutkan Sidabutar lagi, 1 minggu menjelang pesta yang telah direncanakan dengan matang itu, Marudut berniat hendak mengundang para keluarga untuk pesta nantinya. Tapi mulai dari sanalah keberadaan korban tidak diketahui lagi.
Karena menghilang tanpa kabar, keluarga dan kerabatnya pun sibuk mencari kesana kemari. Pencarian dilakukan secara intensif selama 2 minggu, tapi tak juga membuahkan hasil.
“Kami sudah melakukan pencarian kemana-mana namun hasilnya tetap tidak ada. Kami juga pernah menjumpai orang pintar (dukun) untuk mengetahui keberadaannya, tapi menurut orang pintar itu, korban baik-baik saja dan tidak perlu kawatir. Hal inilah yang membuat kami makin tenang… ehhh rupanya malah ketemu tulang-belulangnya,” tutur Sidabutar diamini anak dan putri Marudut.
Pantauan wartawan di rumah duka, isteri Alm Pasaribu, Boru Sidabutar terlihat histeris. Melalui tangisannya, dia menyampaikan ketidakterimaannya atas kepergian suaminya yang baik itu.
Warga setempat beserta petugas dari Gereja yang bersangkutan terlihat sudah hadir dan membicarakan perihal liturgis dan proses penguburan. Disebutkan, untuk proses penguburan akan dilaksanakan seperti penguburan manusia meninggal seperti biasanya.
Namun, terlihat peti yang sudah diperbaiki sangat kecil seperti ukuran peti untuk bayi. Pihak Gereja dan keluarga Pasaribu akan melaksanakan adat seadanya dan tengkoraknya dikebumikan di pekuburan keluarga mereka di desa Panjaratan.(red/smg)